Bab 3
Melihat tulisan di kertas, hati Lilith merasa sakit.
Anak umur lima tahun adalah umur paling nakal, tapi Janet yang kecil malah sangat dewasa sampai membuat orang kasihan padanya.
"Janet hilang, kita harus segera mencarinya."
Lilith yang baru berdiri sudah didorong oleh Jayden.
"Lilith, kamu nggak usah berpura-pura baik hati! Pasti kamu mengatakan sesuatu pada Janet, baru dia bisa meninggalkan rumah! Tak heran semalam kamu sangat aneh, ternyata kamu masih saja berniat menggunakan sumsum tulang Janet untuk menolong putri pria bajingan itu!"
Mata Jayden sangat marah, bahkan penuh rasa benci pada Lilith.
Arnold hanya menggendong putranya yang lepas kendali dengan tatapan yang sangat dingin.
"Lilith, anak adalah batasku. Kalau terjadi sesuatu pada Janet, aku akan membunuh Edison."
Sebenarnya dia sudah lama ingin melakukan hal itu.
Namun, Lilith selalu menggunakan nyawanya untuk mengancamnya, Lilith bilang kalau dia berani menyakiti Edison, dia akan mati.
Kenyataannya Lilith juga berbuat begitu.
Lilith sudah berkali-kali menyakiti dirinya dan mencoba bunuh diri hanya demi Edison. Hal ini membuatnya tidak berani menyakiti Edison.
Lilith tidak menjelaskan.
Lilith tahu jelas, meskipun dia menjelaskan, mereka juga tidak percaya.
Sekarang mencari Janet adalah hal terpenting.
Kediamannya membuat Arnold merasa tidak tenang.
Dulu asal dia mengungkit Edison, Lilith akan marah, berteriak, menghina dan melempar barang.
Hari ini Lilith malah bersikap sangat tenang.
Arnold takut dia akan melukai dirinya. Jadi sebelum pergi, dia memerintah pembantu untuk mengawasinya. Kalau terjadi masalah, langsung meneleponnya.
Di dalam mobil sangat tenang.
Arnold menghancurkan keheningan itu. "Kamu nggak seharusnya mendorongnya, bagaimanapun dia adalah ibumu."
Jayden merapatkan bibirnya, anak yang berusia lima tahun tidak seharusnya menderita.
"Ibu? Tapi dia nggak pernah menganggapku dan Janet sebagai anaknya."
Lilith membencinya dan adiknya.
Dia seringkali berteriak pada mereka, bahkan mengutuk mereka dan benci dengan kelahiran mereka.
Jayden juga pernah memohon kasih sayang ibu seperti Janet.
Namun, hasil yang dia dapatkan adalah kata "jijik"!
Asisten yang duduk di samping pengemudi mengangkat telepon.
Lalu dia menoleh ke arah Arnold. "Pak Arnold, sudah menemukan Nona Janet. Dia sedang di rumah sakit dan bersiap melakukan donor sumsum tulang ...."
Perkataan asisten yang tidak diselesaikan membuat Arnold merasa aneh.
Di bawah tatapan tekanan dari pak bos, asisten hanya bisa melanjutkan katanya, "Nyonya juga ada di rumah sakit ...."
...
Untungnya ada Aria, makanya Lilith baru bisa tahu keberadaan Janet.
Setelah dia tiba di rumah sakit, dia melihat Janet di depan ruang operasi.
Di samping Janet berdiri seorang wanita yang berambut keriting.
"Bibi Jessica, asalkan aku menolong Kak Sally, ibu nggak akan meninggalkan kami, 'kan?"
"Tentu saja, asalkan kamu menggunakan sumsum tulangmu menolong putriku. Lilith nggak akan cerai dengan ayahmu. Donor sumsum tulang hanya perlu mendonorkan darah. Kamu juga nggak mau kehilangan ibumu, 'kan?"
Jessica Darrin sedang menipu gadis yang berusia lima tahun itu.
Operasi donor sumsum tulang bukanlah operasi kecil. Operasi ini bahkan sangat berbahaya bahkan orang dewasa, apalagi terhadap anak yang baru berusia lima tahun.
Memangnya kenapa? Dia tidak peduli, dia hanya ingin putrinya selamat!
Sedangkan putri Lilith, mati ya mati saja.
"Berhenti!"
"Lilith?!"
Jessica menoleh dan melihat Lilith berjalan ke depannya sehingga wajahnya pucat seperti melihat hantu.
Lilith masih hidup?
"Nggak peduli donor darah atau sumsum tulang untuk Kak Sally, aku akan patuh. Ibu, tolong jangan meninggalkan kami ...."
Suara Janet terisak-isak. Dia takut ibu marah, jadi hanya berani menarik ujung baju Lilith.
Hati Lilith sangat sakit.
Lilith jongkok, lalu menyeka air mata Janet dengan lembut. "Janet, kamu sangat patuh. Ibu nggak akan meninggalkan kalian."
"Tapi sekarang Ibu perlu mengatasi hal yang lebih penting. Bisakah Janet menutup mata dan menghitung sampai 100, oh kurang, hitung sampai 500?"
"Apa hitung sampai 500 bagi anak umur 5 tahun sangat sulit?"
Gumam Lilith terdengar oleh Janet.
Janet langsung menggelengkan kepala. "Nggak susah kok! Aku bukan anak bodoh, aku sangat pintar!"
Dia takut ibu tidak suka dia karena bodoh, juga takut kehilangan ibu yang selembut ini.
"Aku tahu kalau Janet sangat pintar, mulai hitunglah."
Lilith mengelus kepala Janet, bahkan mengepalkan tangannya dan mulai meregangkan tubuh.
"Ibu, tunggu aku selesai hitung sampai 500, apa Ibu akan hilang?" Janet melihatnya dengan hati-hati, bahkan berkata dengan sedih.
"Nggak akan hilang. Ibu berjanji padamu, kalau aku bohong, aku akan digigit anjing." Lilith mengulurkan jari kelingking.
Janet menggelengkan kepala dengan patuh. "Aku percaya pada Ibu."
Dia tidak ingin ibunya digigit anjing!
Janet memeluk bonekanya, lalu berbalik badan dan mulai menghitung, "Satu, dua, tiga ...."
Setelah selesai memakaikan headset untuk Janet. Lilith berdiri, lalu mengikat rambutnya. Kemudian dia menarik rambut Jessica sampai ke depannya.
Plak, plak, plak.
Tak lama, Jessica ditampar beberapa kali oleh Lilith sampai wajahnya bengkak.
"Lilith, beraninya kamu memukulku?"
"Apa memukulmu perlu memilih tanggal?"
Lilith yang berusia 18 tahun adalah wanita yang tidak takut pada siapa pun, bahkan akan langsung membalas dendam di tempat. Memukul wanita yang tidak tahu diri, dia tentu saja tidak akan memberi ampun.
Edison langsung datang setelah mendengar kabar ini.
Saat datang, dia sudah melihat Jessica yang sudah babak belur dan diinjak Lilith yang duduk di kursi.
Tatapan Lilith terlihat angkuh, bahkan sangat memesona seperti mawar yang angkuh.
Ini hanya ada di Lilith yang dulu.
Nona Lilith yang selalu angkuh, tapi sudah dijadikan penjilat oleh dirinya!