Bab 516
Aroma pinus yang harum dari tubuhnya menerpa hidungku. Aku menarik napas dalam-dalam dan tidak bisa menahan diri untuk menggosokkan diriku di pelukannya.
"Jangan gerak," terdengar suaranya yang rendah dan serak di atas kepalaku. Orang itu melanjutkan, "Kalau bergerak lagi, aku nggak akan tahan."
Seperti kucing yang tersiram air panas, aku pun segera mendongak, kemudian melihat rona merah di wajah Rafael.
Aku ingin berlari, tetapi dia menahan tanganku.
"Jangan bergerak, peluk saja sudah cukup," bisik dia di telingaku.
Napas hangatnya menyentuh cuping telingaku, membuat jantungku berdebar.
Aku langsung memahami kesulitannya.
Membayangkan betapa tidak nyamannya dia, jantungku juga berdebar-debar dan wajahku merah merona.
Akhirnya, kami berdua berpelukan dengan tenang sejenak sebelum berpisah, bahkan mengeluarkan keringat.
Setelah bertatapan sejenak, kami berdua tersenyum getir.
Aku bertanya, "Kenapa kita harus semenderita ini? Hm ... sampai menahan diri?"
Rafael tertegun, lalu berkata, "A
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda