Bab 7
Sambil menerima hadiah yang Cindy berikan, Adit menatap Cindy dengan tatapan yang sulit dijelaskan.
"Kamu beri ucapan selamat waktu pesta pertunangan saja."
Memberi ucapan waktu pesta pertunangannya?
Sayangnya, Cindy tidak bisa hadir.
Cindy menundukkan kepalanya tanpa menjawab sepatah kata pun, tidak memberikan penjelasan atau bantahan. Sesudah menyerahkan hadiah itu, dia pergi duduk di pojokan.
Adit tidak peduli Cindy pergi. Pria itu tetap menggandeng Agnes di tengah kerumunan. Dengan senyuman lembut, pria itu memperkenalkan Agnes kepada setiap tamu yang maju memberi mereka selamat.
Tidak lama kemudian, setelah menyapa para tamu, Adit dan Agnes pun menghilang di tengah kerumunan.
Cindy tinggal sendirian sebentar, kemudian bangkit dan meninggalkan ruang perjamuan.
Cindy memang masih belum terbiasa dengan keramaian seperti ini. Sejak kecil, dia tidak suka berada di tempat yang ramai. Dulu Adit diam-diam membawanya pergi di tengah acara, sampai sekarang pria itu tidak berubah.
Yang berubah adalah wanita yang dia bawa pergi.
Bangunan di luar ruang perjamuan sangat luas. Cindy ingat ada sebuah ruang bunga tidak jauh dari situ, jadi dia melangkah ke arah sana. Namun, sebelum melangkah lebih dekat, dia melihat ada orang di ruang bunga.
Ketika melangkah lebih dekat, baru Cindy menyadari bahwa mereka adalah Adit dan Agnes.
"Adit, setelah menikah, aku juga ingin ruang bunga seperti ini, boleh, 'kan?"
Terdengar suara manja Agnes, sementara Adit membalas dengan penuh cinta. "Nggak perlu menunggu setelah menikah, aku bisa berikan sekarang juga."
"Benarkah?" Agnes terkejut sekaligus gembira, dia mencium wajah Adit dengan malu-malu.
Adit menoleh. Ciuman yang seharusnya mendarat di pipi, ternyata mengenai bibir.
Ciuman di luar dugaan ini membuat wajah Agnes makin merona merah. Saat Agnes hendak melepaskan diri, Adit memeluknya dan menciumnya lebih dalam.
Cindy menyaksikan dari kejauhan.
Mungkin karena sudah mati.
Jadi, Cindy sudah mempersiapkan mental untuk merestui hubungan mereka berdua.
Ketika menyaksikan mereka ciuman, Cindy tidak lagi merasa sedih, sebaliknya dia merasakan ketenangan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
Cindy tidak mau mengganggu mereka, jadi dia memilih pergi.
Cindy berjalan tanpa tujuan, tanpa sadar, dia telah sampai di dekat kolam renang.
Cindy berhenti melangkah. Dia melihat air kolam renang dengan tatapan kosong.
Entah sudah berapa lama dia berdiri di situ, sampai akhirnya terdengar suara familier menyapanya.
"Kamu nggak suka lihat kejadian tadi, 'kan?"
Cindy menoleh, ternyata Agnes.
Cindy bingung dengan ucapan Agnes.
"Adit sudah memberitahuku bahwa kamu tertarik sama dia. Sejujurnya, wajar kamu suka pada Adit karena kamu masih muda, Adit juga merupakan pria yang hebat."
Agnes mengucapkan kata-kata yang seolah-olah penuh pengertian, tetapi ketika menatap Cindy, tatapan matanya terpancar niat jahat, "Tapi, tetap saja nggak normal. Mana ada anak yang menyukai pamannya sendiri, 'kan?"
Cindy tidak menyangka bahwa Adit akan memberi tahu Agnes tentang perasaannya.
Ada kekesalan muncul dalam hati Cindy. Adit boleh saja menolak cinta Cindy, lagi pula sekarang dia sudah mati. Cindy juga bersedia merestui hubungan mereka.
Namun, kenapa Adit tega menginjak-injak harga diri Cindy?
Cindy terdiam, tetapi Agnes masih terus mengoceh, bahkan wanita itu menyombongkan diri.
"Adit nggak mencintaimu. Sebentar lagi aku dan Adit akan menikah, aku nggak mau ada anak kecil sepertimu di rumah tangga kami. Kalau kamu mau pergi dari rumah Adit, aku bersedia memberimu uang. Bagaimanapun juga, kamu bukan anak kecil lagi, sudah waktunya kamu hidup mandiri."
Wajah Cindy memucat saat mendengar pernyataan Agnes. Cindy terdiam sejenak, kemudian dia menjawab dengan suara serak, "Tenanglah, tiga hari lagi, aku akan pergi selamanya."
Jawaban Cindy bukannya membuat sikap Agnes melembut, Agnes justru makin mendesaknya. “Kenapa harus menunggu tiga hari? Nggak bisa sekarang?"
Cindy terdiam, dia tidak tahu bagaimana menjelaskan kepada Agnes.
Tiga hari lagi bukan hanya menjadi hari Cindy meninggalkan rumah Keluarga Nugraha, tetapi juga ... meninggalkan dunia ini selamanya.