Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 5

Carlos menoleh dan menatapnya. Dia berkata, "Kamu lagi bosan, ya? Semalam kamu mencoba mengujiku. Karena nggak puas bermain api, sekarang kamu mau bikin masalah lagi?" "Hah? Kamu menyadarinya? Aku pikir aktingku sudah cukup bagus." Elena berkata dengan agak terkejut. Dengan wajah muram, Carlos menunjuk ke arah sebuah batu tajam di atas pasir. Kemudian dia berkata, "Kalau mau menyerangku, bisa nggak ganti dengan batu yang lebih kecil? Batu sebesar ini bisa langsung membunuhku. Itu sampai membuat kepalaku sakit semalam." "Selain itu, meski aku ini orang yang nggak rendah diri, aku juga tahu batas kemampuanku. Seorang wanita yang langsung mendekatkan diri seperti ini, kemungkinan besar pasti punya niat busuk." Elena mendekat dan meletakkan tangannya di bahu Carlos. Dia berkata, "Kakak Tampan, jangan merendahkan dirimu sendiri, kamu cukup hebat, kok. Lagian sekarang cuma ada kamu satu-satunya pria di pulau ini. Masa depanmu akan menyenangkan." "Semalam itu yang pertama dan terakhir kali." "Ayo pergi. Kita lihat gimana calon mantan istrimu menjalani hidupnya sekarang." Dia bangkit, menarik lengan Carlos dengan keras untuk mengangkatnya berdiri, dan menyeretnya ke depan. Carlos merasa ini sangat kekanak-kanakan dan tidak ada artinya. Mengingat situasi sekarang, mencari makanan, mendapatkan air, dan membangun tempat perlindungan sementara jauh lebih penting. Embusan angin laut semalam benar-benar membuatnya tidak nyaman. Kalau tidur di samping api unggun sambil dipeluk oleh Elena dengan erat, dia benar-benar tidak bisa tidur. Entah kenapa, saat Carlos memikirkan ekspresi kesakitan dan ketidaknyamanan yang terlihat di wajah Angelina, dia merasa puas. Mungkin inilah sifat manusia yang paling nyata. Dia juga manusia yang punya daging dan darah. Saat Angelina mengkhianatinya, dia sangat marah dan ingin membalas dendam pada Angelina. Setelah berjalan cukup lama, mereka akhirnya tiba di pantai tempat Angelina dan rombongannya berada. Bahkan sebelum mendekat, dari kejauhan Carlos sudah melihat Callista dan yang lainnya terbaring lemah di atas pasir. "Seperti yang kuduga, wanita tetaplah wanita. Meski di depan mereka ada laut dan di belakang ada pohon kelapa yang penuh dengan buah, mereka tetap saja kelaparan." "Tapi dengan mengikutimu, semuanya berbeda. Semalam aku makan setengah ikan panggang dan beberapa kerang laut, lalu pagi ini aku minum sedikit air kelapa." "Jadi, Kakak Tampan, mungkin dulu kamu biasa saja di Hazelda, tapi di pulau ini, kamu itu barang yang laris." Wajah Elena penuh dengan kepercayaan diri, lalu dia mengulurkan tangannya dan langsung memegang pergelangan tangan Carlos. Sebagai seorang model, dia sangat tinggi. Meski tinggi Carlos 1,78 meter, tinggi Elena terlihat tidak terlalu berbeda saat berdiri bersama Carlos. Sementara kakinya yang panjang dan ramping sangat menarik perhatian. Elena merangkul lengan Carlos, menggoyangkan pinggulnya yang montok, dan berjalan ke arah sana dengan penuh percaya diri. Melihat Elena dan Carlos yang datang, Callista langsung bangkit. Alisnya berkerut dan wajahnya tampak muram. "Elena, kenapa kamu bersama dia?" Setelah mendengar suara Callista, orang lainnya segera bangkit. Saat melihat Elena merangkul lengan Carlos sambil tersenyum menawan, wajah Angelina langsung menjadi muram. Api kemarahan yang tidak terduga muncul dari dalam hatinya. "Kenapa aku bersamanya? Apa ini belum cukup jelas?" Elena menyandarkan kepalanya di bahu Carlos dan berkata dengan sangat manis. "Jadi kamu menghilang semalam cuma untuk tidur dengan pria yang kasar itu? Sia-sia saja kami khawatir dan mencarimu! Kami pikir sesuatu terjadi padamu!" Seorang gadis muda menatap Elena dengan ekspresi meremehkan. Dia adalah gadis muda yang menangis semalam dan mengatakan kalimat klasik itu. Semalam dia sudah memperkenalkan dirinya, namanya Hailey Jovanka, seorang mahasiswi tahun terakhir jurusan vokal. "Carlos, jangan-jangan kamu melakukan ini dan membawanya ke sini karena kamu berpikir aku akan cemburu?" "Kalau gitu, kamu benar-benar salah sangka. Sejak dulu aku sudah sangat meremehkanmu dan sekarang juga sama." "Apa yang kamu lakukan cuma membuatku merasa kalau kamu itu sangat kekanak-kanakan dan pengecut." Angelina menatap Carlos dengan dingin dan sangat meremehkan. "Kalau gitu kamu salah tebak. Bukan dia yang mau datang ke sini, tapi aku yang memaksanya datang." "Kamu calon mantan istrinya, 'kan? Sejujurnya, kamu benar-benar buta. Punya pria yang sebaik ini tapi nggak menghargainya. Semalam, dia membuatku sangat puas. Aku belum pernah bertemu dengan pria yang sememuaskan ini." "Sebenarnya, aku harus berterima kasih padamu. Kalau bukan karena kekejamanmu dan dirimu yang nggak tahu diri, aku nggak akan punya kesempatan ini." Elena merangkul pinggang Carlos dengan mesra, lalu berkata dengan manis kepada Angelina. Wajah Angelina langsung memucat. Dia menatap Elena dan berkata, "Semalam kamu bilang kamu itu seorang model, 'kan? Kalau gitu aku nggak mengerti. Dia nggak tampan, nggak punya uang, dan juga seorang pengecut. Apa yang kamu suka darinya?" "Jangan-jangan kamu memang wanita murahan? Selama itu pria, kamu nggak bisa menahan diri?" Carlos menatap Angelina dengan sangat kesal. Menikah dengannya dulu adalah hal yang paling dia sesalkan selama hidupnya. Elena tidak marah meski dia dihina. Senyumannya malah menjadi makin lebar dan terkesan agak menakutkan. Dia berkata pada Angelina, "Kebetulan ada yang mau aku kasih tahu ke kalian." "Sekarang kalian masih berharap tim penyelamat akan datang menyelamatkan kalian, 'kan? Lupakan itu. Tim penyelamat nggak akan datang. Mungkin mereka bahkan nggak akan bisa menemukan tempat ini." "Karena daerah laut ini punya medan magnet yang aneh, yang bisa membuat radar dan peralatan mekanik langsung mati. Kalau kamu meragukan kata-kataku, kalian bisa memikirkan alasan kenapa kapal pesiar menabrak batu karang dan tenggelam." "Selain itu, aku mendengar hal ini langsung dari kapten dan nakhoda. Sebelum kapal pesiar tenggelam, mereka sudah putus asa dan kehilangan harapan untuk bertahan hidup." Saat dia mengatakan ini, wajah semua orang, termasuk Angelina, langsung berubah. Carlos melihat reaksi mereka, lalu dia melihat Elena. Dia berpikir wanita ini benar-benar kejam. Dia langsung menghancurkan harapan terbesar Angelina dan yang lainnya. Ini benar-benar membunuh seseorang secara mental! "Ini ... ini nggak mungkin! Elena, kamu sedang menipu kami, 'kan? Ayo jawab aku!" Hailey langsung syok berat dan berteriak dengan sangat emosional kepada Elena. Wajah yang lainnya juga tampak ketakutan, khawatir, dan tegang. "Terserah kalian mau percaya atau nggak. Kalau nggak, kalian pikir kenapa aku pergi mencari Carlos dan tinggal bersamanya?" "Dia itu satu-satunya pria di pulau ini. Cuma dengan mengikuti dia, kita bisa bertahan hidup. Sepertinya kalian sudah kelaparan semalaman, 'kan?" "Semalam aku mengikuti Carlos, makan ikan dan kerang panggang, terus minum air kelapa. Ya, buah kelapa yang ada di belakang kalian, di puncak pohon setinggi sepuluh meter itu. Priaku memanjat dan memetiknya." "Jadi, cuma dengan mengikuti Carlos, kita bisa bertahan hidup di pulau terpencil ini dan hidup dengan baik." Setelah Elena mengatakan itu, dia merangkul lengan Carlos dan hendak pergi dengan wajah yang bangga. … Angelina langsung panik dan berteriak, "Carlos, kita belum bercerai. Secara hukum, kamu masih suamiku, aku juga mau makan ikan panggang … "

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.