Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 9

Ini adalah hari terakhir. Ketika Cindy turun, Adit sedang bersiap-siap untuk keluar bersama Agnes. Begitu mereka sampai di pintu, Cindy langsung memanggil Adit. "Paman, aku tahu kamu sibuk, tapi bisakah Paman makan berdua bersamaku hari ini?" Cindy berpikir, "Aku ingin ... berpamitan denganmu, Paman." Tatapan mata Cindy penuh dengan ketidakrelaan sekaligus harapan, tetapi Adit mengira Cindy hendak menyatakan perasaannya lagi dan Adit ingin menolaknya. Namun, Agnes menepuk tangan Adit sambil berkata, "Kalau begitu, aku pergi ketemu dengan teman-temanku dulu karena sudah lama nggak ketemu mereka. Bagaimanapun juga, usiamu lebih tua, jangan selalu berdebat dengan anak kecil." Atas nasihat Agnes, akhirnya Adit setuju. Padahal Cindy tahu bahwa cintanya bertepuk sebelah tangan, tetapi dia masih merasa cemburu. Melihat kedua orang itu naik mobil, lalu mobil mereka perlahan melaju menjauh, Cindy menekan rasa cemburunya, kemudian kembali masuk ke rumah. Dengar-dengar setelah orang meninggal, barang-barangnya harus dibakar. Hari ini adalah hari terakhir, karena tidak mau merepotkan pamannya, Cindy mengumpulkan semua barangnya sendiri dan membakarnya. Di kamarnya, ada banyak barang pemberian Adit. Dari perlengkapan mandi hingga pakaian yang dikenakannya, semuanya dibelikan Adit. Pada awalnya, Adit tidak pernah memperhatikan sedetail ini dalam merawat Cindy. Sering kali semua urusan seperti makanan, pakaian, tempat tinggal dan transportasi diserahkan kepada pelayan dan asistennya. Lalu, Adit mengetahui pelayan di rumah sering tidak memberi Cindy makan, asistennya juga sering melakukan kelalaian karena mengurus urusan di vila dan perusahaan sekaligus. Sampai suatu hari, Cindy terkena flu dan demam, tetapi tidak ada yang menyadarinya. Kalau saja hari itu Adit tidak kebetulan punya waktu untuk pulang untuk mengecek kondisi Cindy, kemungkinan besar Cindy mengalami komplikasi karena demam tinggi. Sejak saat itu, Adit yang turun tangan sendiri dalam mengurus Cindy. Setelah mengenang masa lalu, Cindy menatap barang-barang yang berhubungan dengan Adit yang kini telah terbakar menjadi abu. Hatinya menjadi hampa, mulai sekarang tidak ada lagi Cindy Winata di dunia ini. Cindy membersihkan rumahnya sampai bersih, kecuali lemari yang masih ditutup dengan isolasi. Entah bagaimana reaksi Adit waktu melihat jasad Cindy, apakah pria itu akan sedih? Cindy berpikir bahwa dengan dirinya lenyap dari dunia ini, Adit akan bahagia karena tidak perlu mendengar kata-kata yang pria itu benci. Setelah merapikan barang-barang di rumah, Cindy berusaha memasak untuk makan malam bersamanya dengan Adit. Sebenarnya, Cindy tidak terlalu pandai memasak. Biasanya, Adit yang mengajaknya makan atau Adit sendiri yang masak untuknya. Dulu Cindy pernah memberi tahu Adit tentang keinginannya belajar masak. Cindy ingin memasak untuk Adit setelah mahir memasak. Sayangnya, sejak Cindy terkena minyak panas, Adit melarangnya masak. Namun, Cindy diam-diam belajar memasak demi memberi kejutan untuk Adit. Sebelum benar-benar menguasai, Cindy dibunuh penjahat dan menjadi arwah. Untungnya, sekarang Cindy tidak perlu takut kena minyak panas. Cindy menghabiskan waktu lima jam penuh untuk akhirnya menyelesaikan satu meja penuh hidangan lezat. Dia duduk di tepi meja makan sambil menunggu kedatangan Adit. Setelah menunggu lama, bahkan masakan sudah berulang kali dihangatkan dan menjadi dingin lagi, tetapi Adit belum juga pulang. Cindy mengirimkan pesan kepada Adit, tidak ada balasan. Cindy juga menelepon Adit. Meskipun sudah meneleponnya berkali-kali, Adit ... tidak mengangkat. Sambungan telepon terputus otomatis lagi. Cindy menatap ponsel yang dia pegang dengan tatapan kosong. Muncul notifikasi unggahan baru di Instagram Agnes. Meskipun perasaan Cindy tidak enak, dia tetap melihat unggahan itu. Dia melihat unggahan foto dua buah tiket pesawat dengan disertai keterangan. [Yang namanya cinta, ketika aku bilang ingin pergi ke Negara Gandara, pria itu tanpa ragu meninggalkan segalanya untuk menemaniku pergi.] Setelah melihat unggahan Agnes di Instagram, wajah Cindy langsung pucat. Cindy menghubungi Adit lagi dengan tangan gemetar. Kali ini, telepon tersambung. "Kamu menemani Agnes pergi ke Negara Gandara? Bukankah kamu sudah janji ... " Sebelum selesai bicara, seorang wanita memotong kata-katanya. Cindy baru sadar bahwa yang mengangkat teleponnya adalah Agnes. "Cindy, kamu pikir Adit mau menemanimu? Jangan mimpi. Sebaiknya, kamu cepat kemasi barang-barangmu dan pindahlah dari vila Adit." Tanpa menunggu jawaban Cindy, Agnes langsung menutup telepon. Sambungan telepon terputus berbunyi cukup lama, Cindy juga duduk diam cukup lama, sampai terdengar dentang lonceng jam yang menandakan tepat pukul dua belas tengah malam. Cindy membuang semua makanan yang ada di atas meja ke tong sampah. Pada saat bersamaan, dia mendengar suara Raja Neraka. "Cindy, waktu tujuh hari sudah habis. Apa kamu menyesal telah membuat kesepakatan itu denganku?" Suara yang menyeramkan bergema di vila. Setelah suara itu hilang, Cindy tersenyum pahit diiringi dengan suara lembutnya yang penuh dengan kesedihan. "Meskipun sangat disayangkan, aku tetap nggak menyesal." Cindy berdiri dan berjalan menuju ke depan tempat kalender. Dia menyobek halaman terakhir kalender sambil berkata, "Bawa aku pergi." Setelah itu, Cindy melihat tubuhnya menghilang secara perlahan. Cindy mengulurkan tangannya ke depan, dia melihat tubuhnya yang sudah transparan perlahan-lahan menghilang dari ujung jarinya, tangannya, kakinya, lalu tubuhnya. Cindy pun telah lenyap sepenuhnya. Sebelum menghilang, Cindy memandang jauh ke depan dan tersenyum. "Paman, selamat tinggal." Selamat tinggal untuk selamanya.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.