Bab 20
Sembari mengusap air mata, dia mengadu dibarengi isak tangis, "Aku tahu, aku bukan anak kandung keluarga Candrawira. Darah keluarga Candrawira nggak mengalir di tubuhku. Kalian pasti nggak akan sayang dan peduli seperti dulu lagi."
Dia berlari ke atas sambil menangis.
Kelly, yang merasa kasihan, segera mengikuti. Werdi pun menatap Leira seraya berkata, "Leira, aku mau lihat Rissa dulu. Emosinya sedang nggak stabil sekarang, pasti dia punya banyak pikiran."
Setelah berkata demikian, dia mengikuti Kelly untuk menenangkan Rissa.
Hendry tidak naik ke atas, melainkan berkata kepada Leira, "Dulu, keluarga kita salah paham padamu, bahkan mengira kamu hanya main-main dengan siaran langsung. Nggak disangka, ternyata kamu begitu serius dan hebat."
Dia mendekati Leira, mengusap lembut rambut sang adik. "Kakak sangat senang," ucap Hendry bangga.
Leira tak mampu berkata-kata.
Sebersit perasaan aneh terbit dalam hatinya.
Setelah mengalami mati suri, dia pikir, dirinya tidak lagi memiliki perasaan pada keluarga Candrawira.
Akan tetapi, perlakuan lembut Hendry yang memujinya langsung menghangatkan hatinya meskipun terasa sedikit perih.
"Rissa selalu dimanja sejak kecil. Kehadiranmu yang tiba-tiba membuatnya nggak nyaman. Kalau dia melakukan sesuatu yang nggak bisa kamu terima, jangan ditahan. Beri tahu Kakak saja."
Leira menatap Hendry dengan terkejut.
Hendry pun tersenyum lembut sebelum bertanya, "Kenapa melihatku seperti itu?"
Leira menjawab kikuk, "Aku pikir, kamu cuma menganggap Rissa sebagai adikmu."
Dulu, dia selalu berpikir begitu. Setidaknya, sikap Hendry di ingatan Leira selalu dingin. Meskipun tidak sejelas kedua kakak lainnya, Hendry tetap begitu dingin padanya.
Mendengar kata-katanya, Hendry menunjukkan ekspresi penuh rasa sakit, hatinya dipenuhi penyesalan.
"Sebelumnya, aku salah paham." Sebelum Leira kembali ke rumah, Rissa sering menangis di depan mereka. Dia khawatir, kasih sayang orang tua dan kakaknya pada Rissa akan terkikis ketika Leira kembali ke kediaman.
Mereka telah hidup bertahun-tahun dengan Rissa dan punya hubungan yang begitu erat.
Karena tidak ingin membuat Rissa sedih, Hendry selalu memilih bersikap dingin pada Leira ketika bertemu. Dia ingin Rissa tak merasa kehilangan tempatnya di keluarga Candrawira.
"Zarren yang menyadarkanku," kata Hendry dengan rasa bersalah. "Kamu juga bagian anak dari keluarga Candrawira, kalian berdua sama-sama adikku."
"Kamu datang ke lingkungan asing dan menghadapi keluarga yang belum kamu kenal. Pasti kamu lebih takut dan nggak berdaya daripada Rissa."
Dia merentangkan tangannya dan memeluk Leira erat-erat. "Leira, ini salah Kakak. Nggak akan ada lagi Kakak yang sengaja bersikap dingin padamu."
Ini adalah pertama kalinya Leira dipeluk erat oleh kerabat sedarah.
Pelukan ini begitu hangat, penuh kekuatan, dan memberi rasa aman.
Zarren, yang ada di samping, malah merusak suasana dengan berkata, "Kak Hendry, kalau kamu merasa bersalah, perlakukan Kak Leira lebih baik. Kamu pasti nggak tahu, kemarin Kak Leira keluar untuk belanja, tapi dia nggak punya uang buat bayar belanjanya sepeser pun."
"Apa?" respons Hendry penuh rasa kaget. Lalu, dia teringat, usai Leira kembali ke rumah, jumlahnya tidak banyak saat mereka memberinya uang.
Alasannya, mereka dengar dari Rissa bahwa Leira berasal dari lingkungan sederhana. Jika mereka tiba-tiba memberi banyak uang, mungkin aksi itu menyesatkannya.
Jadi, dibandingkan anak perempuan keluarga kaya lainnya, uang yang dimiliki Leira sangat sedikit. Ketika dia kembali ke rumah, ketiga kakaknya masing-masing hanya memberinya 20 miliar rupiah.
Orang tua mereka tampaknya memberi 20 miliar rupiah pula.
Jadi, keluarga mereka secara keseluruhan hanya memberi Leira sekitar 100 miliar rupiah.
Tidak mengherankan ketika Leira tidak punya gaun untuk menghadiri pesta malam.
Memikirkan hal ini, rasa bersalah Hendry makin dalam. Dia langsung mengeluarkan kartu hitam berlapis emas dari sakunya, "Kartu ini nggak punya batasan dan nggak ada sandinya. Mulai sekarang, belilah apa saja yang kamu inginkan."