Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 8

Pada tengah malam, mulai turun hujan. Arnold tidak bisa tidur. Keringat dingin membasahi piamanya. Arnold melepas pakaiannya. Pria di cermin itu memiliki tubuh kekar, tetapi kulitnya yang berwarna sawo matang penuh dengan bekas luka yang mengerikan. Di setiap hari hujan, Arnold akan disiksa oleh luka lamanya. Arnold sepertinya sudah terbiasa. Arnold membuka laci meja untuk mengambil dua pil dan memakannya. Ketika Arnold berencana pergi menengok anak-anak, Arnold mendengar ada suara di dapur. Di dapur, Lilith sedang sibuk sehingga tidak menyadari Arnold yang berdiri di tangga. "Kenapa susah sekali masak bubur?" ... Keesokan pagi. "Coba makan, bubur baik untuk kesehatan lambung." Lilith membawakan beberapa mangkuk bubur yang panas ke meja. Lilith menatap tiga orang itu dengan ekspresi berharap. Jayden mengernyit. Dia memperhatikan kehitaman di kelopak mata bawah Lilith. "Buatanmu?" Lilith mengangguk. Janet terkejut. "Ibu bisa masak?" Janet tidak hanya kaget karena Ibu bisa memasak, tetapi juga karena Ibu memasak untuk mereka. Hal itu tidak pernah terjadi sebelumnya. Lilith mengangguk dengan tenang. "Masak juga nggak sulit." Lilith tidak akan memberi tahu anak-anak bahwa dia telah merusak 5 panci saat memasak beberapa mangkuk bubur kemarin malam. Lilith ingin membangun citra ibu yang serbabisa di depan anak-anak! Jayden mendorong mangkuk bubur di depannya dan menolak kebaikan Lilith. "Pura-pura baik, pasti ada motif jahat." Lilith tidak terkejut ketika melihat Jayden menjauhkan mangkuk bubur. Lilith sudah menduganya kemarin malam, tetapi Lilith tetap ingin melakukan sesuatu untuk anak-anak. Meskipun sudah menduganya, Lilith tetap merasa sedikit kecewa. "Nggak apa-apa ...." "Jangan mubazir, makan." Sebelum Lilith menyelesaikan kalimatnya, Arnold mendorong balik mangkuk bubur itu ke depan Jayden. Jayden melirik Arnold yang kelopak mata bawahnya juga menghitam. "Arnold, apa yang kamu lakukan kemarin malam? Hitam sekali matamu?" Arnold menatap Lilith di depannya yang menguap karena mengantuk. Ada perban di tangan Lilith. Arnold berkata pada Hendy, "Carikan ahli gizi untuk memasakkan makanan Janet dan Jayden dari sekarang." Lilith ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak jadi. Apakah Arnold mencari ahli gizi karena tidak menyukai masakannya atau takut dia akan meracuni makanan mereka? Jayden melihat Lilith pergi. Dia jelas mengetahui apa isi pikiran Arnold. "Arnold, kamu sedih karena wanita itu terluka, jadi kamu mencarikan ahli gizi untuk kami?" Arnold tidak memberi tanggapan. Sebelum pergi, Arnold berpesan, "Habiskan buburmu. Ibumu memasak bubur semalaman untukmu." Jayden melipat tangan di depan dada dengan wajah cemberut. "Siapa yang memintanya masak? Aku nggak mau makan. Eh, kenapa kamu bisa tahu dia memasak bubur semalaman?" Begitu ruang tamu kosong, Jayden menatap bubur di depannya sambil mengernyit. Jayden menggerutu, "Jelek sekali, kelihatannya nggak enak." Setelah memastikan tidak ada orang lain, Jayden menyendok bubur dan hendak memakannya. Tepat saat itu, bel pintu berbunyi. Pelayan masuk ke ruang tamu. "Tuan Muda Jayden, di luar ada wanita bernama Jessica yang ingin menemui Bu Lilith." Wajah Jayden langsung menjadi dingin. Benar saja, Lilith masih bersekongkol dengan Edison dan Jessica si pasangan hina itu seperti sebelumnya. "Cih, hampir saja tertipu oleh tipu daya wanita itu!" Jayden membuang semangkuk bubur di tangannya ke tong sampah tanpa ragu. Kemudian, Jayden menoleh ke luar jendela pada Jessica yang menjijikkan itu. Jayden menyeringai dan memberi perintah pada pelayan. "Lepaskan anjing untuk gigit dia." Ketika mobil keluar dari garasi, Arnold melihat Jessica berlari keluar dengan panik dari pintu rumah. Jessica dikejar oleh dua ekor anjing herder yang ganas. Jessica tampak sangat menyedihkan. Itu jelas adalah perbuatan Jayden. Arnold tidak menghentikan hal itu. Bagaimanapun, Jessica bukan orang yang baik. Arnold bertanya, "Apa ada balasan dari Dewi Saham?" Kemunculan Dewi Saham mengguncang dunia bisnis. Semua perusahaan ingin bekerja sama dengan Dewi Saham. Siapa pun yang mendapatkan Dewi Saham akan dapat memonopoli pasar. Hal itu secara langsung memengaruhi pasar saham dan nilai pasar perusahaan. Tentu saja, Arnold juga ingin memenangkan hati Dewi Saham. Hendy menjawab, "Pak Arnold, Dewi Saham menolak ajakan kita. Aku mendapat informasi bahwa Dewi Saham memilih untuk bekerja sama dengan Edison." Arnold mengernyit setelah mendengarnya. Mengapa Dewi Saham memilih Edison si payah itu?

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.