Bab 9 Merasa Ditipu
"Hah? Maksudmu sebentar lagi?"
Felix membutuhkan beberapa detik untuk memproses informasi ini.
George juga bingung.
Mereka bertukar pkaung dengan bingung sebelum memutar pkaungan ke arah Farrel secara bersamaan.
Farrel tidak menjelaskan. Dia mempertahankan ekspresinya yang acuh tak acuh seolah-olah dia tidak baru saja menjatuhkan bom.
Itu membuat mereka merasa seperti baru saja mengalami ilusi.
Kegembiraan dengan cepat menerangi ekspresi Felix.
"Ka-kakakku… aku tidak salah dengar, ‘kan? Apa kau baru saja bilang kalau kau akan segera menikah?"
Farrel menatapnya dengan dingin.
"Kau salah dengar."
"Tidak, tidak, sama sekali tidak! Bagaimana mungkin aku? George, kau mendengarnya, bukan? Dia baru saja mengatakan dia akan segera menikah! Dia berkata segera, Ya Tuhan…"
Felix kesulitan menenangkan diri. Berita ini terlalu mengejutkannya.
Seperti yang diharapkan dari kakaknya!
Farrel memiliki kepribadian yang tenang layaknya seorang biksu. Seorang pria yang bahkan mungkin tidak bereaksi ketika dibius!
Namun dia berkata bahwa dia akan segera menikah!
"Siapa? Siapa yang kau perhatikan? Wanita muda kaya yang mana? Seperti apa dia? Apa dia cantik? Apa dia memiliki tubuh yang bagus?"
Tuan Muda Kedua dari keluarga Jahn mulai bertanya tentang pasangan kakaknya seperti orang tua yang khawatir anaknya akan menikah.
Farrel bersender di kursinya, tidak terganggu. Dia membolak-balik dokumennya dengan seksama, tampak seperti dia tidak mendengar saudaranya.
Kini dengan rasa semakin penasaran, Tuan Muda Kedua dari keluarga Jahn mengesampingkan harga dirinya dan berkata, "Kakakku ... Saudaraku sayang, aku akan melakukan semua pekerjaanmu dan menghadiri perayaan rekanmu malam ini. Apa kau tidak mau beritahu siapa wanita itu?"
Farrel kesal melihat betapa adiknya sangat berisik. Dia menatapnya dengan dingin.
"Pergilah!"
"Tidak akan! Kau masih belum mengatakan siapa dia! Bagaimana kau bisa menjebakku dengan agendamu dan kau tidak mau memberitahuku? Sungguh tidak terpuji!"
Felix menolak untuk mengakhiri percakapan. Dia seakan ingin berbaring di lantai kantor sampai kakaknya memberitahunya.
Farrel mengancamnya.
"Apa kau ingin menghabiskan tiga bulan di Afrika?"
Sontak, Felix tersedak.
"Ini seharusnya tidak akan pernah terjadi!"
Pertanyaan anehnya tersangkut di tenggorokannya. Dia berpikir bahwa saudaranya akan merahasiakan ini darinya! Dia yakin bahwa rasa penasarannya ini akan membuatnya kehilangan tidur dan nafsu makan malam ini!
...
Di Furong Park...
Sally sangat gembira bisa dibebaskan dari pekerjaan hari ini dan tinggal di rumah untuk menjaga Xander.
Xander sangat penurut dan selalu membuntutinya kemanapun Sally bergerak.
Di malam hari, dia membawanya keluar, agar dia tidak bosan. Sepulangnya, dia membeli banyak bahan makanan, karena berencana memasak untuk pesta kecil makan malam untuk mereka berdua.
Dia yakin ini akan menjadi makan malam terakhir mereka.
Farrel tidak akan pernah tidur lagi di sofa sempit itu. Begitupun dengan Xander yang tidak akan mungkin tinggal dengannya selamanya.
Meskipun dia cukup sedih Xander pergi, dia mengerti bahwa ini semua hanyalah pertemuan yang singkat namun berarti. Begitu ayah dan putranya kembali ke rumah keluarga Jahn, tidak ada lagi hubungan antara mereka.
Farrel tiba di rumahnya pada malam hari seperti yang dijanjikan.
Sally tidak terkejut. Dia membiarkannya masuk dan berkata, "Makan malam sudah siap. Jika kau tidak keberatan, kau bisa makan di sini sebelum membawa pulang Xander."
Farrel tampak senang.
"Tentu saja, aku tidak keberatan. Aku membawakan pakaian Xander."
Dia menatapnya, tertegun, tidak begitu mengerti apa yang dia maksud sejenak.
Farrel menambahkan, "Xander sepertinya tidak mau pergi. Jadi aku rasa dia mau tinggal disini bersamamu, Nona Sally. Bisakah kau terus membiarkan Xander tinggal bersamamu?"
Sally tercengang. "Hmm… Bukankah itu tidak sepatutnya?"
Meskipun dia sangat menyukai Xander, dia tidak bisa menjaganya sepanjang hari.
Farrel bisa membaca pikirannya. Dengan ekspresi serius, dia berkata, "Aku tahu ini jadi masalah bagimu, tapi ... tolong bantu aku, Nona Sally. Aku harus jujur. Xander memiliki gejala autisme ringan. Mungkin kau tidak tahu, tetapi kapan pun dia kesal, dia akan mengunci diri di dalam kamarnya dan melemparkan barang-barang. Dia bahkan melukai dirinya sendiri. Aku pernah melihat seorang psikiater tentang hal ini yang telah benar-benar merawatnya dengan baik, tetapi masih belum ada cara untuk menyelesaikan masalah ini."
Dia melanjutkan, "Xander biasanya tidak menempel pada siapapun, namun dia sangat tertarik padamu. Itulah mengapa aku sangat memohon meminta bantuanmu.”
Setelah mendengar penjelasannya, Sally merasa galau. Pasalnya, dia tidak pernah menyangka bahwa Xander akan mengalami kondisi seperti itu.
Dia sama sekali tidak terlihat seperti itu. Dia bahkan curiga Farrel sedang berbohong padanya.
Tapi setelah dipikir-pikir, tidak ada gunanya dia berbohong padanya. Sebaliknya, dialah yang dijanjikan hadiah 100.000 yuan berkat Xander.
Mempertimbangkan ini, dia tidak punya alasan untuk menolak bantuan ini.
"Aku sudah mengenal Xander kurang dari dua hari, jadi kurasa aku tidak punya pengaruh seperti itu padanya. Tapi ... tidak apa-apa jika kau ingin Xander untuk di sini, tapi aku tidak bisa menjaganya sepanjang hari. Aku harus bekerja."
"Tentu saja."
Senang karena dia telah mencapai tujuannya, Farrel mengubah topik dan berkata,
"Makan malam sudah siap, bukan? Aku lapar."
"Hah? Oh, ya, sudah siap. Aku akan mengatur mejanya sekarang."
Hanya setelah dia berbicara, Sally menyadari ada sesuatu yang tidak beres.
Mengapa dia merasa seperti seorang istri yang menyambut suaminya pulang?
Bah!
Pikiran ini membuat Sally takut dan ngeri. Dia bertanya-tanya sendiri apakah dia sedang ‘sakit’ atau tidak.
Ketika makan malam selesai, dia berharap agar Farrel segera pergi.
Sayangnya, keinginannya itu tidak terkabulkan. Guntur bergemuruh dan mulai hujan deras tanpa menunjukkan tanda-tanda akan reda.
Sally melihat ke luar jendela dengan tatapan cemberut.
Farrel mengedipkan mata. Dia berkata, "Nona Sally, aku akan pulang sekarang jika tidak ada yang lain. Aku meninggalkan Xander denganmu."
"Hah? Kau pergi sekarang? Diluar masih hujan," jawab Sally terkejut, matanya membelalak.
Farrel berkata dengan acuh tak acuh, "Ramalan cuaca mengatakan bahwa hujan lebat akan berlangsung sepanjang malam. Tidak akan berhenti dalam waktu dekat. Ini juga sudah larut. Aku tidak akan mengganggumu lagi."
Sally menjadi salah tingkah setelah mendengar apa yang dia katakan. Akan sangat berbahaya untuk mengemudi dalam cuaca seperti itu. Dia khawatir kalau sesuatu akan terjadi padanya jika dia tetap pergi.
"Um… Jika kau tidak keberatan, kenapa kau tidak bermalam di sini?" dia bertanya agak canggung.
Mendengar ini, Farrel geli kesenangan. Bahkan tanpa sepatah kata pun penolakan, dia berkata, "Aku tidak keberatan kalau begitu."
Melihat reaksinya, Sally merasa seperti telah ditipu.