Bab 418
Aku tidak tahu seperti apa ekspresiku sekarang, tetapi yang pasti aku diliputi kebingungan mendalam.
"Kamu bilang kalau kamu kehilangan ingatan. Aku tahu itu benar, tapi aku nggak berani mengakuinya ... Aku ini pengecut," kata Albert dengan nada penuh penyesalan.
Aku menghela napas panjang lalu berkata, "Semua sudah berlalu."
"Nggak peduli seberapa dalam luka yang pernah kualami, aku memutuskan untuk memaafkan diriku sendiri. Sudah waktunya aku juga memaafkanmu," ujarku.
Mata Albert masih memerah, seolah menahan emosi. "Terima kasih," katanya lirih.
Setelah itu, dia berdiri dan menatapku dengan sangat dalam, seolah ingin mengabadikan wajahku dalam ingatannya.
Sebelum aku sempat mengatakan apa pun, dia sudah meninggalkan ruang rapat.
Aku hanya duduk terdiam di kursi dan mencoba mengumpulkan pikiranku.
Aku menyentuh bekas luka di tubuhku. Sudah tidak terasa sakit lagi.
Meski ingatanku kabur, mungkin karena saat itu aku terlalu emosional, penuh amarah, dan kecewa.
Sampai-sampai aku nekad
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda