Bab 2
Keesokan harinya.
Kaira terbangun karena rasa sakit di tubuhnya. Kaira ingin menggerakkan tubuhnya, tapi menyadari jika dia seperti sedang dikurung oleh sesuatu yang membuatnya tidak bisa bergerak.
Siapa dia?
Di mana dia berada sekarang?
Apa yang telah dia lakukan?
Ketiga pertanyaan ini melintas di dalam benak Kaira yang membuat kesadarannya perlahan-lahan pulih. Kaira akhirnya mengingat semua kejadian kemarin malam.
Sebenarnya Kaira merasa sedikit sakit dan juga manis, tapi terasa sangat indah. Selain itu, pria itu juga telah berusaha sangat keras.
Hanya saja, itu adalah pertama kalinya bagi Kaira, pria itu hampir saja membunuhnya.
Kaira menoleh dan melihat sebuah wajah yang sangat tampan. Pria itu sedang memejamkan matanya pada saat ini, bulu mata pria itu yang panjang dan halus sedikit bergetar karena napasnya, seperti bulu yang menggelitik hati orang-orang.
Kaira dengan perlahan keluar dari pelukan pria itu dan mengambil seragam Klub Sarna di lantai, yang terdiri dari rok pendek, kemeja tanpa lengan dan dasi kupu-kupu.
Pakaian Kaira menjadi sedikit lebih longgar karena sikap kasar pria itu kemarin, jadi Kaira hanya bisa berusaha untuk merapikannya, lalu menyanggul rambutnya dan mengenakan masker berwarna emas.
Ini adalah seragam di dalam Klub Sarna.
Setelah selesai melakukan semuanya, Kaira mencoba untuk membuka pintu sambil mengharapkan adanya keberuntungan di dalam hati.
Dia harus melarikan diri dari tempat ini!
Hanya saja, tidak disangka pintunya langsung terbuka begitu didorong oleh Kaira.
Pria yang menariknya masuk ke dalam kamar kemarin malam sedang berdiri di luar pada saat ini. Dia terkejut saat melihat Kaira, lalu bertanya dengan cemas.
"Apakah berhasil?"
"A ... aku harus pergi bekerja."
Wajah Kaira memerah pada saat ini, dia merasa sangat malu sampai tidak berani menatap orang lain dan juga tidak ingin menceritakannya jika teringat kejadian kemarin malam. Jadi Kaira meninggalkan tempat ini secepat mungkin tanpa menoleh ke belakang.
Nico Jara melihat kepergian Kaira sambil menggelengkan kepalanya dengan tidak berdaya.
"Nggak masalah kalau gagal, kami nggak akan mempersulitmu dan juga akan memberi imbalannya padamu. Kenapa kamu pergi begitu cepat?" Nico terlalu malas untuk mencari tahu isi pikiran wanita itu, jadi dia membalikkan badannya, lalu mendorong pintu dan memasuki ruang pribadi.
Kondisi di dalam ruang pribadi sangat berantakan. Setelah memasuki kamar, jas, celana panjang dan celana dalam milik Mike berjatuhan di atas lantai. Bahkan terdapat noda darah di atas seprai putih ....
Nico merasa cemas, dia segera memeriksa kondisi Mike yang sedang berada di atas tempat tidur.
"Tuan Mike, apakah Anda baik-baik saja?"
Mike yang sedang berada di alam mimpi, "?"
Mike langsung melihat wajah Nico yang begitu dekat dengannya setelah membuka matanya. lalu mengerutkan keningnya dan menendang Nico.
"Keluar dari sini!"
Nico segera berdiri dari lantai, lalu bertanya dengan khawatir.
"Tuan Mike, apakah Anda terluka? Nggak disangka wanita itu melukai Anda saat Anda nggak sadarkan diri, dia benar-benar sudah bosan hidup!"
Mike yang baru saja bangun tidur menatap noda darah di atas seprai dengan tatapan gelap, lalu berkata dengan datar.
"Itu bukan darahku."
"Kalau begitu ...." Pikiran Nico membeku saat melihat noda darah itu, Nico membutuhkan waktu yang lama untuk menyadari sebuah kenyataan yang sulit untuk dipercayai, "I ... itu adalah darah wanita itu?"
Mike tidak menjawab pertanyaannya.
Sikap diam Mike telah mengartikan semuanya.
Tebakan Nico benar!
Nico bergumam dengan rendah, "Ternyata ini berhasil?"
"Di mana dia?"
"Baru saja pergi."
"Sudah pergi?"
Mike mengerutkan bibirnya dengan tatapan gelap, entah apa yang sedang dipikirkan olehnya.
Wanita itu langsung pergi setelah selesai melakukannya?
Mike mendengus.
Dia benar-benar melakukan hal ini demi uang.
Nico tidak berani menebak pikiran Mike, jadi dia berpikir di dalam hatinya.
Bentuk tubuh dan tampang wanita itu memang cantik, tapi tubuhnya memancarkan aura yang biasa saja. Nico bahkan khawatir Mike tidak akan menyukai wanita seperti ini, tapi tidak disangka Mike menyukainya.
Hanya saja ... wanita itu terlihat seperti sudah memiliki banyak pengalaman, kenapa dia masih bisa meninggalkan noda darah?
Aneh sekali.
"Cepat keluar."
Ucapan Mike menarik kembali pikiran Nico.
Saat ini Mike tidak mengenakan pakaian apa pun kecuali selimut di tubuhnya. Sebenarnya Nico sudah bekerja dengan Mike selama bertahun-tahun dan hanya pernah melihat Mike berpakaian. Ini adalah pertama kalinya Nico melihat Mike tidak mengenakan pakaian apa pun.
"Potong telingamu kalau kamu tuli."
Peringatan dari Mike membuat Nico menyadari keseriusan dari situasi saat ini yang membuatnya segera meninggalkan ruang pribadi.
Kecepatan Nico meninggalkan tempat ini sama saja dengan kecepatannya dalam menyelamatkan nyawanya.
Nico menghela napas lega setelah pintu tertutup.
Akhirnya nyawanya bisa diselamatkan.
"Tuan Nico, mohon maaf."
Seorang wanita yang mengenakan seragam Klub Sarna muncul di hadapan Nico, dia sedang meminta maaf sambil membungkuk, "Maafkan aku ... atas kejadian kemarin malam, aku ... nggak melakukannya dengan baik .... Mohon maafkan aku ...."
Nico menilai wanita di depannya yang mengenakan pakaian dan juga memiliki bentuk tubuh yang sama dengan wanita tadi pagi, hanya saja temperamen mereka sedikit berbeda.
Nico tidak terlalu memikirkan hal ini, dia merasa itu hanyalah ilusinya sendiri. Jika seorang gadis berubah menjadi wanita, temperamennya pasti akan sedikit berubah. Mungkin tadi dia buru-buru pergi agar bisa merapikan dirinya, karena tidak peduli bagaimanapun juga ini adalah pertama kali baginya.
Nico menghiburnya.
"Aku tahu kamu nggak punya pengalaman, kemungkinan prosesnya sangat buruk, tapi hasilnya sangat baik. Kamu telah melakukannya dengan baik, ini adalah empat miliar yang sudah kujanjikan untuk diberikan padamu."
Nico menyerahkan selembar cek pada wanita itu, lalu memperingatinya, "Tapi kamu nggak boleh kasih tahu hal ini pada siapa pun. Apakah kamu mengerti?"
Lydia Hosea kebingungan pada saat ini.
Lydia tidak datang bekerja kemarin malam, jadi tentu saja dia tidak mengetahui apa pun. Bagaimana mungkin dia bisa memberitahu hal ini pada orang lain?
Cek sebesar empat miliar berada di depan mata Lydia, dia sama sekali tidak memiliki alasan untuk menolak cek ini.
"Aku mengerti."
Lydia mengambil cek itu dan berjanji dengan sepenuh hati.
"Hm, pergilah."
"Terima kasih, Tuan Nico."
Lydia segera meninggalkan tempat ini sambil membawa cek.
...
Di bagian belakang bar.
Para pelayan yang baru saja menyelesaikan sif mereka sedang membicarakan sesuatu sambil berganti pakaian di dalam ruang istirahat.
Supervisor tiba-tiba muncul dan berteriak dengan keras.
"Di mana Kaira?!"
Kaira yang sedang mengganti pakaiannya di sudut mengangkat tangannya dan berkata dengan suara yang rendah.
Mungkin karena dia merasa bersalah.
"Aku ada di sini."
"Aku menyuruhmu untuk mengantar sebotol arak, tapi semalaman nggak di antar. Di mana araknya? Pergi ke mana kamu?! Kenapa aku nggak bisa menemukanmu semalaman?!"
Kaira menggigit bibirnya tanpa bisa menjawab pertanyaan ini.
Supervisor mengira Kaira sedang mengabaikannya, jadi dia semakin berkata dengan marah, "Kamu langsung menghilang setelah mengantar botol arak. Kamu bermalas-malasan di mana?"
"Kak Melly, maaf. Ada kejadian yang nggak diduga kemarin malam ...."
"Aku nggak peduli dengan hal itu, apa yang kupedulikan adalah kamu nggak mengantar arak itu pada tamu! Kamu nggak akan dapat gaji kemarin malam, selain itu harga arak yang seharga 17 juta akan dipotong dari gajimu! Kalau hal seperti ini terjadi lagi di masa depan, kamu nggak perlu datang bekerja lagi!"
Raut wajah Kaira sudah memucat, dia sama sekali tidak bisa membantah.
Karena dia memang tidak mengantar arak itu dan juga kehilangan kesuciannya.
Kaira bisa membayar biaya kuliah dengan gaji bulan ini, tapi gajinya tiba-tiba dipotong yang membuat Kaira tidak memiliki uang untuk membayar biaya kuliahnya.
Karena merasa cemas, Kaira sama sekali tidak merasa sakit saat kukunya ditekankan ke telapak tangannya.
Dunianya sudah runtuh pada saat ini.
Rongga mata Kaira sudah memerah, matanya bahkan sudah berkaca-kaca pada saat ini.
Setelah Kak Melly pergi, Lydia memasuki ruang istirahat sambil tersenyum dan berkata dengan bangga.
"Hari ini aku dapat banyak uang, aku akan traktir kalian semua!"