Bab.15
Meskipun Briella dikontrak sebagai desainer paruh waktu di JAX, tetapi hari berikutnya dia diperkenalkan ke departemen desain JAX.
Setelah Asisten membawanya untuk berkenalan dengan staf, Asisten itu akhirnya membawanya ke kantor Morgan.
Pintu ruangan kantor Morgan terbuka saat didorong oleh Asisten, interiornya sangat bersih dan cerah, dengan sentuhan desain elegan dari ornament sekecil apapun.
Morgan duduk di meja kerjanya yang berbentuk S, bersandar di kursi dengan kedua tangan mengepal, dan sudah menunggu kedatangannya.
etelah lulus penilaian, sikapnya terhadap Briella tidak lagi menghina seperti sebelumnya, dan aura yang terpancar darinya jauh lebih ramah.
“Direktur Morgan.” Briella mengangguk dan menyapanya.
Morgan memberikan isyarat pada asistennya dan memerintahkannya untuk pergi.
Saat hanya ada dua dari mereka yang tersisa di kantor, dan Morgan mengangkat tangannya untuk memberi isyarat kepada Briella. “Duduklah.” Nada suaranya acuh tak acuh, dan dia bertindak dengan tenang.
“Oke.” Briella melangkah maju, duduk tepat di seberang Morgan.
Ada meja di antara keduanya, dan di dinding yang ada di belakang Morgan, ada sebuah lemari yang penuh dengan medali dan sertifikat yang diterima Morgan untuk perusahaan selama masa jabatannya.
Tatapan Briella menyapu mereka, dan rasa kagum pada Morgan tumbuh secara spontan.
Morgan benar-benar layak menjadi direktur desain utama JAX.
Ketika Briella menarik pandangannya, Morgan di depannya menatapnya dengan senyum di matanya hingga Briella agak terkejut.
Briella tersenyum padanya dan dengan sopan menunggu Morgan berbicara.
Morgan mengangkat alisnya dan bertanya dengan penuh minat, “Jika kau tidak keberatan, dapatkah kau memberitahuku alasan kenapa kau tidak terus menjadi model?”
Briella sedikit terkejut ketika mendengar itu. Nada suara Morgan tidak bermaksud menghina, setidaknya itu tidak membuat Briella merasa tersinggung.
Memikirkan berbagai pengalaman dalam beberapa tahun terakhir, dari model baru yang menarik perhatian ketika dia muncul, hingga berakhir menjadi model liar kecil karena tidak ada yang berani menaunginya, Briella ingin menertawakan dirinya sendiri.
“Sebagai mitra-mu, aku ingin tahu sedikit tentangmu. Tentu saja, aku tidak bisa memaksamu jika kau tidak ingin mengatakannya,” kata Morgan lagi.
“Kenapa tidak menanyakannya sebelum menandatangani perjanjian?” Briella bertanya terus terang, tapi sangat santai.
Sudut mata Morgan berkedut canggung. Biasanya, dia memang akan menyelidiki terlebih dahulu sebelum menandatangani kontrak, tetapi bekerja sama dengan Briella adalah perintah bos besar, bisakah dia tidak mengikuti perintah?
Morgan mengangkat bahu dan tidak menjawab pertanyaannya.
“Menjadi model tidak bisa mendukungku, aku harus makan.” Briella tersenyum pahit. “Seperti yang kau lihat, tidak ada perusahaan yang berani menandatangani kerjasama denganku.”
Jawaban Briella membuat Morgan tertegun selama beberapa detik, dan kemudian tersenyum.
“Jadi, jika kau bisa makan dengan cukup, apakah kau tertarik untuk kembali ke bisnis lama-mu? Aku tidak meragukan kemampuan desainmu, tapi aku pikir kau lebih berbakat sebagai model,” kata Morgan sambil melihat Briella dari atas hingga ke bawah, “apalagi dengan bentuk tubuh dan wajahmu yang sangat sempurna.”
“Terima kasih atas pujian Direktur Morgan.”
Melihat Briella tidak lagi berniat untuk menjawab, Morgan bangkit, berjalan mengelilingi meja dan datang padanya.
“Tujuanku memanggilmu hari ini adalah untuk membiarkanmu menemaniku ke sebuah pameran. Hal itu bisa memperluas wawasanmu dan aku ingin mendengarkan pengetahuanmu tentang produk jadi mereka.” Morgan menyerahkan sepotong lencana peserta pameran dari meja kantor kepada Briella.
Ketika Briella melihat kata yang tercetak di kartu pameran, pupil matanya melebar tanpa sadar.
Kata-kata ‘pameran produk baru musim dingin & undang VIP’ membuat Briella tiba-tiba merasa bahwa Tuhan sedang membuat lelucon besar dengannya.
Setelah perputaran yang panjang, kesempatan yang dia lewatkan kembali lagi dengan cara lain.
Melihat Briella tertegun dan linglung, Morgan bertanya, “Kenapa? Tidak mau pergi?”
“Tentu saja tidak!” Briella segera mengambil lencana itu dengan kedua tangannya. “Terima kasih karena Direktur Morgan memberiku kesempatan ini.”
Sudut bibir Morgan terangkat. “Ini bukan pameran biasa. Aku ingin melihat ringkasan yang kau buat dan kirimkan padaku setelah selesai.”
“Oke, aku akan mencoba yang terbaik.” Briella sangat senang.
Meskipun ini tidak termasuk dalam kerjasamanya, dan dia bukan bawahan yang harus mematuhi Morgan, tetapi untuk dapat memperoleh bimbingan dan pengajaran Morgan, ini adalah kesempatan dan kehormatan langka baginya.
“Kembalilah dan bersiaplah. Sampai jumpa di venue pada jam 6 sore,” kata Morgan sambil melangkah kembali ke kursinya dan duduk.
Briella mengangguk dan mengucapkan selamat tinggal padanya dengan hormat. “Baiklah, sampai jumpa malam ini, Direktur Morgan.”
Setelah itu, dia berbalik dan hendak pergi, tetapi setelah berpikir sebentar, dia merasa ada yang tidak beres.
“Um, apakah perwakilan JAX hanya kita berdua?" tanyanya ragu-ragu.
Morgan mengangguk, dan Briella bahkan lebih bingung. “Kenapa?”
Briella berpikir bahwa ada begitu banyak desainer terkemuka di perusahaan. Meskipun pameran ini bukan yang terbaik, tapi ini adalah kesempatan yang baik untuk belajar.
Kulit Morgan sedikit menggelap, dan wajahnya tampak tak berdaya.
Bagaimana dia bisa menjawab pertanyaan Briella? Dia sama sekali tidak bisa mempertanyakan keputusan bos besarnya.
“Desainer yang lain tidak punya waktu untuk hal ini, mereka sedang mengejar waktu untuk mendesain produk musim baru.” Morgan menemukan alasan yang tidak terlalu buruk.
***
Pada siang hari, Briella tidak lupa menelepon JJ untuk memberitahukan padanya bahwa dia akan terlambat pulang malam ini karena menghadiri pameran.
Pada saat Briella menelepon, kebetulan JJ sedang makan siang.
Saat melihat nama Briella berkedip di layar, JJ terburu-buru menyenggol Stuart dengan ekspresi gembira.
“Stu, lihat! Aku juga memiliki nomor telepon khusus keluarga, Lala sedang menghubungiku!” kata JJ.
Sebelum Stu sempat menjawab, JJ sudah berlari keluar dengan penuh semangat. Langkah kakinya seolah terbawa angin, dan dia seperti memenangkan sesuatu.
JJ berdiri di koridor kelas untuk menjawab telepon, “Halo? Lala!”
Nada gembira JJ membuat Briella merasa tertekan. Setiap kali dia menghubungi JJ, tampaknya hanya untuk mengecewakan anak itu.
JJ bukanlah seorang anak yang menjengkelkan, dia hanya perlu diakui dan diperhatikan. JJ bukan anak yang pemaksa, selama alasannya masuk akal, JJ akan menerima semuanya.
Briella memberitahu JJ rencananya malam ini, dan sebagai balasannya, JJ terdengar sedih.
“Benarkah? Daddy juga tidak akan pulang untuk makan malam malam ini, hanya aku yang tersisa.”
“Hah?” Hal ini membuat Briella semakin menyesal, dan hanya bisa berkata, “Kalau begitu kau boleh menungguku pulang malam ini, dan aku akan mengajakmu bermain di akhir pekan nanti.”
Mendengar jawaban ini, JJ langsung menjadi senang kembali. “Baiklah, itu kesepakatan!”
***