Bab 323
Ekspresi sombong di wajah Bu Adel tiba-tiba menghilang.
Dia menatapku, seolah-olah kata-kata itu keluar dengan paksa dari sela-sela giginya, "Nona Vanesa, kita perlu bicara."
Aku mengangguk, "Baiklah, kita memang perlu bicara dengan baik."
Aku memimpin jalan keluar dari ruang kantor dan menuju sudut yang sepi di lorong.
Aku menatap Bu Adel yang tampak anggun di depanku, lalu bertanya, "Apa yang sebenarnya ingin dibicarakan olehmu?"
Bu Adel menatapku dari atas hingga bawah, lalu tiba-tiba tertawa.
Dia mengganti ekspresinya dengan wajah yang lebih tenang, lalu berkata dengan suara pelan, "Nona Vanesa, kamu benar-benar membuatku terkesan. Selama ini, aku pikir kamu hanya gadis kaya yang nggak punya otak. Satu triliun dulu kamu langsung menyerah hanya karena satu kata dari anakku."
Aku mengernyitkan dahi lalu berkata, "Bu Adel, aku bukan ingin mengobrol tentang masa lalu."
Bu Adel tersenyum tanpa sebab lalu berkata, "Nona Vanesa, sebutkan saja jumlahnya, kita selesaikan dengan baik. Atau .
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda