Bab 237
Sekarang aku jadi sedikit bingung. "Kenapa? Kamu sudah nggak mau pacaran denganku? Atau ... "
Kata-kataku selanjutnya tertelan kembali oleh ciumannya. Ciumannya tidak dalam, hanya cukup menutupi bibirku. Setelah beberapa saat, dia berkata dengan pelan, "Aku mau."
Aku tersenyum dengan wajah merona.
Wajah Mario juga tersipu.
Memang tidak terlihat jelas karena warna kulitnya yang kecokelatan, tetapi telinganya jelas memerah.
Tidak ada kata yang terucap. Kami hanya berdiri diam di sana.
Rasanya sedikit canggung, tetapi kami tidak ingin melepas satu sama lain.
Pahit manis cinta sudah hadir di tengah kami.
Kami lengket dan enggan berpisah.
Ingin melangkah lebih jauh, tetapi kami merasa malu.
Apa malam ini aku dan Mario akan terus berpelukan dalam diam seperti ini?
Tidak bisa, kakiku sudah mulai pegal dan pinggangku juga sakit.
"Anu ... "
"Gimana ... "
Aku dan Mario bicara bersamaan, menambah atmosfer canggung di tengah kami. Setelah itu, kami berdua kembali diam.
Saat kami bersiap untuk bica
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda