Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 13

Larut malam. Di luar vila Keluarga Kusnadi sunyi senyap. Hanya ada beberapa kamar yang masih terang. Cindy berbaring di ranjang berwarna merah muda dan menatap lukisan bintang di langit-langit yang berkilauan di tengah kegelapan. Itu tampak seperti dunia fantasi, tetapi penuh keharmonisan. Mungkin karena khawatir anak kecil akan takut pada kegelapan jika terbangun di tengah malam. Dari penataan kamar ini, dapat lihat bahwa orang tuanya sangat menantikan kelahirannya kala itu. Itu adalah kekeluargaan yang belum pernah dirasakan oleh Cindy. Di rumah Keluarga Gunawan, tidak ada seorang pun yang menantikan kedatangan Cindy. Mereka mungkin hanya mengharapkan kematian Cindy. Bagaimanapun, kematian Cindy akan membawakan keberuntungan dan kelancaran seumur hidup bagi Sinthia. Cindy memejamkan mata, berhenti memikirkan masalah dan orang yang berkaitan dengan Keluarga Gunawan. Lalu, Cindy memikirkan hal lain. Sejak memasuki rumah Keluarga Kusnadi, tidak ada yang mengungkit ibu kandungnya. Apakah ibu sudah meninggal? Apakah ada rahasia lain? Di tengah lamunan, Cindy mendengar suara melengking yang familier sehingga langsung membuka mata. Ekspresi Cindy berubah karena teringat pada sesuatu. Cindy langsung bangun dan memakai jaket, lalu berlari ke jendela. Dari situlah suara tersebut berasal. Cindy membuka jendela dan hanya bisa melihat langit malam yang gelap. Detik berikutnya, muncul selembar jimat di tangan Cindy. Cindy melempar jimat ke udara seraya bergumam, "Wahai langit dan bumi, wahai alam semesta, patuhlah padaku. Angin!" Setelah itu, Cindy menumpu ambang jendela dan melompat dari jendela di lantai tiga. Detik berikutnya, angin sepoi membawakan kembali jimat itu kepada Cindy. Cindy yang jatuh bebas seolah-olah ditopang oleh angin itu yang kemudian mendaratkannya di permukaan tanah. Di dekat jendela lantai dua, Sovian sedang "bertempur" bersama teman di ponsel. Sovian melirik bahwa ada sesuatu yang jatuh dari lantai atas sehingga secara refleks menoleh ke samping. Detik berikutnya, muncul notifikasi terbunuh dalam game di ponsel Sovian. "Astaga!" Sovian berteriak dan bangkit berdiri dari kursi. Teringat siapa yang tinggal di lantai atas, Sovian langsung berjalan ke jendela dengan marah dan ingin melihat barang apa yang telah dibuang oleh kakak sepupunya yang tidak beretika itu dari lantai atas. Sovian berencana memungut barang itu dan langsung melemparnya ke depan muka Cindy. Namun, begitu menengok ke bawah, Sovian melihat ada bayangan yang melintas kilat di taman. Ketika Sovian ingin melihat dengan saksama, bayangan itu sudah hilang. Sovian membelalak ke arah bayangan itu hilang. "Apa-apaan?" Walau gemar bermain game, Sovian memiliki daya penglihatan yang sangat bagus. Mengapa bayangan tadi seperti Cindy si cenayang itu? Kapan Cindy turun? ... Di luar gerbang, Cindy bergegas berlari ke suatu arah. Dari jauh, Cindy melihat sebuah vila besar dengan tiga lantai. Vila itu terang benderang saat ini. Begitu mendekat, Cindy samar-samar mendengar suara ribut di dalam vila. "Ow, ow!" Mendengar suara familier itu, Cindy buru-buru berlari ke depan gerbang vila. Di depan gerbang taman besi, Cindy melihat bahwa beberapa pengawal sedang mengejar suatu hewan di taman. Salah seorang pengawal mengeluarkan tongkat teleskopik dan ingin memukul hewan itu. Ekspresi Cindy berubah seketika. Cindy berteriak dari luar. "Hentikan! Itu peliharaanku!" Sambil berteriak, Cindy secara refleks ingin merogoh jimatnya. Akan tetapi, sebelum Cindy sempat mengambil tindakan, terdengar suara yang tidak jelas dari protofon pengawal. Salah seorang pengawal membuat gestur tangan sehingga pengawal yang hendak memukul hewan itu langsung menyimpan tongkat yang dia pegang. Detik berikutnya, gerbang besi di depan Cindy terbuka secara otomatis. Cindy bergegas melangkah ke dalam. Hewan yang dikepung oleh pengawal juga segera berlari menuju Cindy. Hewan kecil yang tersembunyi dalam kegelapan itu akhirnya terlihat dengan jelas. Itu adalah rubah putih dengan badan yang bulat dan ekor yang gemuk. Rubah itu membawa ransel hewan di punggung dan ransel itu berisi sesuatu. Ransel itu terombang-ambing ketika rubah berlari. Rubah itu berlari ke depan Cindy dan memanjat paha Cindy. Sambil memanjat, rubah itu melolong dengan sedih, sama sekali tidak galak seperti meraung pada pengawal barusan. Cindy dengan tidak berdaya menopang pantat rubah itu dan memeluknya. Akan tetapi, Cindy merasa heran. Dengan indra penciumannya, rubah ini tidak mungkin salah tempat. Tepat saat itu, secercah cahaya emas melintas kilat di depan mata Cindy. Cindy secara refleks mendongakkan kepala dan melihat lingkaran besar cahaya emas yang familier di ambang pintu vila. Begitu dilihat dengan saksama, itu adalah orang. Orang yang familier. Aaron Christian, manusia cahaya emas, sang iblis. Ternyata ini rumah Bos Aaron? Cahaya emas di sekeliling tubuh Aaron tampak lebih terang di malam hari. Butuh waktu sesaat bagi Cindy untuk menyesuaikan penglihatan. Cindy memeluk rubah seraya berjalan ke depan dan merasa canggung. "Tuan Muda Aaron, maaf. Ini rubah peliharaanku. Ia cari aku, tapi salah tempat." Gadis itu memakai piama tipis, jelas terburu-buru keluar dan hanya sempat memakai jaket. Gadis itu sedang memeluk rubah. Pakaiannya agak kucek dan samar-samar ada jejak cakar. Aaron mengernyit, tetapi tidak ada banyak ekspresi di wajah. "Kelihatannya tidak kayak salah tempat." Suara Aaron berat dan dalam, terkesan sedikit dingin di malam hari. Tatapannya yang cuek menyapu rubah yang dipeluk oleh Cindy. Cindy mengikuti tatapan Aaron. Indah yang awalnya menangis di dalam pelukannya sedang memanjangkan leher dan berusaha mendekati Aaron. Mata rubah yang hitam mengkilap menatap lurus pada Aaron. Cindy yakin jika bukan karena dipeluk, rubah ini pasti sudah berlari ke arah manusia cahaya emas. Seketika, Cindy mengerti mengapa rubah bisa "salah tempat". Rubah ini jelas terpikat oleh cahaya emas! "Indah!" Cindy memeluk rubah itu dengan lebih erat sembari memanggil namanya dengan nada mengancam. Aku pun tidak bisa meraih cahaya emas itu, kamu mau? Mustahil! Rubah yang diancam akhirnya berhenti mendirikan bulu karena ingin mendekati Aaron. Walau begitu, mata rubah yang indah itu tetap menatap lurus pada pria itu. Sungguh kasihan. Jadi, Cindy melangkah maju. "Ia suka orang yang tampan ...." Alhasil, ketika Cindy melangkah ke depan, Aaron yang berdiri di ambang pintu langsung melangkah mundur. Cindy berhenti di tempat dan sudut mulutnya berkedut-kedut. Apakah dia ... dijauhi? Cindy menatap rubah di pelukannya yang agak kotor setelah berlarian semalaman. Cindy berpikir dengan yakin. Bos pasti menjauhi rubah ini. Ya, pasti begitu.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.