Bab 1 Apa Kamu Menginginkanku?
Ariana sedang bersiap-siap mengantarkan dokumen ke ruang CEO ketika ada panggilan masuk dari butik tempat dia memesan gaun pengantin.
"Selamat pagi, dengan Nona Ariana Evans? Nona, gaun pengantin yang Anda pilih kemarin sudah selesai disesuaikan. Anda bisa datang lagi untuk mencobanya."
"Oke, terima kasih," jawab Ariana sebelum menutup telepon.
Ariana lalu mengetuk pintu ruang CEO dengan papan nama bertuliskan Leonard Sinclair dan masuk. Namun, Leonard tidak ada di dalam.
Saat Ariana mencoba gaun pengantin kemarin, Leonard tidak ikut. Jadi, Ariana ingin Leonard ikut kali ini. Namun, pria itu malah tidak kelihatan batang hidungnya.
Jarum jam sudah menunjukkan waktu pulang kantor. Ariana pun pergi sendiri ke butik.
Bangunan bergaya klasik dengan nuansa artistik yang khas ini adalah butik terbaik di Riverdale.
Ketika melihat Ariana turun dari mobil, karyawan butik yang mengetahui bahwa perempuan itu adalah calon anggota baru keluarga Sinclair dari Riverdale langsung menyambutnya.
"Nona Ariana, gaun pengantin Anda sudah disiapkan di ruang ganti belakang. Mari saya antar."
Mendengar itu, Ariana tersenyum dan berkata, "Oh, nggak usah. Saya ke sana sendiri saja."
Ariana berjalan melalui koridor melengkung yang memajang berbagai gaun pengantin indah di kedua sisinya. Sambil berjalan, dia melihat-lihat. Karpet yang lembut meredam langkah kakinya.
Detik berikutnya, terdengar suara familier dari ruang ganti butik.
"Sudah, jangan membantah," ujar sebuah suara pria.
"Membantah apa? Aku cuma mau jadi pengiring pengantin di pernikahanmu. Masa begitu saja nggak boleh?" kata seorang perempuan.
Pria itu terdengar kesal, sementara si perempuan terus memohon.
Jantung Ariana berdegup kencang dan langkahnya menjadi makin berat. Perlahan, dia mendekati pintu ruang ganti.
Pintu itu sedikit terbuka. Meskipun celahnya terlalu sempit untuk mengintip, suara percakapan kedua orang tadi terdengar makin jelas.
"Pokoknya nggak boleh!" balas pria itu dengan tegas.
"Kenapa? Aku cuma mau ada di dekatmu untuk yang terakhir kalinya ... "
"Kalau kamu ada di sana, bisa-bisa aku nggak sanggup meneruskan pernikahan itu," ujar si pria dengan nada yang melunak.
Pria itu lalu melanjutkan, "Begini saja, kamu suka belanja, 'kan? Kamu pergi ke Navaria dulu beberapa hari, beli semua yang kamu mau dengan kartu kreditku. Setelah pernikahanku selesai, aku akan menjemputmu."
"Memangnya aku ini apa? Keponakanmu? Kekasih gelap yang harus disembunyikan? Kalau begini, mending kamu biarkan aku pergi saja, Om Leonard ... " ujar perempuan itu dengan suara terisak.
Pria itu terdengar gelisah meski masih berusaha sabar. "Aku sudah bilang, status itu nggak penting, yang penting adalah hati. Kamu sendiri tahu hatiku ini punya siapa, 'kan?"
Kesunyian menyelimuti suasana ruang ganti selama beberapa detik.
"Apa nggak bisa kamu batalkan pernikahanmu saja?" ujar perempuan itu dengan nada yang melunak.
"Jangan aneh-aneh. Kamu harus percaya kalau aku melakukan semua ini demi masa depan kita."
Mendengar percakapan ini, darah Ariana berdesir ke kepala. Otaknya seolah meledak, tak mampu memahami semua ini, sehingga pikirannya terasa kosong.
Pria di ruang ganti itu adalah Leonard, pria yang akan menikahinya bulan depan, sedangkan perempuan itu adalah Mia Connor, cucu angkat keluarga Sinclair sekaligus keponakan Leonard.
Pria yang dia cintai selama delapan tahun dan yang selalu penuh perhatian terhadapnya ternyata menyimpan perasaan untuk perempuan lain!
Dalam sekejap, dunia Ariana terasa runtuh dan kehilangan keindahannya.
Sayup-sayup, terdengar suara napas memburu dan desahan tertahan dari dalam ruang ganti.
Ariana menggigit bibirnya kuat-kuat agar tidak bersuara.
Air mata mengaburkan pandangannya. Dengan susah payah, Ariana melangkahkan kakinya yang terasa berat dan buru-buru meninggalkan tempat itu.
Di luar, hari mulai gelap dan lampu jalan menyala satu per satu. Kerumunan orang berlalu lalang di sekeliling Ariana tanpa menyadari hatinya yang hancur.
Melihat pasangan kekasih yang pulang kerja bersama dan tersenyum bahagia hanya membuat Ariana merasa pedih.
Canda tawa mereka seolah sedang mengejek dirinya, mengejek kisah cintanya yang ternyata hanya sebuah lelucon.
Karena hubungan keluarga, Ariana mengenal Leonard sejak kecil. Dia selalu mengikuti Leonard ke mana pun bocah laki-laki itu pergi meskipun Leonard lebih tua empat tahun darinya.
Leonard tidak pernah mengusirnya. Dia selalu melindungi Ariana dan menegur siapa pun yang mengganggu Ariana.
Sekarang, barulah Ariana teringat bahwa waktu itu Leonard juga sangat perhatian pada Mia.
Cinta Ariana bersemi saat remaja. Leonard yang makin tampan dan dewasa membuat Ariana diam-diam menaruh hati padanya.
Pada umur dua puluh, mereka pun dijodohkan oleh Kakek Leonard, Franklin Sinclair.
Saat itu, Ariana merasa cintanya bersambut. Leonard sangat sayang dan begitu perhatian padanya. Pria itu bahkan menjadikan Ariana sekretaris pribadinya agar mereka bisa bertemu setiap hari.
Namun, tepat sebelum pernikahan mereka, Ariana malah mengetahui hal ini.
Dentum musik yang mengentak dan kerlip lampu warna-warni menyadarkan Ariana bahwa saat ini dia berada di depan pintu Midnight Bar.
Dia berhenti sejenak, kemudian melangkah masuk.
Bartender menyodorkan satu seloki tequila yang Ariana pesan.
Ariana hampir tidak pernah minum, tetapi kali ini dia menenggak seloki demi seloki yang disodorkan.
Ini bukan pertama kalinya dia pergi ke Midnight Bar. Terakhir kali, dia datang bersama Leonard.
Saat itu, teman Leonard berulang tahun dan bersorak agar mereka ikut bersulang.
Leonard tersenyum dan menolak dengan halus, mengatakan bahwa Ariana tidak bisa minum dan meminta mereka untuk tidak memaksanya.
Sekarang, barulah Ariana sadar bahwa saat itu Leonard cuma tidak ingin minum bersamanya saja.
Ariana menggenggam selokinya erat-erat dan tersenyum getir. Tanpa sadar, air matanya mulai menggenang.
Saat minum, tatapannya yang mulai kabur jatuh ke sudut bar.
Seorang pria duduk di sana. Meskipun remang-remang, Ariana masih bisa melihat wajah tampan pria itu dan sorot matanya yang misterius di balik lensa kacamata berbingkai perak.
Setelan jas biru tua yang membalut tubuh pria itu membuat posturnya terlihat makin gagah.
Tanpa sadar, Ariana berdiri dan menghampirinya.
Dia berusaha mengendalikan langkahnya yang gontai dan berdiri di depan pria itu.
"Apa kamu menginginkanku?" tanya Ariana, hampir menggigit lidahnya karena mabuk.
Leonard sama sekali tidak pernah menyentuhnya. Ariana pikir, itu karena Leonard sangat mencintai dan menghormatinya, jadi Leonard tidak ingin menyentuhnya sampai mereka menikah nanti.
Namun, Ariana kini menyadari kenaifannya.
Jika Leonard bisa punya perempuan simpanan, mengapa Ariana tidak boleh tidur dengan pria tampan?
Pria itu sedikit menengadah, memandang Ariana dengan tatapan dingin tanpa berkata apa-apa.
Ketika melihat pria itu diam saja, Ariana yang hampir kehilangan akal sehat mengeluarkan sepuluh lembar uang kertas dari tasnya dan menyelipkannya ke tangan pria itu.
"Kamu nggak bakal rugi," ujar Ariana.
Pria akhirnya berbicara dengan suara rendah yang dalam, "Dari mana kamu tahu kalau aku nggak bakal rugi?"
Kekecewaan membuat air mata Ariana kembali menggenang. "Jadi, kamu juga nggak tertarik sama aku?"
Dia merasa gagal. Leonard tidak mencintainya dan pria asing di depannya ini juga tidak tertarik.
Ariana pun berbalik, hendak pergi.
Namun, saat dia ingin melangkah, pria itu tiba-tiba berdiri. Sosoknya yang tinggi besar terlihat sangat gagah di bawah cahaya lampu yang redup.
Pria itu menangkap pergelangan tangan Ariana. "Sudah mau pergi?" tanyanya.
Tidak menduga reaksi itu, Ariana tertegun.
"Kenapa? Kamu takut?" tanya pria itu dengan tatapan tajam.