Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 2

Esok paginya, Cindy bangun dan segera pergi mengurus penghapusan data diri. Kematian Cindy sangat mendadak. Setelah mencari informasi semalam, Cindy baru tahu bahwa banyak hal yang harus diurus setelah seseorang meninggal. Sekarang Adit sudah memiliki pacar, sedangkan Cindy hanyalah anak angkat. Oleh karena itu, Cindy tidak ingin merepotkan Adit. Sesampainya di kantor kependudukan, saat petugas mendengar bahwa Cindy ingin menghapus data dirinya, petugas itu merasa tidak percaya, lalu mengonfirmasi berkali-kali kepada Cindy. "Nona, hanya orang yang sudah meninggal yang data dirinya bisa dihapus. Apa kamu yakin mau menghapus data dirimu?" Cindy tersenyum getir, dia menjawab sambil mengangguk, "Aku akan meninggal enam hari lagi." Mendengar jawaban Cindy, petugas mengira dia menderita kanker. Petugas itu merasa menatap Cindy dengan simpati, lalu melihat data diri Cindy. "Kasihan, dia baru berumur delapan belas tahun," pikir petugas itu. Petugas tidak bertanya lebih lanjut dan langsung memproses penghapusan data diri Cindy. Setelah menghapus data diri, Cindy pergi foto untuk dipakai sebagai foto memorial, lalu membeli sebuah peti mati dan satu set pakaian pemakaman untuk dirinya sendiri. Setiap kali Cindy pergi, dia akan menerima tatapan penuh simpati dari banyak orang, tetapi dia sama sekali tidak peduli. Satu-satunya pemikiran Cindy saat ini adalah ingin mengurus prosesi pemakamannya sendiri agar tidak merepotkan Adit. Setelah mengurus semuanya, Cindy pulang ke rumah. Malam harinya, Cindy sampai di rumah. Dia melihat Agnes sibuk di dapur dengan menggunakan apron. Begitu melihat Cindy pulang, Agnes langsung menyapa dengan antusias. "Cindy, kamu sudah pulang. Hari ini, aku sudah masak, tinggal menunggumu pulang dan makan." Agnes melihat ke barang yang dipegang Cindy. Agnes penasaran, lalu bertanya, "Kamu beli apa?" Cindy menggelengkan kepala tanpa menjawab apa-apa, dia langsung naik ke lantai atas untuk menaruh semua barangnya. Setelah itu, dia turun dan menemui Agnes. "Aku bantu, ya." Mereka berdua sibuk di dapur bersama. Tidak lama kemudian, akhirnya Adit pulang. Suasana di rumah terasa damai, padahal Adit mengira bakal ada pertengkaran. Melihat hal ini, Adit merasa terkejut. Adit mengetahui ketertarikan Cindy padanya. Emosi anak kecil terlihat jelas di wajah, dulu Cindy tidak mungkin hidup damai dengan Agnes seperti ini. Bagaimanapun juga, mereka bertiga di rumah dan makanan sudah siap, mereka bertiga makan bersama. Saat makan, Agnes terus menyodorkan makanan kepada Cindy dengan ramah. "Cindy, cobalah udang ini, sangat segar dan lembut, aku membuatnya khusus untukmu." Melihat makanan yang hampir menumpuk di dalam mangkuk, Cindy merasa ragu. Meskipun Cindy memiliki raga, sebenarnya dia bukan manusia. Ketika membuat kesepakatan, Raja Neraka juga memperingatkannya. Selama tujuh hari berada di dunia, Cindy tidak bisa lagi makan makanan duniawi. Oleh karena itu, Cindy terlihat ragu dan tidak menyentuh makanan yang diberikan Agnes sama sekali. Adit melihat ekspresi canggung Agnes karena Cindy tidak mau makan. Oleh karena itu, Adit menegur Cindy. "Agnes berbaik hati mengambilkan makanan untukmu, makanlah." Mendengar nada memerintah Adit, Cindy hanya terdiam, lalu Cindy makan sampai habis. Ketika makanan masuk ke tenggorokan, rasa sakit yang hebat menyerang, perutnya terasa seperti terbakar. Cindy tidak bisa menahan sakit lagi, dia langsung berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua makanannya. Setelah itu, kondisinya menjadi lebih baik. Setelah kejadian ini, mata Agnes berkaca-kaca. Agnes menatap Adit dengan tatapan tersakiti. "Apa Cindy membenciku?" Kata-kata Agnes membuat ekspresi wajah Adit langsung berubah. Adit menepuk tangan Agnes sambil menghiburnya, "Dia nggak membencimu. Tunggu di sini, aku lihat kondisinya dulu." Sambil berkata demikian, Adit berdiri dan berjalan menuju ke kamar mandi. Di dalam toilet, Cindy merasa kondisinya lebih baik setelah memuntahkan makanan. Cindy mengangkat kepala dan melihat wajahnya yang pucat di cermin, lalu menghela napas. Cindy berpikir, "Aku nggak boleh terus di sini, sebaiknya aku pergi." Dengan pikiran seperti itu, Cindy berbalik dan membuka pintu kamar mandi. Begitu pintu dibuka, dia melihat Adit yang berdiri di depan pintu dengan wajah suram. Cindy tertegun sejenak. Cindy masih mengira bahwa Adit datang karena mengkhawatirkan kondisinya. "Paman, aku nggak enak badan. Kalian makan berdua saja, aku mau kembali ke kamar." Cindy mengira Adit akan kembali duduk dan makan bersama Agnes. Siapa yang menyangka bahwa ekspresi Adit makin muram. Kata-kata yang dilontarkan Adit membuat Cindy terkejut. "Tadi kulihat kamu bisa hidup damai dengan Agnes, kupikir kamu sudah berubah, ternyata dugaanku salah. Kamu masih saja sengaja membuat Agnes kesal." "Paman, aku nggak ... " Wajah Cindy makin pucat. Meskipun Cindy merasa hatinya sakit, dia memaksakan diri untuk tersenyum dan membela diri. Sayangnya, Adit tega memotong kata-katanya. "Apa pun alasanmu, aku nggak peduli, pokoknya kamu harus makan sampai habis!"

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.