Bab 117
Sejujurnya, saat orang mengenaliku, aku merasa canggung dan tidak berdaya.
Hatiku terasa jengkel karena dikenali.
Tidak ada seorang pun di dunia ini yang lebih membenci kata "Nyonya Vanesa" daripada aku.
Padahal tidak ada ingatan tentang "Nyonya Vanesa" dalam pikiranku, tetapi aku tetap dipanggil dengan nama itu. Aku juga harus menerima penilaian dan kritikan dari orang lain.
Aku mengatupkan bibir dan tidak berniat berbicara dengan wanita ini.
Setelah manajer cantik mengenaliku, terdapat tatapan merendahkan di matanya.
Dia menunjukkan senyum palsu dan berkata, "Ternyata Nyonya Vanesa. Maafkan aku karena nggak mengenali anda tadi. Kenapa anda datang ke sini? Di mana Pak Albert? Apa dia nggak datang bersamamu?"
Dihadapkan dengan pertanyaan ini, aku tidak tahu bagaimana menjawabnya dan juga tidak ingin menjawab.
Aku hanya berharap wawancara Caroline segera berakhir, agar kami bisa sama-sama meninggalkan tempat ini.
Melihat ekspresi muramku, manajer cantik tersenyum makin ramah dan berkata
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda