Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 9

Ternyata, wujud asli dari arwah itu adalah Satria Hutama, yang pernah Leira lihat di depan kediaman keluarga Candrawira siang hari. Namun, Satria yang terbaring di ranjang pesakitan adalah seorang pasien koma, berwajah pucat dan tubuh kurus. Sementara itu, arwah di depannya ini sangat berbeda. Rambutnya disisir rapi. Dahinya tampak lebar, garis wajah yang tegas, hidung mancung, dan bibir agak mengerucut. Sepasang mata tajamnya yang dalam terlihat kosong karena dia berupa sosok arwah. Hanya tahi lalat merah di bawah mata kanannya yang mengurangi kesan dingin dan menambah sedikit kelembutan. Leira telah hidup dua kali dan melihat banyak orang luar biasa. Namun, dia belum pernah melihat seseorang yang bisa menggabungkan ketegangan dengan pesona sedemikian sempurna. Seolah-olah dua kata itu diciptakan untuknya. "Ternyata, kamu bisa melihatku." Satria melayang untuk mendekat, lalu berdiri tepat di depan Leira. Leira mengangguk. "Aku bisa melihatmu." "Nggak cuma melihatku, kamu juga bisa menghilangkan hal-hal yang menempel padaku." Leira pun duduk. "Itu energi hantu," ucapnya singkat. Satria tak menjawab. Leira menatapnya penuh minat. Aneh sekali! Cahaya keemasan mengelilingi kepalanya, bahkan aura ungu menyelimuti tubuhnya. Jelas-jelas dia orang yang sangat beruntung dan memiliki bakat besar. Namun, mengapa bisa diganggu energi hantu hingga nyawanya hampir melayang? Ini aneh sekali! "Sistem, orang dengan keberuntungan sebesar ini bisa memberiku berapa banyak Keberuntungan?" Sistem menjawab, "Tentu lebih banyak dari orang biasa. Dia anak terpilih seperti Rissa." Leira tersenyum tipis sebelum bicara, "Kamu diganggu energi hantu. Jiwamu nggak akan bisa balik ke tubuhmu. Kalau terus begini, nyawamu akan segera melayang." Satria membalas, "Apa kamu punya cara?" Leira mengerjapkan mata, mengeluarkan selembar kertas jimat dari sakunya. "Jimat ini bisa kamu coba sekali. Lihat efeknya." Begitu selesai bicara, kertas jimat itu langsung terbang ke arah Satria. Ketika kertas jimat menyentuh arwah Satria, arwah tersebut langsung menghilang bersama jimatnya. Di vila sebelah. Alat medis mengeluarkan suara berdengung tak teratur. Satria yang terbaring di tempat tidur seketika membuka mata lebar-lebar. Dia memutar kepalanya sedikit, sontak merasa terkejut. Ternyata, dia bisa bergerak. Sayangnya, sedetik kemudian, dia merasakan tarikan kuat dari belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah di kamar Leira. Leira, tengah duduk santai di kursi, tampak tersenyum simpul. "Bagaimana?" Satria diam-diam kaget, tetapi raut wajahnya masih tampak tenang. "Lumayan," jawabnya. Leira pun terdiam. "Kamu bisa mengembalikan jiwa ke tubuhku, nggak?" Leira menatap Satria. "Belum bisa untuk saat ini," jujurnya. "Kenapa?" "Kekuatanku belum cukup." Dia mengatakannya penuh percaya diri. Satria pun kembali diam. Dia melayang ke arah jendela. "Arwahmu sangat unik, mudah terkontaminasi energi hantu. Kalau terlalu banyak energi hantu menempel padamu, kamu akan hilang kendali diri." "Kalau kamu menyerang orang hidup, pasti akan ada yang mau mengambil arwahmu." Kini, arwah yang sempat melayang jauh pun kembali. Leira melanjutkan, "Kamu punya cahaya keemasan, berarti kamu punya Keberuntungan besar. Aura ungu menyelimuti tubuhmu, berarti nasibmu sangat baik. Dengan Keberuntungan dan nasib sebaik itu, kamu bisa menjadi seorang kaisar yang membawa kemakmuran di masa lalu." "Tapi, sekarang, jiwamu terpisah dari tubuh. Tubuhmu lemah, bahkan hidupmu nggak akan lama lagi. Sepanjang waktu, kalau kamu diganggu energi hantu dan kehilangan kendali diri, bisa melukai orang lain." "Pasti ada pendeta yang datang menangkapmu, lalu Keberuntungan milikmu akan diambil sama mereka." "Cara ini sangat rumit untuk menyembunyikan takdir. Jika mereka berhasil, kamu nggak akan berakhir mati sia-sia. Tapi, memungkinkan juga untuk terlahir sebagai makhluk kasta rendah." Selama penjelasan, Satria mendengarkan dengan tenang. Emosinya tidak banyak berubah. Tenang sekali, begitu sabar. Leira pun melanjutkan penjelasannya. "Sihir musuhmu telah berhasil. Sekarang, kekuatanku belum cukup untuk mematahkan sihir itu, tapi ..." Leira tersenyum tipis, matanya penuh percaya diri seraya lanjut bicara, "Aku bisa jaga arwahmu tetap murni. Sebelum tubuhmu hancur, aku pasti akan mengembalikan arwah ke tubuhmu." Meskipun dia tidak punya banyak kemampuan saat ini, tetapi Leira terlihat benar-benar percaya diri. Satria menatapnya. "Apa yang kamu mau?" tanyanya. "Dalam Ajaran Keharmonisan Alam Semesta, ada hukum sebab akibat. 'Sebab' berupa bantuanku buatmu dengan bayaran darimu sebagai 'akibat'. Imbalan setimpal, kita nggak saling berutang." Satria mengamati sekeliling kamar Leira. "Kamu nggak kekurangan uang." "Uang? Siapa pun nggak akan pernah cukup sama uang." Satria ini benar-benar orang penuh kecurigaan. "Kamu mau berapa?" "Sesukamu," jawab Leira dengan santai. Satria benar. Leira tak butuh uang, tetapi Keberuntungan serta Kekuatan Spiritual. Satria terdiam sejenak sebelum bicara, "Sekarang, aku nggak punya uang." "Nggak apa-apa. Begitu jiwamu kembali ke tubuh, baru bayar." ... Malam itu. Suara gemeresik daun diterpa angin membangunkan Leira. Dia membuka matanya setengah sadar, mendapati Satria tengah berdiri dekat jendela. Sosok pria itu berdiri dengan kedua tangan di belakang. Cahaya bulan menerangi arwahnya yang samar, bagai ilusi yang begitu memukau. Setelah melihatnya beberapa detik, Leira membalikkan tubuh dan melanjutkan tidur. Sudah Leira bilang, dia bisa mengembalikan jiwa Satria ke tubuhnya. Lantas, mengapa masih meratapi keadaan? Gerakan Leira tak luput dari pendengaran Satria. Namun, dia tidak menoleh. Tatapannya terfokus pada rumah sebelah yang lampunya masih menyala. Di sana, tubuhnya tengah terbaring. Setengah tahun lalu, dia mengalami kecelakaan mobil. Dokter menyatakan, dia mengalami mati otak. Sisa hidupnya dia lewatkan dalam keadaan koma. Saat itu, dia berdiri di samping dokter. Sejak hari itu, Satria terus berdiam di dekat tubuhnya. Menyaksikan satu demi satu dokter yang memberikan diagnosis, untuk satu per satu hasil penuh keputusasaan. Kemudian, keluarga Hutama mendatangkan banyak orang pintar. Beberapa dari mereka mengelilinginya sambil membaca mantra. Orang pintar lainnya melakukan ritual, beberapa orang melihatnya saja, berteriak bahwa dia adalah jiwa tersesat yang menyengsarakan orang lain dan harus dihancurkan. Akhirnya, Penguasa Kuil Sudari memberi ramalan yang berkata bahwa dia masih memiliki sedikit harapan di Jiandra. Keluarganya pun mengantarnya ke Jiandra. Sebenarnya, dia sudah tidak berharap banyak. Namun, tak disangka, di hari pertamanya pindah, Satria bertemu Leira. Leira bisa melihatnya, bahkan bisa menghilangkan energi hantu yang menempel padanya. Satria menoleh ke arah Leira yang sudah terlelap di ranjang. Ketegangan di wajahnya pun mulai mereda. Dunia, yang sebelumnya tak ada harapan, kini terasa lebih hidup berkat pertemuannya dengan Leira. ... Keesokan harinya, Leira bersiap keluar usai sarapan. Melihat ada tas di punggung Leira, membuat Kelly lekas bertanya, "Mau ke mana?" "Ke pinggiran utara." "Jauh sekali, mau apa? Ibu bisa minta tolong sopir untuk mengantarmu." Leira mengencangkan tali tas punggungnya. "Lihat makam," jujurnya. Kelly langsung terkesiap. Dia menghela napasnya dalam-dalam, berusaha untuk menenangkan emosinya. "Leira, jangan lakukan hal-hal aneh begitu. Lebih baik di rumah temani Ibu nonton TV atau mau belanja sama Ibu?" "Itu bukan hal aneh. Ini soal fengsui." "Tapi, itu bukan urusan gadis muda sepertimu. Toh, kamu masih muda. Tahu apa kamu soal fengsui!" bentak Kelly. Dia agak marah karena Leira tidak mendengarkannya. "Anak siapa yang tingkahnya seperti kamu, satu hari penuh cuma mengurusi hal-hal begini." Saat berbicara, Zarren tiba-tiba masuk. "Selamat siang, Bibi Kelly." Dia langsung menyapa sambil tersenyum. Namun, begitu berhadapan dengan Leira, sikapnya jauh lebih hormat. "Master Leira, ayo, kuantar ke pinggiran utara." Kelly terheran-heran. 'Master Leira?' 'Siapa yang dia panggil?' 'Memangnya Leira sudah tua?' 'Anak muda zaman sekarang tertarik hal mistis begini, ya?'

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.