Bab 194
Rafael tersenyum tanpa berkata apa-apa, hanya bertanya lagi, "Suka, nggak?"
Air mataku yang tak berharga kembali mengalir tanpa bisa kucegah.
Aku berusaha keras mengangguk.
Rafael berdiri di sampingku dengan tenang, menikmati pesta kembang api di seberang.
Dua tangan kami saling menggenggam erat, seperti dua orang yang terpisah bertahun-tahun dan akhirnya menemukan satu sama lain.
Di dalam pikiranku, ada banyak gambaran yang melintas namun sulit untuk ditangkap.
Aku seolah melihat seorang pemuda mengenakan kemeja putih berdiri di antara cahaya yang menyilaukan dan memberiku senyuman lembut.
Dia bertanya, "Vanesa, kamu suka apa?"
Gadis kecil itu menjawab, "Aku suka bunga."
"Oh? Bunga apa?" jawab pemuda itu dengan nada ringan.
"Kembang api!"
Setelah terdiam sejenak, pemuda itu tersenyum, "Bodoh, kembang api itu bukan bunga."
Gadis itu cemberut, "Siapa bilang bukan? Aku ingin banyak sekali kembang api saat ulang tahunku."
Pemuda itu berdiri di antara cahaya, dengan sedikit rasa menyesal d
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda