Bab 435
"Dan juga keras," tambahku lagi.
Mario mengatupkan bibirnya dan tidak berkata apa-apa lagi. Dia juga melepaskan pelukannya padaku.
"Mario." Aku menahannya pergi dan bertanya, "Kamu nggak benar-benar marah, 'kan?"
"Nggak." Meski bibirnya berkata tidak, raut wajahnya berkata sebaliknya.
"Apa kamu nggak ingin tahu kenapa aku bilang kalau kamu adalah pria kasar dan keras?" tanyaku sambil menelengkan kepala menatapnya.
"Aku sudah tahu, nggak perlu kamu bilang," kata Mario sambil mencubit pinggangku, lalu mendudukkan aku di kursi goyang hotel.
"Apa yang kamu tahu?" Aku mengapit pinggangnya dengan kedua kakiku, menahannya agar tidak bisa pergi.
Jakun Mario bergulir dua kali. Namun, dia tetap berdiri dengan tegak, berpura-pura tidak terpengaruh.
Dia sangat menggemaskan saat bersikap begini. Aku kembali menemukan sisi manisnya.
"Coba bilang, apa yang kamu tahu?" Kakiku bergerak nakal di pinggangnya.
Melihatnya hanya diam, aku tahu dia tidak akan menjawabku. Jadi, aku menggunakan kakiku untuk me
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda