Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 1

Di bulan Juni, matahari sangat terik. Cindy Gunawan baru saja melangkah ke pintu vila, sebuah koper jatuh dengan keras di samping kakinya. Nyonya cantik berpakaian elegan berdiri di pintu masuk sambil menatapnya. Matanya melirik fitur wajah halus gadis itu dan kulitnya yang putih, ada kecemburuan di matanya dan diikuti dengan rasa jijik yang tidak disembunyikan. "Aku sudah suruh orang mengemas barang-barangmu. Mulai hari ini, keluar dari rumah ini dan kembali ke rumah orang tua kandungmu!" Cindy bahkan tidak melihat koper di lantai dan menatap dingin ke arah Silvia Bonardi, wanita yang sudah dia panggil ibu selama 17 tahun. Pergerakan di pintu menarik perhatian orang-orang di rumah. Tak lama kemudian, Petrus Gunawan dan anak-anaknya pun keluar. Petrus memandang koper yang jatuh di samping Cindy, lalu memandang istrinya dengan nada bicara terkesan menyalahkan. "Silvia, apa yang kamu lakukan? Bagaimanapun, Cindy adalah putri yang sudah kita besarkan selama 18 tahun." "Dia adalah orang tidak tahu berterima kasih!" Silvia memelototi Cindy, "Aku jelas-jelas menyuruhnya untuk menyerahkan posisi perwakilan citra kota pada Sinthia kali ini, dia mengabaikan perkataanku. Jika bukan karena aku mencari tahu daftar nama final, aku sampai sekarang masih tidak tahu! Jika dia punya hati nurani, dia tidak seharusnya merebut sesuatu dari adiknya!" Ada kecemburuan di mata Sinthia Gunawan yang berada di samping begitu mendengar perkataan Silvia, tapi sangat cepat ditutupi, wajahnya terlihat sedih, tapi malah berkata .... "Ibu, jangan seperti ini. Perwakilan citra kota adalah kesempatan langka, wajar saja kalau kakak tidak mau memberikannya, mungkin aku masih belum cukup baik, kalau tidak juga tidak mungkin tidak terpilih ...." "Kamu bagian mana yang kalah darinya? Semua yang dia miliki adalah milik Keluarga Gunawan." Silvia menghibur putrinya dengan lembut. Cindy menyaksikan pertunjukan ibu dan anak ini dengan tenang. Dia sudah berkali-kali melihat pertunjukan seperti ini sejak kecil. Saat ini, dia tidak hanya tidak merasakan apa pun, bahkan dia mau tertawa. Tiga hari lalu, dia tertabrak mobil dan terlempar sampai lebih dari 20 meter demi menyelamatkan Sinthia, semua orang mengira dia tidak akan selamat. Saat Silvia dan Keluarga Gunawan sampai ke tempat kejadian, reaksi pertama mereka bukanlah melihat seberapa parah lukanya, melainkan menghibur putri mereka yang sangat ketakutan karena hampir tertabrak dan tidak bisa berhenti menangis. Saat itu, Cindy terbaring di tanah dalam keadaan linglung, hanya merasa kaki dan tangannya dingin, tapi yang membuatnya lebih kecewa adalah percakapan antara Petrus dan Silvia .... "Bagian depan mobil sampai hancur, seharusnya tidak akan selamat." "Begini juga bagus, dia mati berarti memang benar sudah mengadang takdir bencana dalam hidup Sinthia, tidak sia-sia keluarga kita sudah membesarkannya selama bertahun-tahun .... Cindy selalu tahu dia hanyalah alat yang dibesarkan Keluarga Gunawan demi mengadang bencana untuk Sinthia. Saat masih kecil, dia tidak mengerti kenapa setiap kali Sinthia sakit, Silvia akan menyuruhnya untuk menjaganya sepanjang waktu dan Sinthia akan cepat sembuh setiap kali