Bab 4
Keesokan harinya, Cindy bangun pagi. Ketika masuk ke ruang makan, dia sudah melihat ada orang di dapur.
Itu adalah Adit yang sedang memasak sambil memakai apron. Agnes memeluk pria itu dari belakang, Adit tidak menolak, bahkan sesekali melihat ke belakang untuk melihatnya sambil tersenyum lembut.
Kemesraan mereka diperlihatkan terang-terangan di depan Cindy. Semua ini membuat Cindy tiba-tiba teringat masa lalu.
Saat itu, ada banyak pelayan di rumah, sedangkan Adit selalu sibuk bekerja dan sering pulang sampai larut malam. Para pelayan menganggapnya hanya seorang anak kecil yang mudah dirundung, jadi mereka diam-diam tidak memberi Cindy makan.
Lalu, Adit mengetahui kelakuan para pelayannya dan memecat semua pelayan. Untuk merawat Cindy, Adit belajar memasak. Setelah mahir memasak, Adit selalu menyiapkan makanan sehari tiga kali dan memperhatikan setiap detail tentang Cindy.
Namun, sekarang Cindy sudah tidak menyukai pria itu lagi.
Jika Agnes bisa membahagiakan Adit, Cindy akan merestui hubungan mereka.
Cindy mengalihkan pandangannya. Tanpa sadar, Cindy telah berjalan ke depan kalender itu lagi.
Agnes tiba-tiba keluar, dia melihat kalender di hadapan Cindy, lalu bertanya, "Buat apa kalender ini? Kenapa kalender ini hanya ada tujuh halaman?"
Mendengar pertanyaan Agnes, Adit juga melihat ke arah kalender.
Ketika pandangan Adit dan Agnes tertuju ke arah Cindy, Cindy berpikir sejenak. Tidak lama kemudian, Cindy membuat dalih.
"Waktu pergi jalan-jalan dengan teman beberapa hari lalu, aku melihat kalender ini menarik, jadi aku membelinya."
Alasan yang kurang bagus, tetapi Adit tidak bertanya lebih lanjut. Adit mengalihkan topik. "Aku mau pergi kencan dengan Agnes hari ini."
Adit bicara blak-blakan. Awalnya, Adit mengira Cindy akan marah, tapi Cindy malah mengangguk. "Oke, selamat bersenang-senang."
Tidak melihat reaksi yang diharapkan, seharusnya Adit merasa senang. Namun, saat Adit menatap Cindy, entah kenapa, pria itu merasa sedih.
Suasana menjadi hening. Di tengah keheningan, tiba-tiba Agnes buka suara.
"Kamu sendirian di rumah, bagaimana kalau kamu ikut?"
Cindy tidak menduga bahwa Agnes akan mengajaknya, tetapi Cindy menggelengkan kepala. "Nggak usah, aku ada acara pertemuan dengan teman-temanku hari ini."
Hanya tinggal dua minggu sebelum kuliah dimulai. Di acara pertemuan, semua teman-teman berbicara tentang harapan masa depan, hanya Cindy yang duduk di pojokan dan tidak mengucapkan sepatah kata pun.
Cindy hanya punya waktu lima hari lagi. Setelah lewat lima hari, rohnya akan lenyap. Apa gunanya membahas tentang masa depan?
Pada saat ini, ada seorang teman yang menyadari Cindy sendirian. Orang itu mendekati Cindy.
"Cindy, bukankah kamu suka pamanmu? Bagaimana kalau mencoba menaklukkan pamanmu sebelum liburan berakhir?"
"Benar, Cindy. Bukankah jauh lebih mudah menaklukkan pria daripada mengejar wanita? Lagi pula, dia bukan paman kandungmu. Nggak perlu ragu, taklukkan saja dia!"
Topik ini membuat semua orang menjadi antusias. Mereka mulai memberikan ide-ide, bahkan ada yang mendorong Cindy untuk mengejar pria itu langsung, tetapi Cindy menggelengkan kepala.
"Nggak, aku nggak akan mengejarnya. Aku juga sudah nggak menyukainya."
Acara tidak berlangsung lama. Sebelum meninggalkan tempat, Cindy mengucapkan selamat tinggal kepada teman-temannya satu per satu.
"Yola, kamu berhasil diterima sekolah yang kamu inginkan. Semoga kamu sukses."
"Siska, kondisi kesehatanmu kurang bagus. Setiap hari, jangan lewatkan sarapan. Kamu harus lebih perhatikan kesehatanmu."
"Linda, Fika, aku akan merindukan kalian."
" ... "
Cindy memeluk teman-temannya satu per satu. Sikapnya ini membuat teman-temannya tertawa.
"Cindy, caramu berpamitan terlalu berlebihan, seolah-olah kita nggak akan ketemu selamanya. Tenang saja, meskipun kita kuliah di universitas yang berbeda, kami nggak akan melupakanmu."
Setelah berpamitan, beberapa orang mulai meninggalkan tempat. Cindy adalah orang terakhir yang meninggalkan tempat.
Cindy melihat teman-temannya pergi dengan perasaan sedih.
Kelak, mereka tidak akan bertemu lagi selamanya.
"Teman-Teman, selamat tinggal."
Sesampainya Cindy di rumah, Adit sudah berada di rumah. Setelah masuk ke rumah, Cindy melihat Adit duduk di sofa dengan wajah muram.
Cindy melihat ke sekeliling, Agnes tidak ada di rumah. Selanjutnya, Cindy bertanya, "Kak Agnes di mana?"
"Dia pergi dinas."
Mendengar itu, Cindy tidak berkomentar, melainkan hanya mengangguk dan hendak pergi. Namun, Adit menghentikannya sambil mengeluarkan setumpuk barang.
"Berhenti!"
"Apa maksudnya dengan peti mati dan pakaian pemakaman ini?"