Bab 19
Tidur kali ini membuatku merasa tenang.
Aku terbangun di siang hari berikutnya.
Saat menatap ke atas, aku melihat masih ada infus di tanganku.
Sementara di sebelahku, ada seorang perawat wanita yang sedang mengukur tekanan darahku.
Aku bergerak sedikit. "Kak Rafael di mana?"
Perawat itu menatapku dengan bingung.
Aku segera memperbaiki panggilanku. "Pak Rafael di mana?"
Perawat tersenyum. "Pak Rafael pergi bekerja pagi ini, sekarang mungkin sudah mau pulang."
Aku langsung tersenyum.
Senangnya, begitu bangun, aku bisa langsung melihat Rafael.
Saat tersenyum, tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang aneh.
Kenapa aku sangat mengharapkan kemunculan pria asing yang baru aku temui kemarin?
Apa aku sudah berpindah hati secepat ini?
Saat pikiran ini muncul di benakku, aku langsung merasa sangat malu.
Mungkin aku benar-benar pasien otak bucin stadium akhir seperti yang dikatakan oleh Caroline. Dulu, Albert sudah membuatku menderita selama tujuh tahun, menjadikanku bahan tertawaan di kalangan elite
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda