Bab 18
Serina menggigit bibir bawahnya dan berkata dengan nada dingin, "Apa kamu tidak takut Merina akan mengetahuinya!"
Aldi menatap Serina dengan tatapan penuh kedinginan dan berkata, "Itu tak ada hubungannya denganmu, kamu hanya perlu menjawab bersedia atau tidak."
Serina menarik napas dalam-dalam, melangkah mundur dan menatapnya dengan tatapan dingin.
"Aku menolak!"
Aldi mencibir, "Sepertinya kamu tak terlalu ingin bercerai."
Emosi Serina kini sudah mereda. Saat ini, dia melihat Aldi dengan ekspresi datar sambil berkata, "Aku tak perlu menggunakan cara seperti ini untuk bercerai. Kamu akan setuju pada akhirnya."
Melihat tekad di matanya, Aldi merasa kesal dan berkata dengan nada dingin, "Keluar!"
Serina berbalik dan langsung pergi. Baru setelah dia keluar dari kamar tidur utama, pemandangan dingin di belakangnya menghilang.
Pada hari ulang tahun Izza, dia pun menelepon Serina pada pagi harinya.
"Apakah Pak Aldi akan datang hari ini?"
Meskipun Aldi adalah suami Serina, semua anggota Keluarga Drajat tidak berani mengabaikan Aldi. Pasalnya, banyak kerja sama besar Keluarga Drajat yang diterima berkat hubungan baik mereka dengan Aldi.
Jika Aldi datang ke pesta ulang tahun Izza hari ini, itu pasti akan memberikan kesan baik pada Keluarga Drajat.
Alex sedang sarapan ketika dia mendengar ini dan berkata, "Ayah, jangan khawatir, walaupun Serina tak bisa mengundang Pak Aldi, apakah kamu meragukan Merina?"
"Kalau kamu tak memberitahuku, aku pasti lupa. Baiklah, aku pergi bekerja dulu."
Setelah menutup telepon, Alex menatap Merina sambil berkata, "Telepon Pak Aldi, pastikan dia datang untuk merayakan ulang tahun kakekmu hari ini."
Merina merasa Alex dan Izza terlalu khawatir. Dia tidak tahan dan berkata, "Ayah, aku harus bilang apa lagi, ya. Kak Aldi sudah berjanji padaku, dia pasti akan datang. Meneleponnya lagi hanya membuat keluarga kita kelihatan mencurigakan."
Alex merasa itu juga benar dan mengangguk sambil berkata, "Iya, kalau Pak Aldi sudah datang nanti, ingat untuk segera membawanya menemui kakekmu."
"Aku tahu, aku masih harus menata rambutku dan membeli gaun. Aku keluar dulu."
Satu jam kemudian, di pusat perbelanjaan terbesar di Kota Darley.
Merina dan Lulu Hashim sedang mengobrol sambil berbelanja. Lulu adalah sahabat Merina yang baru saja kembali ke Pansia.
"Lulu, kamu tak akan pergi lagi, 'kan?" tanya Merina.
Wajah Lulu dipenuhi senyuman, dia mengangguk lalu berkata, "Pekerjaanku di Zamera sudah selesai. Selanjutnya, asalkan tak ada masalah besar, sepertinya aku akan menetap di Kota Darley."
Merina memandangnya dengan ekspresi menggoda sambil berkata, "Kamu kembali ke Kota Darley untuk Albert, 'kan?"
Lulu dan Albert pernah pacaran sebelumnya. Setelah itu,, Lulu memilih pergi ke luar negeri dan putus dengan Albert demi kariernya. Albert belum menemukan pacar baru selama bertahun-tahun. Semua orang tahu bahwa Albert sedang menunggu Lulu.
Sedikit ekspresi malu melintas di wajah Lulu, dia menatap Merina lalu berkata, "Jangan bicara omong kosong. Menurutku Kota Darley dekat dengan rumah jadi aku bisa menghabiskan lebih banyak waktu dengan orang tuaku."
Melihat Lulu yang malu-malu, Merina berhenti menggodanya lalu berkata sambil tersenyum, "Albert juga akan datang ke pesta ulang tahun kakekku malam ini, aku akan membuat kesempatan bagimu untuk berduaan dengannya."
Lulu menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Tak perlu, aku masih punya beberapa kesalahpahaman dengannya yang belum terselesaikan. Aku akan mencari jalan keluar sendiri."
"Oke, kalau kamu butuh bantuan, jangan sungkan untuk memberitahuku," jawab Merina.
"Iya, omong-omong, ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu."
"Apa?" tanya Merina.
Lulu mengeluarkan ponselnya lalu membuka video. Setelah itu, menunjukkannya kepada Merina sambil berkata, "Aku lihat ini di Klub Phantom beberapa waktu yang lalu. Aku selalu bimbang apakah harus memberitahumu atau tidak."
Melihat Aldi dan Serina berciuman di dalam video, senyum di wajah Merina perlahan berubah menjadi dingin.