Bab 145
Rafael berpikir sejenak sebelum berkata, "Perempuan."
Aku tertawa, lalu berujar, "Aku sudah menebak yang mengadakan pameran seni pribadi ini pasti seorang perempuan. Apa dia cantik? Apa kakakku akan datang?"
Rafael terlihat sedikit terkejut dengan pertanyaanku.
Dia tertawa kecil sebelum menjelaskan, "Sebenarnya, aku nggak terlalu mengenalnya. Kakakmu yang mengenalnya, lalu dia menarikku untuk ikut dengannya. Aku pikir kamu mungkin akan bosan, jadi aku minta izin Dyan untuk membawamu keluar."
Dia melirik ke arah kakiku dan berkata, "Dyan bilang kakimu nggak ada masalah serius. Asal jangan terlalu dipaksa saja."
Aku mengangguk keras, lalu berkata, "Aku bisa. Aku baik-baik saja. Beri aku tongkat, aku bahkan bisa berjalan sendiri."
Rafael tertawa melihat tingkahku. Dia berujar, "Dasar gadis bodoh."
Aku tidak bisa menahan rasa penasaran dan bertanya, "Jadi yang mengenalnya itu kakakku atau kamu? Cantik atau nggak? Apakah kakakku tertarik padanya?"
Rafael hanya bisa tersenyum kecut mendengar
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda