Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 7

Zarren mengantar Leira pulang ke kediaman keluarga Candrawira dengan mobilnya sendiri. Begitu turun dari mobil, Leira sudah lihat banyak orang berlalu lalang sambil membawa perabotan di vila sebelah keluarga Candrawira, terutama peralatan medis. Yang paling menarik perhatian adalah mobil ambulans di depan pintu. Zarren meliriknya. "Ternyata, keluarga Hutama di ibu kota kekaisaran memang membawa Satria ke Jiandra." "Satria?" Jarang melihat Leira tertarik pada sesuatu, Zarren pun buru-buru menjelaskan, "Satria itu putra tunggal keluarga Hutama. Dia lahir di bulan September dan biasa dipanggil Satria." "Dulu, sosoknya luar biasa. Pemimpin muda yang paling menonjol di antara kami." "Sayang sekali, bakatnya diuji Langit!" Dengan nada yang dramatis, kepala Zarren menggeleng seraya berbicara, "Setengah tahun lalu, Satria kecelakaan mobil dan berakhir koma." "Keluarga Hutama sudah mencoba segala cara. Dokter menyimpulkan dia koma. Otaknya mati, nggak ada harapan." Usai bercerita, dia buru-buru bertanya, "Apa jiwa Satria juga hilang seperti ibuku?" "Ini beda. Dia sekarat, nggak ada obatnya." Zarren terdiam. Bagi Zarren, sekarang, Leira adalah sosok Master. Kalau gadis itu bilang tidak ada obatnya, pasti itu benar. Zarren membungkuk ke arah vila Satria sebagai tanda hormat, lalu mengikuti Leira masuk ke kediaman keluarga Candrawira. Di kediaman keluarga Candrawira, hanya ada Kelly di rumah. Anggota keluarga lainnya sedang bekerja. Penuh sopan santun, Zarren mengantar Leira masuk ke rumah, lalu berpamitan pada Kelly sebelum pergi. Kelly menyaksikan hal ini penuh keheranan. Namun, dia tak bertanya lebih jauh. Dia mengingat kata-kata Leira kemarin dan tadi pagi, membuat dirinya merasa agak bersalah dan punya niat memperbaiki hubungan dengan sang putri. "Leira, bantu Ibu memilih calon pasangan kakakmu, ya. Ibu sedang memilih calon pasangan untuk Kak Hendry." Mendengar nama Hendry, Leira pun duduk di samping ibunya. Bagaimanapun juga, Hendry-lah satu-satunya anggota keluarga yang paling baik padanya. Saat insiden jatuh kemarin, dia pula yang melompat untuk menyelamatkan Leira. Lantas, Kelly menunjukkan belasan foto ke hadapannya dan memperkenalkan pada Leira satu per satu. "Ini putri keluarga Yanuar, sebaya kakakmu. Lulusan luar negeri, cantik, dan berpendidikan tinggi." "Ini putri bungsu keluarga Kaesar, tujuh atau delapan tahun lebih muda dari kakakmu. Tapi, dia sangat ceria. Cocok sekali sama sifat kakakmu yang kaku." Leira masih belum menanggapi. "Ini … Quin Gunawan. Teman baik Rissa dan Karina. Waktu Karina tunangan sama putra keluarga Herlambang, Quin pernah datang sekali, lalu menjadi teman baik mereka." "Meski latar belakang keluarganya nggak begitu tinggi, dia sangat kompeten. Dia sudah bertahun-tahun menempati jabatan sekretaris di sisi putra keluarga Herlambang, bahkan Nyonya Herlambang juga pernah menceritakan gadis ini ke Ibu." "Rissa suka sekali padanya, Ibu rasa dia cukup baik." "Menurutmu bagaimana?" tanya Kelly pada Leira. Kelly melihat putrinya dengan binar penuh harap. Harapannya, Leira juga menyukai Quin karena gadis itu berpotensi menjadi menantu keluarga Candrawira sekaligus kakak ipar Leira. Kelly masih berharap sang putri bisa berhubungan baik dengan calon iparnya. Leira memandangi foto-foto di atas meja tersebut, lalu berujar, "Kakak nggak jodoh sama dia." Kelly terkesiap. Ekspresinya menegang. "Perasaan itu tumbuh dari waktu ke waktu. Kalau mereka menghabiskan lebih banyak waktu bersama, mungkin jodohnya bisa hadir." Leira menegaskan, "Kalau memang nggak jodoh, berapa lama pun mereka bersama, pasti percuma." Kelly diam lagi. Bukannya enggan mencoba berhubungan baik dengan sang putri, Kelly hanya diam-diam merasa frustrasi. Bagaimanapun juga, putrinya ini terlalu aneh. Dulu, Leira sangat temperamental, mudah marah, dan sering ribut ketika ada yang tak sesuai keinginannya. Kini, meskipun tidak ribut lagi, sifatnya justru lebih sulit dipahami. "Aku rasa gadis ini, dia …" Sebenarnya, Leira ingin menjelaskan mengapa Quin tidak cocok. Namun, Kelly memotongnya, "Sudahlah. Kamu habis keluar seharian, pasti capek. Istirahatlah di atas." Leira langsung terdiam. Bibirnya berkerut sejenak sebelum memutuskan naik ke lantai atas. Begitu tiba di tangga, dia berbalik dan berkata sekali lagi, "Gadis itu nggak cocok buat Hendry." Setelah itu, Leira langsung naik ke lantai atas tanpa peduli dengan ekspresi Kelly. ... Di siaran langsung terakhir, jumlah pengikut Leira tidak bertambah, melainkan berkurang banyak. Hanya ada seribu pengikut yang hadir. Namun, saat siaran langsung dimulai, Yoga bergegas membanjiri siaran langsung dengan hadiah. "BirunyaLangit mengirim sebuah kapal induk." "BirunyaLangit mengirim sebuah kapal induk." ... Hadiah paling mahal yang Leira dapat dari aplikasi siaran langsung ini adalah kapal induk. Setiap kali ada yang menghadiahkan ini, siaran tersebut akan mendapat rekomendasi. "Zarren_ButaUtara mengirim sebuah kapal induk." "Zarren_ButaUtara mengirim sebuah kapal induk." ... Saat ini, posisi teratas yang ditempati BirunyaLangit segera tergantikan oleh Zarren_ButaUtara. Saat ini, seisi ruang siaran langsung lainnya pun heboh. Semua orang bertanya-tanya, siapa yang mengisi ruangan siaran langsung ini? Belum pernah ada yang membanjiri hadiah sebanyak ini! Nilainya sudah mencapai empat miliar rupiah lebih! Bukan hanya para penonton di aplikasi yang merasa heran, Grup Obrolan Kecil Jiandra pun mulai ramai. Karina mengirim pesan lebih dulu, "@Zarren, apa otakmu terbentur sesuatu? Kenapa kamu kasih hadiah ke Leira? Itu sama dengan meningkatkan popularitasnya. Lihat, jumlah penonton siaran langsungnya melonjak ke angka sepuluh ribu." Yuki ikut menambahkan, "@Zarren, justru aku penasaran, deh. Siapa itu BirunyaLangit? Jangan-jangan orang yang ada di pikiranku!" "Siapa?" balas Karina. "Aku sudah bisa tebak, tapi nggak berani bilang.jpg," timpal Yuki. Kini Yori ikut berbincang, "Katanya, Bibi Jina sudah sadar hari ini. Ibuku tadi menjenguk. Bibi Jina terus memuji Leira." Karina membalas dengan stiker. "Ragu.jpg." Yuki membalas dengan stiker sama. "Ragu.jpg." Begitu pun dengan Yori. "Ragu.jpg." Setelah cukup puas membanjiri hadiah, Zarren kembali aktif mengobrol di grup. Zarren mengetik, "Mulai hari ini, Leira adalah orang yang aku lindungi." Pesan itu segera dia tarik kembali. Zarren pun mengetik ulang, "Mulai hari ini, Leira adalah pelindungku. Dia bos, aku anak buahnya. Siapa pun yang berani ganggu bosku, berarti bermusuhan sama aku." Karina segera membalas, "Otakmu rusak, ya? Sudah ke dokter, belum? Mau aku kenalkan sama dokter saraf?" Yuki ikut membalas, "@Zarren, bilang saja kalau akun kamu sedang dibajak." Yori pun tak mau ketinggalan, sehingga dia turut bicara, "@Zarren, apa BirunyaLangit adalah orang yang sama dengan yang ada di pikiranku?" Zarren mengirim stiker. "Sekelompok orang bodoh.jpg." "Daripada mengobrol sama kalian di sini, lebih baik aku masuk siaran langsungnya bosku dan dengar ceritanya." Siaran langsung Leira telah dimulai. Nama akun siarannya sudah diganti menjadi Arunika_Lei. Judul siaran langsungnya adalah Ceritakan Kisahmu. "Tema siaran langsung hari ini adalah Ceritakan Kisahmu. Kalau ada yang mau berkisah dan bersedia melakukan panggilan video di ruang siaran langsung ini, kamu akan mendengar kisah masa lalu, masa kini, dan masa depanmu." Siaran langsung Leira seketika mendapat perhatian besar usai hadiah miliaran rupiah yang dia terima. Hal itu menarik perhatian dari berbagai siaran lain. Tak hanya warganet yang datang melihat, para penyiar lainnya yang ingin tahu ada apa di ruang siaran langsung ini pun ikut serta, terutama soal hadiah yang luar biasa. Begitu mereka dengar bahwa ini siaran yang menceritakan kisah, para penyiar lain pun mengerti. Mereka pikir, ini jelas satu kegiatan seorang sosialita kaya yang bosan dan ingin mencari pengalaman hidup. Penyiar besar merasa tidak tertarik dan pergi. Namun, beberapa penyiar kecil yang berharap mendapat sedikit popularitas tetap tinggal.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.