Bab 108
Jantungku berdebar dan segera menarik kembali pandanganku.
Alken sepertinya mengerti apa yang aku pikirkan. Dia sengaja menghembuskan asap rokok ke arahku, lalu berkata kepada tiga orang itu, "Ayo, mari mulai."
Aku melihat ke arah Caroline dengan tatapan minta tolong. Tetapi Caroline hanya mengangkat bahu dengan tak berdaya.
Permainan dimulai, Alken menyusun mahjong berwarna hitam emas dengan jemari panjangnya dan memberikan kesan yang mewah dan memikat.
"Kartu tiga koin."
Alken dengan santai melemparkan satu kartu, lalu menghisap rokoknya dengan mata terpejam.
"Hahaha, tembak! Menang, menang!"
Orang di seberangnya menggosok tangannya dengan gembira.
Alken mengolok-olok sambil tersenyum, "Hanya ini saja! Ambillah uangnya."
Selanjutnya adalah menghitung kartu dan mengocok kartu. Aku melihat Alken dengan santai melemparkan satu ikat uang.
Main sebanyak ini? Aku menggaruk kepala dengan bingung.
Alken melirikku. Dia bertanya, "Apa kamu sudah mengerti?"
Aku menggelengkan kepala dan menjawab
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda