Bab 19
Merasakan detak jantung yang kuat di telinganya, suhu tubuh Sigit pun perlahan kembali normal.
"Apa kamu terluka? Maaf, aku datang terlambat ... "
Suara Jesika masih sedikit gemetar saat dia memeriksa Sigit dari ujung kepala hingga kaki. Setelah melihat bahwa Sigit tidak terluka, dia menghela napas lega dan memeluknya lagi.
Saat merasakan ketakutan Jesika, Sigit yang sudah mulai tenang menepuk punggungnya dengan lembut. "Aku baik-baik saja, jangan khawatir."
Meskipun Sigit berkata demikian, adegan menegangkan tadi terus terulang di benaknya.
Hanya sedikit lagi, orang yang tertusuk itu bisa saja dirinya.
Jesika tetap memeluknya erat dan tidak mau melepaskannya. Dia takut jika melepaskannya, semua ini hanya akan menjadi ilusi.
"Syukurlah kamu baik-baik saja, aku benar-benar ketakutan ... "
Saat masih diliputi ketakutan, Jesika tiba-tiba teringat ketika tubuh Susan jatuh ke pelukan Sigit, dan dia merasa sedikit kesal.
Semua ini karena dia datang terlambat, hingga Susan memiliki kesempata
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda