Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 5

Duar! Ini seperti petir yang menyambar di dalam kepalanya. Saat otaknya nyaris tak berfungsi, pria itu menciumnya semakin dalam, suaranya serak memanggil sebuah nama, "Shania …" "Jadi, dia mabuk dan mengira aku adalah Shania?!" pikirnya terkejut. Yura tersadar, langsung mendorong pria yang menindihnya, lalu buru-buru lari keluar. Untungnya, setelah itu, dia tidak mengejarnya. Keesokan harinya, saat Yura keluar dari kamar tamu, Carlton mendekatinya dengan alis berkerut. "Kenapa aku ada di kamarmu?" Nada suaranya yang tidak sabar dan penuh kecurigaan membuat Yura tertegun. Melihat bahwa dia sama sekali tidak ingat kejadian semalam, Yura hendak menjelaskan, tetapi Carlton langsung memotongnya dengan dingin, "Apakah kamu yang membawaku ke sini, Yura? Aku sudah bilang, kita nggak mungkin. Lagi pula, aku sebentar lagi menikah. Kamu masih belum bisa move on?" Yura terdiam, lalu menunduk, tidak berkata apa-apa. Apa gunanya menjelaskan? Menyukainya adalah dosa. Sekarang, di matanya, apa pun yang dilakukannya pasti salah. Melihat Yura diam dengan mata merah berkaca-kaca, Carlton menarik napas dalam, hendak mendekat, tetapi tiba-tiba suara lembut terdengar dari luar, "Carlton!" Shania masuk dengan senyum lebar, hendak memeluknya, tetapi matanya tertuju pada sesuatu. Senyumnya sedikit kaku, "Kenapa bibirmu terluka?" Carlton secara refleks menyentuh bibirnya, melirik Yura sejenak, lalu berkata, "Nggak apa-apa, mungkin digigit nyamuk." Sejak saat itu, Yura tidak pernah bertemu Carlton sendirian lagi. Dia sibuk menemani Shania, sementara Yura harus fokus berlatih menari. Suatu hari, saat Yura sedang berlatih gerakan sulit, ketua kelompok tari tiba-tiba masuk bersama Carlton dan Shania. "Teman-teman, tolong hentikan dulu aktivitas kalian. Perkenalkan, ini Shania, calon penari baru yang direkomendasikan khusus oleh Pak Carlton. Mari kita sambut." Di antara tepuk tangan, ketua kelompok tari menatap Yura yang berdiri di ujung, "Yura, kamu sebagai penari utama, tolong bimbing Shania ya." Setelah perkenalan, ketua itu dengan sopan mengantar Carlton dan Shania untuk mengurus administrasi. Begitu pintu tertutup, semua orang mulai bergosip. "Katanya dulu Shania pernah ikut tes masuk grup tari kita, tapi gagal. Huh, benar-benar tunangan Pak Carlton ya. Cuma butuh satu kata darinya, dia langsung bisa masuk." "Dulu kita berjuang mati-matian, melewati ribuan pesaing baru bisa masuk. Tidak ada yang bisa menandingi orang dalam." Kata-kata iri terus bermunculan. Yura, yang duduk bersila di ujung ruangan, menatap bayangannya di cermin, pandangannya kosong sejenak. Tidak ada yang lebih mengerti Carlton daripada dirinya. Pria itu dingin dan sangat menjunjung prinsip, tidak pernah menyalahgunakan kekuasaannya. Namun, sekarang, demi Shania, dia melanggar aturan untuk pertama kalinya. Ternyata, dia sangat mencintainya. Sejak saat itu, Shania resmi bergabung dengan grup tari, dan Yura menjadi mentornya. Yura mengikuti instruksi ketua, mengajarkan Shania dengan serius. Namun, Shania tidak patuh, selalu belajar asal-asalan dan sering bolos latihan dengan berbagai alasan. Kali ini, Yura tidak sempat menghentikannya sebelum Shania menghilang. Yura berjalan ke jendela, melihat Carlton dengan mantap menangkap tubuh Shania. Mereka berciuman dalam sebelum akhirnya masuk ke mobil. Yura tidak melihat lagi, menutup jendela dengan tenang, dan kembali berlatih.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.