Bab 175
"Pak Arthur, apakah Bapak punya informasi tentang bos besar?" tanyaku. Meskipun tidak bisa bertemu secara langsung, setidaknya aku ingin tahu nama dan latar belakangnya.
Arthur menatapku sejenak. "Mulai tertarik dengan bos besar, ya?"
"Ya, dia terlalu misterius. Bikin orang penasaran saja," jawabku jujur.
Arthur baru saja selesai menggiling kopi dan mengendusnya di dekat hidung. "Harumnya."
Dia berkata sambil memandangku. "Biar aku buatkan secangkir untukmu."
"Nggak usah." Aku menolak, karena saat ini aku tidak tertarik dengan kopi. Pikiranku sudah teralihkan oleh rasa ingin tahuku terhadap bos besar yang misterius ini.
Arthur mengangkat bubuk kopi yang baru digiling ke arahku. "Ini biji kopi yang dikirim oleh bos besar. Kamu sungguh nggak mau mencicipinya?"
"Daripada mencicipi kopinya, aku lebih ingin bertemu langsung dengan orangnya," kataku mengungkapkan isi pikiranku.
Arthur tersenyum, tetapi tidak mengatakan apa-apa.
Senyumnya yang samar membuatku bingung. "Pak Arthur, apa yang me
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda