Bab 1
Semua orang mengatakan kalau aku adalah wanita penggoda yang suka mempermainkan pria.
Namun, kali ini, aku, Victoria Florence, malah jatuh ke dalam perangkap. Semua orang di Kota Santigo sedang menungguku untuk dipermalukan.
Tidak ada yang menyangka, di pesta di mana aku diputuskan oleh seorang pria ber*ngsek, aku malah tertarik pada pria paling terhormat di Kota Santigo.
Suami yang sempurna seperti ini, hanya punya satu kelemahan yang sangat fatal.
Lampu-lampu di aula pesta berkilauan, pakaian mewah dan wewangian berbaur, menciptakan bayangan gemerlap di sekeliling ruangan.
Di sudut tenggara aula pesta, Lucas sedang merangkul seorang wanita cantik sambil mengobrol dan tertawa. Dia tidak menyadari Victoria yang berjalan ke arahnya.
"Lucas, katanya kamu sudah menentukan tanggal pernikahanmu sama Victoria? Selamat, ya."
"Aku nggak pernah bilang akan menikahinya. Dia, si ' Ratu Laut' itu sudah puas bermain-main, makanya sekarang ingin berhenti dan cari pria baik-baik buat tanggung jawab? Mimpi kali, ya!"
Temannya terkejut. "Bukannya kamu sudah mengejarnya selama bertahun-tahun?"
"Siapa yang nggak bisa berpura-pura setia?" Lucas mengelus pinggang wanita cantik di sampingnya dan tampak tidak peduli. "Aku nggak mau menikahi wanita yang sudah dimainin sama pria lain."
Victoria tidak menyangka kalau Lucas berpikir seperti itu.
Lucas selalu tampak penuh cinta dan setia padanya. Meski dia tidak terlalu menyukai Lucas, dia menganggap hubungan ini dengan serius. Kali ini, dia yang mengumumkan pertunangan mereka duluan.
Tanpa disangka, dia yang selalu menolak pria lain akan mengalami hari di mana dia ditolak oleh pria lain.
Ada orang yang melihat Victoria dan mulai memberi isyarat kepada Lucas.
Lucas langsung menyadarinya dan berbalik. Saat melihat Victoria, ada sekilas kepanikan yang muncul di wajahnya.
Namun, kepanikan itu segera menghilang dan dia kembali menunjukkan ekspresi tidak pedulinya.
"Karena kamu sudah mendengarnya, aku akan jujur saja. Aku memanggilmu malam ini bukan untuk mengumumkan pernikahan kita, tapi untuk putus sama kamu. Aku membuat Myla hamil, jadi aku harus bertanggung jawab padanya."
Semua orang menatap ke arah mereka.
Ada yang terkejut, tetapi lebih banyak yang mengejek.
Victoria ditolak, ini adalah pertunjukan besar.
Dengan reputasi buruk Victoria, dia sudah sangat beruntung bisa menarik perhatian keluarga Oliver di Kota Santigo. Kalau dia kehilangan Lucas, siapa lagi yang akan menginginkannya?
Meski wajahnya sangat cantik, tetapi apa gunanya? Pada akhirnya, dia tetap menjadi lumpur yang diinjak oleh semua orang.
Namun, Victoria tampak tenang dan tidak menunjukkan reaksi apa pun. Dia mengamati sekelilingnya dan akhirnya pandangannya tertuju pada seorang pria tampan di sudut ruangan.
Julian Wayne, anak orang kaya yang dingin dari Kota Santigo.
Bisnis keluarga Wayne telah berdiri selama ratusan tahun dan memiliki posisi yang seperti raja di Kota Santigo. Bahkan keluarga Oliver juga harus menghormati keluarga Wayne.
Victoria berjalan ke depan Julian. Dia mengenakan gaun panjang berwarna sampanye. Kakinya yang panjang dan ramping menambahkan keanggunannya, sementara setiap gerakannya memancarkan pesonanya. Wajahnya sangat indah, seolah diukir dengan sempurna oleh sang pencipta, begitu cantik dan menawan.
Julian menatapnya dengan tenang seolah mencoba menebak apa yang akan dilakukannya.
Jari-jari Victoria yang lentik dan lembut melilit dasi Julian dan menggulungnya beberapa kali.
Julian menyipitkan mata, tetapi dia tidak menolak.
Victoria menempel di depan Julian dan bibir merahnya sedikit terbuka. "Sebenarnya, dari awal aku tertarik padamu, tapi aku nggak tahan dengan rayuan Lucas yang nggak ada hentinya. Sekarang kami sudah putus, jadi aku boleh mengejarmu nggak?"
Orang yang pertama kali tidak bisa menahan dirinya adalah Lucas.
Dia hampir melompat dan mengejek dengan keras, "Victoria, kamu gila, ya? Kamu bisa cari siapa saja buat selamatin harga dirimu, tapi jangan Julian! Dia itu sahabatku! Dari mana kamu dapat kepercayaan diri kalau dia akan menghormatimu?"
Victoria tidak menatapnya sama sekali, seolah tidak mendengar gonggongan serigala gila.
Matanya yang indah dan bercahaya terus memandang Julian, menunggu jawaban darinya dengan tenang.
Julian mengangkat alisnya dan mata hitamnya menunjukkan ketertarikan. Dia tersenyum. "Boleh, kejar saja aku, jangan pedulikan dia."
Begitu Julian mengatakan itu, seluruh ruangan menjadi gempar.
Lucas yang tadi sangat yakin dan berani bicara juga terkejut.
Sebenarnya, Victoria tidak terlalu yakin kalau Julian akan menanggapi niatnya dengan ramah.
Keluarga Oliver dan keluarga Wayne adalah teman lama, jadi kemungkinan besar Julian akan menolaknya.
Kalau begitu, dia benar-benar akan sangat malu.
Namun, dia juga tidak peduli.
Apa itu harga diri? Dia sudah kehilangan semuanya sejak lama.
Sebenarnya, dia menggoda Julian secara spontan karena tidak bisa menerima kekalahan setelah dipermalukan oleh Lucas.
Victoria melepaskan dasi Julian dan berniat untuk pergi.
Namun, Julian memegang pinggangnya terlebih dulu. Telapak tangannya yang besar menempel di belakang pinggang Victoria dan menarik Victoria kembali ke dekatnya.
Julian berkata dengan suara rendah yang menggoda, "Bukannya kamu bilang mau mengejarku? Kenapa sekarang malah pergi?"
Victoria mengerutkan keningnya.
Kenapa si Julian ini tidak main sesuai aturan? Pria ini malah lebih agresif darinya.
Dia bilang dia mau mengejar, tetapi tidak bilang akan langsung mengejar, 'kan?
Namun, dia harus terus berakting karena masih ada banyak orang yang melihat.
Jarinya meraih dada Julian dan dia berkata dengan malu-malu, "Ada banyak orang di sini."
"Oke, kalau gitu kita pergi ke tempat yang sepi."
Julian sangat menurut dan mudah diajak bicara sampai membuat Victoria terkejut. Julian merangkulnya dan membawanya keluar dari ruang pesta di bawah tatapan semua orang.
Lucas mengejar dari belakang dan berteriak, tetapi Julian tidak menghiraukannya.
Begitu mereka keluar dari pintu aula pesta, Lucas berhasil mengejar mereka. "Julian, bercanda juga harus ada batasnya."
Julian berbalik dan menatapnya dengan tenang.
"Bukannya kamu cuma main-main dengannya? Kamu yang selingkuh duluan, jadi jangan salahkan orang lain. Aku akan membawanya pergi."
Setelah mengatakan itu, dia membawa Victoria turun.
Setelah keluar dari Gedung Sonata, Julian berdiri di depan gedung dan mulai merokok.
Victoria merasa agak canggung. "Terima kasih sudah membantuku mengatasi masalah ini, Pak Julian."
Julian sangat sesuai dengan selera Victoria baik dari segi penampilan maupun kepribadiannya.
Awalnya, dia memang lebih tertarik pada Julian daripada Lucas.
Kalau Lucas tidak mengumumkan kepada teman-temannya kalau dia ingin mengejar Victoria, mungkin Victoria benar-benar akan mencoba mendekati Julian.
Julian mengisap rokok, lalu menatap wanita di depannya melalui asap yang berembus. Matanya yang lembut seperti berbicara tanpa kata.
"Kamu serius mau mengejarku?"
"Mungkin aku bisa mencobanya? Belum ada pria yang nggak bisa aku dapatkan."
Julian tertawa. Entah dia menganggap wanita ini lucu atau karena benar-benar terhibur.
"Mengejarku itu nggak mudah."
"Aku nggak takut kesulitan."
"Kalau gitu, tunjukkan dulu keseriusanmu."
Victoria menatapnya dengan bingung.
40 menit kemudian, Victoria tahu apa arti keseriusan yang pria ini maksud.
Julian membawanya ke hotel.
Sampai keduanya jatuh di atas ranjang besar hotel, Victoria masih merasa bingung.
Apa-apaan ini?
Dia belum pernah mendengar kalau untuk mengejar seseorang, harus dimulai dengan menunjukkan keseriusan di ranjang.
Urutannya agak tidak logis, 'kan?
Setelah dia menyadari apa yang terjadi, mereka sudah berbaring di ranjang hotel, di atas seprai putih yang lembut dengan beberapa kerutan yang berantakan seperti bunga putih yang mekar.
Semua orang bilang kalau Julian Wayne adalah orang yang menjaga diri dan tidak tergoda oleh nafsu.
Namun, sekarang, kenapa Victoria merasa kalau pria ini bahkan lebih berpengalaman dari padanya dirinya, si Ratu Laut yang playgirl ini?
Sebenarnya, Victoria belum pernah melakukannya.
Julian adalah pria pertamanya.
Saat mereka sedang melakukannya, sepertinya Julian juga menyadari masalah ini. Keheranan di matanya terlihat sangat jelas. "Kenapa kamu ... "
Victoria merasa malu dan pura-pura tidak sabar. "Mau atau nggak? Kalau mau, cepatlah, aku nggak suka pria yang terlalu banyak bicara di atas ranjang."
Julian mengangkat alisnya dan tersenyum samar.
Mereka melewati malam yang penuh gairah. Keesokan harinya, Victoria terbangun saat matahari sudah tinggi di langit.
Tidak ada bayangan Julian yang terlihat di dalam ruangan.
Pakaiannya tergantung rapi di sofa di samping tempat tidur dan mudah dijangkau dengan sekali raih.
Semalam, pakaiannya dilempar ke lantai.
Namun, sekarang pakaiannya sangat rapi. Mungkin Julian yang membereskannya saat bangun.