Bab 141
"Kenapa harus aku yang minta maaf?" Bisma berkata dengan nada tidak terima, "Dia kan yang memukulku duluan! Bu Guru, lihat ini, wajahku sampai bengkak. Kalau ada yang harus minta maaf, itu dia yang harus minta maaf padaku, bukan aku!"
Sambil berbicara, dia melirik sarung tangan usang di tangan Gilang dengan cemoohan, lalu mengejek, "Itu cuma sarung tangan usang, apa yang istimewa soal itu? Kalau perlu, aku bisa menggantinya."
"Kamu itu nggak tahu apa-apa! Ini rajutan ibuku dan kamu sudah merusaknya!"
Air mata mengalir deras dari mata Gilang. Dengan tinju yang mengepal erat, wajahnya terlihat sangat marah.
Bisma terdiam sejenak, ekspresinya berubah sedikit gelisah. Untuk pertama kalinya, dia menunduk tanpa bicara.
Melihat Gilang seperti itu, hati Orlin terasa perih. Entah kenapa, dia seolah melihat bayangan dirinya yang dulu dalam diri anak itu.
Orlin membungkuk dan menyerahkan dua lembar tisu kepada Gilang sambil berkata dengan lembut, "Jangan menangis. Kalau sarung tangan ini rusak, b
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda