Bab 80
Paula berjalan mendekat, lalu dengan cemas bertanya, "Para tamu sudah datang, kamu masih nggak bisa menghubungi Aaron?"
Carlo sudah mencoba menelepon berkali-kali, tapi tetap saja tidak ada yang menjawab. Ekspresinya berubah muram, dia melempar ponselnya ke meja dengan keras.
"Anak durhaka ini, apa dia benar-benar ingin membuatku mati karena marah?" ucap Carlo.
Melihat Carlo yang begitu kesal, Paula tahu bahwa mereka masih belum berhasil menghubungi Aaron. Wajahnya langsung berubah masam. Setelah menunggu bertahun-tahun, akhirnya hari ini tiba. Bagaimana mungkin dia rela melewatkannya?
Paula menggigit bibirnya, berusaha menahan amarah dan rasa nggak senangnya, lalu memaksakan senyum di wajahnya. Dia mendekati Carlo dengan lembut, lalu memapahnya untuk duduk di sofa.
"Carlo, tenangkan diri dulu. Jangan sampai tubuhmu sakit karena marah," ucap Paula sambil berbalik menuangkan segelas air hangat untuk Carlo. "Minumlah dulu untuk menenangkan diri," lanjutnya.
Carlo menerima gelas itu, teta
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda