Bab 10
Lilith menarik sebuah bangku dan menaruh Janet di kursi itu.
Lilith menjejalkan sosis dan susu kotak ke tangan Janet. Lalu, Lilith tersenyum lembut.
"Janet Sayang, Ibu akan membalas dendam untukmu."
"Ibu, pakai ini biar tanganmu nggak sakit."
Janet mencarikan sebuah tongkat dan memberikannya pada Lilith.
Janet akan sedih jika tangan ibunya sakit karena memukul mereka.
"Wah, anakku baik sekali." Lilith benar-benar menyukai putrinya yang manis.
Setelah menutup pintu dan menguncinya, Lilith berjalan menuju rombongan Sally sambil memegang tongkat.
"Lilith, apa yang ingin kamu lakukan?"
"Edison dan Jessica terlalu sibuk untuk mendidikmu, tapi aku punya banyak waktu!"
Lilith menangkap Sally yang hendak kabur, menanggalkan celana Sally, dan memukul pantatnya dengan tongkat.
Para pengikut Sally yang merundung Janet bersamanya juga tidak diampuni. Lilith memukul pantat mereka semua.
Seketika, ruang perlengkapan itu penuh dengan tangisan anak-anak.
Janet makan sosis sambil minum susu. Matanya berbinar.
Ibu keren sekali!
Bam! Bam! Bam!
Di luar, guru menggedor pintu dengan cemas.
Begitu pintu dibuka, guru itu mendapati bahwa Sally dan teman-temannya tersungkur di lantai sambil menangis. Pantat mereka merah karena dipukuli dengan tongkat.
Di antaranya, Sally paling parah. Pantat Sally merah dan bengkak, seperti pantat monyet.
"Ibu Janet, apa yang kamu lakukan?" tanya guru wanita. Detik berikutnya, Lilith menunjuk guru wanita dengan tongkat.
"Apa yang aku lakukan? Aku sedang melakukan tugas kalian sebagai guru, mendidik anak nakal yang kurang ajar."
"Ini keterlaluan! Anak-anak hanya bermain. Mana bisa kamu memukuli mereka?"
"Oh, bercanda .... Aku juga sedang bermain dengan mereka, tapi mereka payah, 'main' sebentar saja sudah menangis. Ibu Guru, apa kamu mau bermain bersama kami?"
Lilith tersenyum polos seraya menaruh ujung tongkat ke leher guru wanita.
Guru wanita langsung menutupi pantatnya dengan tangan.
Sesaat kemudian, Edison, Jessica, dan orang tua dari anak yang lain bergegas datang setelah ditelepon.
Jessica kehilangan akal sehatnya ketika melihat Sally telah dipukuli. Jessica berlari ke depan dan ingin memukul Lilith.
Melihat itu, orang tua dari anak yang lain juga maju. Mereka ingin mengeroyok Lilith!
Mereka sangat agresif, tidak pernah kalah dalam hal berkelahi dan merundung orang lain. Apalagi Lilith hanya sendirian!
...
Di ruang rapat Grup Yolan.
Hendy bergegas masuk dan menghentikan rapat yang sedang berlangsung.
"Gawat, Pak Arnold. Bu Lilith berkelahi di TK. Seenggaknya ada 6 orang ...."
Wajah Arnold dingin. Arnold mengambil jasnya, beranjak dari kursi, dan berjalan keluar.
"Siapkan mobil."
Begitu mobil sampai, Arnold segera berjalan menuju kantor guru. Ekspresinya menyuramkan.
Arnold berpikir dia akan melihat Lilith dikeroyok oleh orang tua yang lain.
Alhasil, begitu masuk, Arnold melihat sekelompok orang tua, guru, dan anak-anak meringkuk di pojok sambil menangis.
"Kenapa menangis? Tahan saja."
Lilith melemparkan tatapan dingin pada mereka. Mereka yang menangis langsung membekap mulut dan tidak berani mengeluarkan suara.
Situasi itu sungguh kocak.
Di sampingnya, Janet menggosok pergelangan tangan Lilith dengan khawatir.
"Ibu, sakit nggak?"
Arnold berjalan menuju Lilith. Arnold berpura-pura cuek saat bertanya, "Ada apa dengan pergelangan tanganmu?"
Lilith melirik sekelompok orang yang menangis di pojok itu dan menjawab dengan jujur, "Sakit."
Sakit karena memukul sekelompok anak payah di pojok itu.
Wajah Arnold menjadi muram setelah mendengar jawaban Lilith.