Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 5

Mata Tommy berkilat karena terkejut. Tangan yang memegang gagang pintu tanpa disadari berubah menjadi pucat dan seluruh tubuhnya membeku di tempat seolah-olah disambar petir. "Tommy, kamu berdiri di depan pintu ...." Sebelum Serina selesai berbicara, dia melihat Aldi di hadapan Tommy. Serina tidak bisa menahan diri untuk tidak mengerutkan kening sambil berkata, "Apa yang kamu lakukan di sini?" Aldi tertawa dingin, pandangannya yang jatuh ke arah Tommy tajam seperti pisau sambil berkata, "Aku datang pada waktu yang tak tepat, mengganggu kebahagiaan kalian berdua?" Tangan Serina yang sedang mengeringkan rambut tanpa sadar menegang. Kemudian, dengan ekspresi tenang dia berkata, "Kamu seharusnya sudah melihat perjanjian perceraian kita. Kapan kamu punya waktu agar kita bisa mengurus surat cerai." "Serina, aku tak setuju untuk bercerai! Pulanglah bersamaku!" ujar Aldi. Sambil berbicara, Aldi berusaha meraih tangan Serina, tetapi Tommy yang berada di sampingnya sadar pada saat itu dan berdiri di depan Serina. Aldi memandang Tommy dengan ekspresi dingin dan berkata dengan nada dingin, "Jika kamu tidak ingin dilarang, keluar saja dari sini!" Aldi menatap dingin ke arah Tommy, lalu dengan nada dingin dia berkata, "Jika tidak ingin kariermu hancur, minggir!" "Pak Aldi, tampaknya tak semudah itu untuk menghancurkan karierku. Selain itu, sepertinya Serina tak ingin pergi bersamamu," balas Tommy. Setelah berkarier selama beberapa tahun di dunia hiburan, Tommy memiliki banyak koneksi. Satu pernyataan dari Aldi tidak akan membuat karier Tommy hancur begitu saja. Dengan tatapan dingin di matanya, Aldi mengeluarkan ponselnya lalu langsung menelepon seseorang. Pada saat ini, Serina yang berdiri di belakang Tommy pun berkata, "Aldi, jangan melibatkan orang yang tak ada hubungannya, mari kita bicara." Aldi meletakkan ponselnya, tetapi kemarahan di dalam dirinya malah semakin membara. Dengan tatapan dingin, dia berkata, "Jadi ini yang kamu bilang sakit hati? Aku meninggalkan Kota Darley selama sebulan, kamu sudah berhubungan dengan pria lain. Sungguh luar biasa!" Serina mengabaikan Adli lalu menoleh ke arah Tommy dan berkata, "Tommy, kamu masuk saja." Terlihat ekspresi khawatir di mata Tommy, tetapi Aldi dan Serina adalah suami istri, jadi Tommy tidak memenuhi syarat untuk ikut campur dalam urusan di antara mereka. "Baiklah, kalau terjadi sesuatu, panggil saja namaku." Setelah Tommy pergi, Serina menoleh ke arah Aldi, saat Serina hendak berbicara, dia diseret keluar oleh Aldi. "Kamu sedang apa!" Serina merasa sangat marah. Bahkan saat mereka hendak bercerai, Aldi masih bersikap kurang ajar seperti ini. Bagaimana bisa dia begitu buta dan mau menikah dengannya dulu? Dengan ekspresi yang dingin dan tanpa berkata-kata Aldi langsung menyeret Serina ke dalam mobil, lalu menyalakan mobilnya dari sisi yang lain. Aldi mengemudi dengan sangat cepat. Dalam sekejap mata, mereka sudah sampai di setengah jalan menuju pegunungan. Serina hanya bisa menahan amarahnya saat melihat Aldi. "Turunkan aku! Aldi, apa maksudmu berbuat seperti ini!" teriak Serina. "Pakai sabuk pengamanmu!" jawab Aldi. Aldi memegang kemudi dengan erat sampai urat-urat di tangannya muncul, bisa dibayangkan betapa marahnya Aldi sekarang! Serina tidak bergerak dan menatap Aldi dengan acuh tak acuh sambil berkata, "Aldi, saat aku bilang aku ingin bercerai sebelumnya, itu bukan karena kekesalan sesaat atau hanya cari sensasi, aku bersungguh-sungguh." Ciiiiit. Maybach hitam itu berhenti mendadak di pinggir jalan, membuat kepala Serina membentur kaca depan dengan keras. Nyeri yang hebat membuat Serina mengernyitkan kening dan membuat dia menarik napas dengan keras. Sebelum Serina bisa pulih, dia mendengar Aldi tertawa dingin. "Bercerai dariku demi bisa bersama pria tadi! Menurutku lebih baik kamu mati saja!" kata Aldi. Serina menutupi dahinya yang terbentur. Dengan nada penuh kemarahan dia berkata, "Aldi, apa kamu sakit? Kamu suka Merina, aku secara sukarela mundur, apa lagi yang kamu inginkan?" Dengan ekspresi dingin Aldi berkata, "Apa hubungannya semua ini dengan Merina?" Serina tertawa ringan, dengan nada mencemooh dia berkata, "Bagaimana bisa tak ada hubungannya? Apakah kamu berani bilang kalau tidak ada Merina di hatimu?!" Setelah Serina selesai berbicara, suasana berubah menjadi hening. Setelah berlalu beberapa waktu, Aldi akhirnya berbicara dengan dingin, "Apa hakmu menyalahkanku? Setidaknya aku tak melakukan hal yang merugikanmu, sedangkan kamu malam-malam tak pulang ke rumah, malah berada di rumah pria lain!" "Apa maksudmu tak merugikanku? Apakah aku harus melihatmu sedang di tempat tidur baru bisa dikatakan merugikanku!" kata Serina. "Serina!" Melihat ekspresi marah di wajah Aldi, Serina tiba-tiba menjadi tenang. Dia mengalihkan pandangannya dengan tenang lalu berkata, "Aku tak peduli apa pun kata-katamu, aku sudah memutuskan untuk bercerai." "Bagaimana jika aku tak setuju!" ujar Aldi. Serina merasa agak jengkel, ada kilatan dingin di matanya. Saat ini, dia sama sekali tidak ingin bicara dengan Aldi. Menyadari bahwa sikapnya terhadapnya berbeda dari sebelumnya, Aldi mengerutkan kening dan hendak berbicara saat ponselnya tiba-tiba berdering. Melihat bahwa yang menelepon adalah Merina, dia melirik ke arah Serina lalu mengangkat teleponnya. "Merina, ada apa?" tanya Aldi. "Kak Aldi, ada pemadaman listrik di rumah, aku sangat takut sekarang ... bisakah kamu datang dan tinggal bersamaku ...." Merina berkata dengan suara terengah-engah dan gemetaran. Merina selalu takut gelap sejak kecil, bahkan jalanan yang gelap sekali pun tidak berani dia lewati. Setiap malam, saat dia tidur dia harus tidur dengan lampu menyala. Dapat dibayangkan betapa ketakutannya sekarang berada sendirian di vila tanpa listrik. "Jangan takut, aku akan segera ke sana, tak akan terjadi apa-apa padamu!" jawab Aldi. Ketika menutup telepon, Aldi menyadari bahwa Serina menatapnya dengan ekspresi mengejek. Akhirnya Aldi pun berkata, "Vila mati lampu, aku akan pergi ke tempat Merina, kamu bisa naik taksi sendiri untuk pulang." Setelah terdiam beberapa detik, Aldi melanjutkan berkata, "Mengenai perceraian, aku menyarankan kamu untuk menyerah secepatnya. Aku tak akan setuju." Serina terlihat tidak peduli dan mengatakan kata demi kata, "Aldi, setuju atau tak setuju tak ada hubungannya denganku. Ak tak mencintaimu lagi, jadi aku ingin bercerai!"

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.