Bab 240
Jantungku berdebar kencang.
Akulah yang berinisiatif menggoda dia untuk mengujinya, tetapi setelah dia merespons, aku malah ciut.
Napasku pun mulai terengah-engah. "Mario, kamu ... "
Dia mulai mendekat, membuat kata-kataku tertelan kembali. Aku refleks mundur untuk menghindar.
Dengan gerakan maju dan mundur kami ini, dia sukses masuk ke dalam apartemenku. Aku terjepit di samping lemari sepatu, sementara tangan kami berdua masih memegang mangkuk bubur sarang walet.
Harus diakui, dia memiliki keseimbangan yang bagus. Meski kami bergerak-gerak, semangkuk bubur ini tidak tumpah sedikit pun.
Debar jantungku berpacu gila-gilaan, seakan-akan hendak meledak keluar dari dadaku.
Mario tidak bersuara. Dia hanya berdiri begitu dekat sambil menatapku.
Di sisi lain, aku tidak berani melihatnya. Aku sedang menyesali diri karena sudah berani memprovokasinya.
Freya memang menyemangatiku, tetapi dia juga pernah berkata bahwa pria tidak tahan godaan.
Akulah yang terlalu gegabah hingga melakukan hal bodoh
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda