Bab 76
Ketika Rafael datang, ruang tamu agak gelap. Hanya lampu di sudut ruangan yang memancarkan cahaya lembut kekuningan.
Aku berdiri di depan jendela besar, termenung memandangi keramaian kendaraan di bawah.
Di luar, hujan rintik-rintik mengetuk kaca jendela.
Terdengar bunyi langkah kaki di belakangku. Ritmenya tegas dan teratur, seolah-olah tahu arah tujuannya.
"Sudah malam, kamu belum tidur?"
Suara yang tak lagi asing di telingaku menyeruak dinginnya malam diguyur hujan ini.
Melalui pantulan kaca jendela, aku melihat sosok Rafael berdiri di belakang.
Dalam pantulan itu, bayangan kami tampak menyatu seperti sepasang kekasih yang berpelukan erat.
Aku menghela napas dan berbalik menatapnya. "Apa Kak Rafael bisa membantuku?"
Mendengar pertanyaanku yang tiba-tiba itu, dia tampak sedikit terkejut.
Aku pun mengulurkan kertas undangan yang ada di tanganku.
Alis Rafael berkerut setelah melihatnya. "Dari mana kamu dapat undangan ini?" tanyanya.
Aku menjelaskan dengan singkat tentang kedatangan Cel
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda