Bab 196
Mata Ian terlintas sekelibat kebencian. Dia menggesek leher kurus Sinta, memaksa wanita itu menengadah memandangnya dengan pose yang tidak nyaman.
"Apa kamu pernah melihat pria itu? Bagaimana tampangnya?"
Mata Sinta mengecil sedikit, tanpa sadar dia mengeratkan pakaian tidur di tubuhnya.
Sinta sama sekali tidak menyangka Ian tiba-tiba akan menanyakan pertanyaan ini. Jangan-jangan pria ini mengetahui sesuatu?
Sinta tersenyum dengan perasaan bersalah, tapi senyumannya kelihatan lebih kaku lagi. "Iya, aku pernah melihatnya. Ada apa? Kamu begitu waspada terhadap pria yang muncul di sampingnya, karena takut dia akan mengikuti pria lain duluan?"
Sinta bertanya dengan nada bercanda untuk menutupi perasaan bersalahnya.
Sinta tahu Ian tidak begitu menyukainya, bahkan sedikit memandangnya rendah. Namun, sekarang Ian masih belum ada mangsa lain, hanya bisa bersama Sinta dulu untuk memenuhi nafsu.
Namun, meski tidak terlalu suka, Ian juga tidak mengizinkan adanya wanita yang mengkhianatinya.
Kalau

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda