Bab 8
”Suatu keharusan untuk menikmati pancake hangat dengan mentega berkualitas tinggi. Lalu, seteguk coklat panas untuk dinikmati bersama pancake.”
Catherine melanjutkan pertunjukan makannya.
Dia menikmati setiap gigitan makanan dengan sungguh-sungguh. Mempertimbangkan wajahnya yang cantik juga, penampilannya jauh lebih menghibur dan meyakinkan daripada acara siaran makan lainnya.
Shaun tidak tahan lagi.
"Meong." Pada saat yang sama, Fudge melompat ke meja makan sambil mengibaskan ekornya.
Berpikir kucing itu pasti lapar, Shaun berjalan ke lemari. Dia kembali dengan sepiring makanan kucing dan meletakkannya di depan Fudge.
Fudge mengendusnya selama beberapa detik, lalu memalingkan wajahnya. Ia menatap Catherine dengan mata serakah.
Ekspresi canggung muncul di wajah pria itu.
Catherine menekan keinginan untuk tertawa sebelum memberi makan kucing itu sepotong kecil cinnamon roll. Kucing itu melahapnya dalam hitungan detik.
“Kucing yang baik.”
Catherine menepuk kepala kucing itu dengan penuh kasih. 'Kamu memiliki selera yang jauh lebih baik daripada pemilikmu,' batinnya dalam hati.
Shaun merasa malu. Setelah kucingnya memakan dua gigitan cinnamon roll lagi, Fudge melanjutkan untuk menikmati churros. Ini membuat kerutan di dahi pria itu.
"Kamu…"
Catherine memanfaatkan kesempatan itu dan memasukkan sepotong churros ke dalam mulut Shaun.
Amarah melintas di mata Shaun. Saat Shaun hendak memuntahkannya, bagian luar churros yang renyah yang dilapisi gula kayu manis meleleh di lidahnya.
Secara naluriah, dia mulai mengunyah adonan yang padat. Rasanya renyah di luar, tapi lembut di dalam. Itu lezat.
Pastinya, dia sudah pernah makan churros sebelumnya. Para juru masak dari keluarga Hill bisa membuat berbagai jenis makanan, tetapi tidak ada yang terasa seenak ini.
Entah kenapa, churros yang dibuat Catherine memunculkan rasa krim susu tanpa membuatnya mual.
“Apakah enak?” Catherine bertanya, menangkupkan dagunya dengan kedua tangan. Dia percaya diri dengan masakannya.
Cahaya keluar dari mata Shaun, ketika dia melihat senyum puas di wajah Catherine.
"Biasa saja."
Kemudian, Shaun mengambil sepotong churros lagi dan melanjutkan makan. Gigitan kecil sebelumnya tidak cukup baginya untuk merasakan sepenuhnya rasa churros itu.
Catherine mengedipkan mata sambil bercanda. "Bukankah kamu bilang rasanya biasa saja?"
“Tentunya kamu tidak bisa menghabiskan semua ini. Aku tidak suka membuang-buang makanan,” pria itu menjawab dengan tenang.
Catherine membuka bibirnya untuk membalas, tapi Shaun menyela dengan mengernyit, "Jangan bicara saat makan."
“...”
Catherine tersentak karena dia belum pernah melihat orang yang begitu tidak tahu malu.
Shaun berkata dengan dingin, bahwa dia tidak suka sarapan dengan makanan manis, tapi dia sekarang melahap churros, pancake, dan cinnamon roll—coklat panas juga.
Dia benar-benar tidak tahu malu!
Awalnya, Shaun hanya ingin mencicipi sedikit makanan itu, tapi semua makanan yang Catherine buat sangat enak. Bahkan, rasanya lebih enak daripada yang dia makan di restoran.
Sungguh diluar dugaannya, bahwa wanita ini bisa membuat sarapan yang nikmat.
Kesannya terhadap Catherine sedikit berubah. Secara kebetulan, Catherine menoleh ke arahnya dan mata mereka bertemu. “Shaunny, kamu mau makan apa untuk makan malam? Aku akan memasakannya untukmu,” ucapnya lembut.
"Aku ada janji makan malam nanti malam."
Kemudian, Shaun pergi tanpa sepatah kata pun untuk berganti pakaian di kamar tidur.
Ini tidak membuat Catherine kesal. Bukan hal yang aneh, jika bos sebuah bisnis multinasional disibukkan dengan pekerjaan.
Namun, tetap penting untuk menjaga hubungan baik di antara mereka.
Catherine segera membersihkan meja dan bergegas untuk berganti pakaian kerja juga.
Ketika Shaun hendak meninggalkan rumah, Catherine dengan cepat keluar dari kamarnya dengan tasnya.
“Shaunny, bisakah kamu memberiku tumpangan? Aku juga akan berangkat kerja. Jika terlalu merepotkan, kamu bisa menurunkan aku di stasiun kereta bawah tanah. Aku mohon."
Shaun mengerutkan bibir sambil berpikir untuk menolak. Namun, dia akhirnya mengangguk setelah mempertimbangkan bahwa dia sangat menikmati sarapan yang Catherine buat hari ini.
Keduanya menggunakan lift untuk menuju ke tempat parkir.
Catherine mengira dia akan masuk ke mobil Bentley atau Maybach, tetapi ketika pria itu berhenti di sisi mobil Lexus berwarna putih…
“Um… Apakah ini mobilmu?”
"Iya."
Shaun membuka pintu dan duduk di kursi pengemudi.
Bingung, Catherine mengikuti dan memasuki mobil. “Shaunny, kenapa kamu memilih mobil ini?”
Pria ini seharusnya menjadi pewaris bisnis multinasional, tetapi dia mengendarai mobil yang harganya hanya sedikit di atas 300.000 dolar?
“Murah dan hemat bahan bakar,” jawab Shaun dengan enteng sambil menyalakan mesin mobil.
“Kamu tahu cara terbaik untuk hidup, suamiku luar biasa.”
Catherine menoleh ke samping mendapati sebungkus tisu murah di dasbor. Kemasannya bertuliskan 'XXX SPBU—termurah dan termudah.'
“...”
Catherine bingung.
Apakah semua bos yang sukses saat ini hidup hemat seperti ini?
Mungkinkah dirinya tidak diperlakukan dengan baik oleh keluarga Jones, karena dia menghabiskan banyak uang daripada menabung seperti bos sukses lainnya?
Catherine berpikir keras saat dia merenungkan ini.
Sepuluh menit kemudian, mobil itu berhenti di dekat stasiun kereta bawah tanah. Shaun berbalik menghadapnya. "Turunlah."
“...”
Catherine tidak bisa berkata-kata.
Catherine mengatakan itu karena kesopanan, tetapi Shaun benar-benar melakukan seperti yang dia ucapkan.
Bagus, bagus, bagus.
Sambil menekan amarah yang memuncak di dalam diri, Catherine memaksakan senyum malu-malu di wajahnya. “Terima kasih, Shaunny.”
Begitu Catherine melangkah keluar dari mobil, mobil itu melaju pergi sebelum dia bisa mengatakan sesuatu yang lain.
Sungguh pria yang menyebalkan dan kejam!
…
Catherine sampai di kantor sekitar jam 9 pagi.
Sejak kembali dari studinya di luar negeri, dia bekerja di Summit Building Design Group. Itu adalah perusahaan terbesar keluarga Jones.
Namun, begitu dia menginjakkan kaki ke dalam gedung, Manajer Proyek, James Lennon, berkata kepadanya dengan suara yang aneh, “Kamu tidak usah datang lagi mulai hari ini. Proyek ini bukan lagi milikmu.”
"Apa maksudmu?"
Mata James berbinar ketika dia melihat seseorang di belakang Catherine. "Rebecca, kamu ada disini."
Catherine tersentak dan melihat Rebecca mendekat ke arah mereka dengan mengenakan atasan rajutan putih berkerah rendah. Di sebelah kanannya adalah Ethan yang mengenakan kemeja dengan warna yang sama. Lengan mereka saling terkait.
Sinar matahari yang mengalir ke dalam ruangan melalui jendela menyelimuti mereka berdua. Mereka tampak seperti pasangan bahagia dengan pakaian yang serasi.