dijaganya, sedangkan dirinya sendiri akan sakit parah. Lalu dia bertemu gurunya dan mendapatkan petunjuk darinya, dia baru tahu horoskopnya dan Sinthia termasuk dua kebalikan dari langit dan bumi. Alam semesta terbagi dua dan dia adalah bagian yang baik. Keluarga Gunawan membesarkannya di samping Sinthia, sebenarnya menggunakan keberuntungannya untuk menebus kesialan pada Sinthia, sementara setelah berulang kali mengadang kesialan, nasib Sinthia perlahan membaik, sedangkan dia perlahan menurun. Jika bukan karena punya persiapan, mungkin keberuntungan Cindy sudah habis dan mati dalam kecelakaan mobil tiga hari lalu. Dan juga karena kecelakaan mobil ini, ayah kandungnya tidak sengaja menemukannya. "Apakah sudah selesai berbicara? Aku sudah boleh pergi?" Setelah mendengar pasangan suami istri ini membicarakan kematiannya dengan tidak peduli, harapan terakhir Cindy pada Keluarga Gunawan sudah hilang semua. Dia sama sekali tidak sedih meninggalkan Keluarga Gunawan. "Cindy, jangan salahkan ibumu, masalah ini memang kesalahanmu." Petrus baru berjalan keluar, wajahnya serius seperti biasa, "Karena orang tua kandungmu sudah datang kemari, kamu kembalilah bersama mereka." Sinthia juga ikut berbicara, suaranya lembut dan takut-takut. "Kakak, jangan marah pada Ibu, Ibu melakukan semuanya untukku." Setelah itu, dia tiba-tiba mengambil sebuah amplop dari samping dan menyerahkan padanya sambil berkata sangat perhatian. "Ini dua juta. Aku dengar dari ayah bahwa orang tua kandung Kakak tinggal di gunung dan sangat miskin. Apalagi jaringan di tempat itu belum berkembang dengan baik, lebih baik bawa uang tunai." Silvia di samping mendengus dingin. "Jangan bilang kami tidak peduli dengan hubungan kita bertahun-tahun. Dua juta ini sudah cukup untuk dipakai setahun di pegunungan, keluarga kami sudah sangat baik padamu." Dia berkata dan mengejek lagi. "Setelah kamu kembali ke sana, mungkin sudah tidak ada kesempatan bertemu lagi, katanya ada banyak pria tua di pegunungan yang tidak bisa mendapatkan istri, kebetulan kamu kembali dan bisa menikah di sana. Lagi pula nilaimu rata-rata, pasti tidak bisa masuk perguruan tinggi." Cindy melihat ekspresi Silvia yang berbuat baik tapi penuh kedengkian sekilas. "Garis dahimu agak dalam, itu karena terlalu banyak perhitungan dan utang moral yang menumpuk, daripada mengkhawatirkanku, kenapa tidak menggunakan dua juta ini untuk membeli masker wajah dan merawatnya?" Dia berhenti sebentar, lalu menambahkan seolah-olah sengaja melakukannya. "Walaupun mungkin tidak berguna." Cindy mengatakan ini dengan serius, tapi wajah Silvia berubah drastis dan langsung berteriak marah, "Dasar jalang, siapa yang memberimu keberanian untuk berbicara seperti ini padaku!" Saat berbicara, dia mengangkat tangan dan menampar ke arah wajah Cindy. Cindy hanya menatapnya dingin, memiringkan tubuh sedikit dan tamparan Silvia tidak mengenainya. Silvia tidak percaya, "Kamu masih berani menghindar ...." Sinthia di samping melihat ini dan buru-buru ke depan untuk memegang Cindy, "Kakak, jangan membuat ibu marah, ibu akan memaafkanmu selama kamu berbicara baik-baik." Bahasanya halus sekali, tapi sebenarnya hanya mau menariknya untuk tidak menghindari tamparan Silvia. Cindy mengangkat tangan untuk mendorongnya, tapi saat matanya melesat, dia melihat gelang giok di pergelangan tangan Sinthia. Lalu dia berbalik untuk meraih pergelangan tangan Sinthia dan bertanya dingin. "Kenapa gelang ini ada padamu?" Sinthia sengaja memakai gelang ini hari ini memang untuk pamer. Saat melihat dia akhirnya menyadari gelang yang dipakainya dan tiba-tiba meraih tangannya, Sinthia tiba-tiba terlihat ketakutan dan menjerit kesakitan. "Sakit ...." Begitu Sinthia menjerit, ekspresi Silvia langsung berubah, meraih tangan Cindy dan menariknya pergi, lalu berteriak marah. "Cindy! Kamu mau apa?" Cindy malah memelototi Sinthia, suaranya sedikit dingin, "Ini adalah gelang yang nenek tinggalkan untukku." "Apanya gelangmu?! Ini adalah peninggalan nyonya besar pada putri Keluarga Gunawan. Kamu sudah bukan lagi bagian dari Keluarga Gunawan, tentu saja gelang itu adalah milik Sinthia!" Cindy menggertakkan gigi, melepaskan tangan yang memegang koper dan menoleh ke arah Petrus. "Aku bisa tidak mengambil apa pun dari Keluarga Gunawan, aku hanya mau gelang yang nenek tinggalkan untukku." Jika ada sesuatu dalam Keluarga Gunawan yang dia pikirkan, maka itu adalah neneknya. Nenek adalah satu-satunya orang di keluarga ini yang tulus menyayanginya. Bahkan sebelum meninggal, satu-satunya hal yang dia pikirkan adalah setelah dia pergi, kelak Cindy tidak akan bisa hidup dengan baik. Gelang itu adalah satu-satunya barang peninggalan nenek. Saat mendengar perkataan Cindy, ekspresi Petrus tidak banyak berubah, "Walaupun kamu diadopsi, aku selalu menganggapmu seperti putri kandungku. Keluarga Gunawan adalah keluarga baik-baik, tidak akan membiarkan putri adopsi kembali ke keluarga kandungnya tanpa membawa apa pun. Kondisi keluarga kandungmu tidak baik, kamu lebih baik membawa apa pun yang harus dibawa." Dia sama sekali tidak mengatakan apa pun tentang memberikan gelang itu padanya. Sinthia berkata sedih, "Kakak, aku tahu kamu sangat menginginkan gelang ini, tapi bagaimanapun juga ini adalah milik nenek ... begini saja, bagaimana kalau aku mengirimkan uang lagi padamu? Apakah 20 juta cukup? Kalau tidak cukup, bagaimana kalau 40 juta?" Makna tersirat dibalik perkataannya adalah dia mau menggunakan gelang ini untuk ditukar dengan uang. Cindy langsung menatap Sinthia dengan dingin. Sinthia langsung merinding saat dilirik olehnya. Silvia segera berdiri di depan Sinthia dan memarahi dengan tajam. "Tatapan apaan ini?! Apakah perkataan Sinthia salah?! Ini memang barang milik Keluarga Gunawan, kamu punya hak apa untuk memintanya? :Jangan lupa kamu dibesarkan oleh Keluarga Gunawan. Kami juga tidak meminta uang yang kami habiskan untukmu selama bertahun-tahun, bahkan memberimu tambahan dua juta." Dan saat ini, Jiran Gunawan yang dari tadi diam akhirnya angkat bicara, sangat mirip dengan Petrus sewaktu muda, ekspresinya sedikit tidak puas dan sedih. "Cindy, itu adalah barang Sinthia, kapan kamu menjadi begitu serakah?" Cindy diam-diam mengepalkan tangannya, lalu mendengar Jiran berkata lagi, "Kalau kamu menyerahkan posisinya pada Sinthia dengan patuh, aku bisa membujuk ayah dan ibu untuk mempertahankanmu di sini."
Bab Sebelumnya
1/100Bab selanjutnya

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.