Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 1

Kediaman Keluarga Guswara. Di ujung lorong lantai satu, ada sebuah kamar. Dari dalam, terdengar erangan kesakitan berulang kali. Meira terjatuh ke lantai. Setiap tulangnya seperti digerogoti racun, rasa sakitnya menusuk ke seluruh tubuh. Setelah bersembunyi selama dua tahun, akhirnya dia tetap ditemukan. Aryan memanggil tim medis profesional untuk mengobatinya, bahkan mengimpor peralatan yang tidak tersedia di dalam negeri. Dia membenci Meira. Begitu benci sampai rela menghabiskan uang banyak, hanya untuk menahan Meira di sampingnya dan terus menyiksanya. Saat Aryan masuk, yang dia lihat adalah Meira yang keadaannya begitu menderita, hingga lebih baik mati. Bibi Lina buru-buru berkata, "Pak Aryan, penyakit Nyonya kambuh lagi. Bisakah kita panggil dokter?" Aryan diam saja. Dia menyuruh Bibi Lina keluar. Bibi Lina sempat ragu, tetapi akhirnya berbalik dan pergi. Bagaimanapun, dia hanya seorang pembantu yang tidak punya hak ikut campur dalam urusan majikannya. Saat hanya tinggal mereka berdua di kamar, Meira beberapa kali mencoba bangkit. Dia tak mau terlihat begitu menyedihkan di depan Aryan. Namun, di percobaan terakhir, dia terjatuh tepat di kaki Aryan dan tak punya tenaga lagi untuk bangun. Perlahan Meira mengangkat kepalanya, menunjukkan senyum tipis di wajah pucatnya. "Lama nggak jumpa." Aryan menatapnya dari atas ke bawah tanpa sedikit pun rasa iba. "Ini balasan yang pantas untukmu." Dia masih sebenci itu pada Meira. "Aku nggak akan membiarkanmu mati semudah itu. Kamu masih harus menebus dosamu." Aryan berjongkok, mencengkeram dagunya. "Dulu kamu sampai menggunakan pengaruh kakekmu hanya untuk melarikan diri. Tapi, lihatlah dirimu sekarang. Baru dua tahun, kamu sudah seperti ini. Lalu pria itu? Apa dia juga nggak mau sama kamu lagi?" Rasa lelah yang dia rasakan dua tahun lalu kembali menyergapnya. Meira menarik napas dalam dan balik bertanya, "Aku ini istrimu. Kenapa kamu nggak pernah percaya sama aku?" Jemari Aryan turun, menyentuh tulang selangka Meira. Kulitnya yang putih bersih kini dihiasi jejak kemerahan tipis. Dulu, di sana pernah terukir inisial nama Aryan. Saat mereka masih saling mencintai, rasanya ingin memberi tahu seluruh dunia bahwa mereka adalah satu-satunya dalam hidup masing-masing. Sampai hari itu terjadi. Kakak perempuan Aryan meninggal. Karena Meira. Begitu mendengar kata "istri", tatapan Aryan langsung berubah dingin. "Waktu aku percaya sama kamu, apa yang kamu lakukan? Kamu sendiri pasti tahu. Satu-satunya alasan kamu masih jadi Nyonya Guswara hanya karena Yuna yang memohon untukmu." Yuna Oktara ... teman masa kecil Aryan. Setelah insiden itu, Meira tidak bisa membuktikan dirinya tak bersalah. Semua bukti mengarah padanya. Saat dia mati-matian mencari petunjuk, orang-orang suruhan Yuna yang pertama kali menemukan jasad kakak Aryan. Saat autopsi, seorang forensik menemukan rekaman suara di tubuh kakak Aryan. Dan di dalamnya, ada dua kalimat yang paling fatal. "Kedudukan adikku di perusahaan belum cukup stabil. Tunggu dua tahun lagi, aku akan membuatnya menikah denganmu ...." "Apa hakmu menghalangi aku jadi Nyonya Guswara? Jangan-jangan kamu suka sama adikmu sendiri? Menjijikkan." Awalnya Aryan tidak percaya, tetapi saat hasil analisis suara membuktikan itu benar-benar suara Meira, dia tidak punya alasan untuk meragukannya lagi. Setelah itu, orang tua Meira bangkrut. Kakaknya mengalami kecelakaan dan menjadi cacat. Demi melindungi keluarganya, Meira pernah mencoba bunuh diri. Dia berhasil diselamatkan, dan ternyata, saat itu pula diketahui kalau dia sedang mengandung. Namun, anak itu tidak sempat lahir. Saat usia kandungannya tiga bulan, Yuna melempar saputangan bekas ke kolam yang dingin, lalu menyuruh Meira mengambilnya. Meira menolak, tetapi salah satu pengawal Aryan menendangnya hingga jatuh ke dalam kolam. Setelah kejadian itu, Aryan hanya berkata dingin, "Mengambil saputangan saja nggak bisa. Benar-benar nggak berguna." Sejak awal, dia bahkan tidak pernah menyinggung soal anak itu sama sekali. Baru belakangan Meira tahu, Aryan sebenarnya memang tidak ingin dia melahirkan anak itu. Alasannya? "Kamu nggak pantas melahirkan anakku." Setelah kehilangan anaknya, Meira jatuh ke dalam depresi berat dan beberapa kali mencoba mengakhiri hidupnya. Aryan membiarkannya menyakiti dirinya sendiri, tetapi saat dia hampir mati, dokter selalu dipanggil untuk menyelamatkannya. Ini caranya membuat Meira hidup dalam neraka. Kenangan masa lalu melintas begitu cepat. Aryan tersadar dan berkata dengan nada dingin, "Hanya dengan membuatmu sangat menderita, arwah kakakku bisa tenang."
Previous Chapter
1/15Next Chapter

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.