Bab 155
Nindi berbicara dengan nada tajam.
Orang-orang yang hadir seketika terdiam, terkejut melihat Nindi, memang pantas disebut idola!
Sania langsung memerah karena marah, matanya mulai berkaca-kaca seakan ingin menangis, "Kak Nindi, aku cuma ingin menghibur kamu, nggak ada maksud lain kok."
Si pengikut nomor dua langsung angkat suara dengan marah, "Nindi, jangan nggak tahu diri. Walaupun nilaimu bagus, terus apa? Kalau memang bisa, kamu yang jadi juara satu se-kota, ya! Pamer apa sih?"
Para laki-laki yang jadi pelindung Sania juga ikut berkata, "Nindi, walaupun kamu nilainya bagus dan jago main game, tapi jangan suka ngejek orang lain dong, Sania juga bagus kok."
Nindi tersenyum sinis, "Aku sih begitu, nggak butuh kebaikannya."
Sania menarik napas, "Teman-teman, jangan bertengkar gara-gara aku. Aku ngerti kok kalau Kak Nindi lagi nggak enak hati karena hasil ujiannya, aku paham banget."
Luna sangat kesal, "Paham apa? Jangan pura-pura baik! Dulu waktu barang-barang Nindi hilang, itu pasti ad
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda