Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 1

Jiandra. Kediaman keluarga Candrawira. Leira duduk terpekur di tepi kolam renang, dengan tubuh terbalut handuk, tak sepenuhnya memahami yang baru terjadi. Wajah cantiknya tampak pucat pasi, sementara air terus menetes dari sekujur tubuhnya. Seingatnya, Leira sedang berada di Dunia Kultivasi. Dia baru saja menebas Raja Hantu yang mengancam umat manusia, lalu tingkat kultivasinya meningkat pesat. Namun, begitu membuka mata, dia sudah di sini. "Leira, tega sekali mendorong kakakmu ke kolam. Dia kakakmu, cepat minta maaf padanya!" bentak seorang wanita cantik nan anggun dengan seorang gadis yang sama basah kuyupnya dalam pelukan sang wanita. Melihat wanita itu, ingatan yang sudah terlupakan seketika terasa jelas kembali. Sang wanita adalah ibunya dari kehidupan masa lalu, Kelly Soraya. Di kehidupan sebelumnya, hidup Leira dipenuhi penderitaan. Sejak kecil, Leira tinggal di panti asuhan. Dikaruniai indra keenam, dia sering melihat hal-hal yang tak bisa dilihat orang lain. Oleh karena itu, semua orang menganggapnya aneh dan enggan berteman dengannya. Ketika berusia 18 tahun, dia tak melanjutkan kuliah dan langsung bekerja. Leira selalu berpikir dirinya mengalami gangguan mental. Dia bekerja keras hingga mengambil tiga pekerjaan sekaligus, dengan harapan bisa mengumpulkan cukup uang untuk berobat dan hidup sebagai orang normal suatu hari nanti. Kala usianya 22 tahun, keluarga Candrawira kembali menemukan Leira. Saat itulah, Leira menyadari statusnya yang sudah tertukar sejak kecil. Dia adalah putri keluarga Candrawira, salah satu keluarga terpandang di Jiandra. Bagi Leira, yang belum pernah merasakan kasih sayang keluarga, situasi ini bagai kejatuhan durian runtuh. Dia berpikir, kehidupan bahagia selayaknya gadis normal bisa dia jalani sekarang. Sayangnya, kehidupan di kediaman keluarga Candrawira tak persis dengan yang Leira bayangkan. Ada seorang putri angkat di keluarga Candrawira, bernama Rissa Candrawira. Rissa telah memperoleh pendidikan elite lebih dari 20 tahun. Tiap gerak-geriknya sangat anggun dan berkelas. Mulai dari orang tua hingga pelayan, semua menyukai Rissa. Mereka selalu membandingkan Leira dan Rissa, lalu menaruh Leira dalam posisi kalah. Di tengah lingkungan seperti itu, pemikiran Leira terus berubah. Diawali dengan penuh harap, beralih ingin membahagiakan orang lain, hingga berujung pada kebencian. Makin keras usaha Leira, justru makin mempermalukan dirinya. Begitu pun situasi hari ini. Saat pesta penyambutan, Leira merebut gaun malam milik Rissa dan memakainya dengan cara yang tak pantas. Hal itu membuat sekelompok anak orang kaya pun mengejeknya. Emosi Leira pun terpancing, membuat dirinya langsung terlibat pertengkaran sengit dengan Rissa hingga keduanya terjatuh ke kolam renang. Adegan terakhir yang Leira ingat dari kehidupan sebelumnya, dia terjebak dalam air, sementara orang-orang panik berlari untuk menyelamatkan Rissa dan membiarkannya tenggelam. Barusan, saat Leira membuka mata, dia masih terjebak di kolam. Beberapa detik kemudian, Hendry, putra sulung keluarga Candrawira, datang menyelamatkannya. Ingatan masa lalu pun membanjiri kepala, kembali menghadirkan emosi yang terpendam. Leira berdiri dengan tubuh berselimut handuk. "Kenapa aku harus minta maaf?" tanyanya. "Kamu hampir membunuhnya, tapi nggak mau minta maaf? Sikap macam apa itu, hah?" tanya balik Kelly seraya menatap Leira penuh binar kecewa bercampur marah. Rissa, sambil bersandar di pelukan Kelly, berkata lirih, "Bu, sudah. Pasti Leira nggak sengaja. Aku yang nggak hati-hati sampai jatuh. Leira berusaha menyelamatkanku …" Semua orang yang ada di sana jelas menyaksikan kejadian tadi. Kata-kata Rissa justru membuat orang-orang makin mengasihani dan mengganggapnya baik hati. Sebaliknya, Leira dianggap kejam dan tidak beradab. "Kamu salah. Aku memang sengaja." Leira berjalan mendekati Rissa dengan ekspresi datar. Tubuhnya masih basah kuyup layaknya hantu air. Lantas, Leira mengucap sebuah kalimat yang mengejutkan semua orang. "Aku mau kamu mati." "Leira, bisa-bisanya kamu bilang begitu!" bentak Kelly, terlihat murka hingga wajahnya merah padam. Tak sadar, dia melindungi Rissa di belakangnya, takut Leira menyakiti sang putri angkat. Melihat tindakan Kelly, seulas luka melintas kilat di mata Leira dan segera menghilang. "Aku kejam? Ibunya sudah menghancurkan hidupku. Dia merebut orang tuaku, kakakku, dan seluruh hidupku!" "Kamu bilang aku kejam?" Kelly masih melindungi Rissa. "Rissa nggak salah!" teriaknya. "Dia nggak salah?" Leira mencibir, "Dia menikmati kasih sayang orang tua, perlindungan seorang kakak, dan hidup berkecukupan selama 20 tahun lebih. Ini yang namanya nggak salah?" "Lalu, aku bagaimana?" Itulah yang selalu ingin Leira tanyakan. Sejak hari pertama Leira menginjakkan kaki di kediaman keluarga Candrawira, semua selalu memintanya berteman baik dengan Rissa, belajar dari Rissa, dan takut dia akan menindas Rissa. Mereka takut Rissa mengetahui kebenarannya dan tak mau tinggal bersama keluarga Candrawira lagi. Oleh karena itu, mereka bersikap lebih baik saat memperlakukannya. Bahkan, mereka memilih bersikap dingin pada Leira supaya Rissa tidak sedih dan kecewa. "Aku nggak salah?" "Aku dianiaya, diisolasi, kelaparan, bahkan kedinginan di panti asuhan. Aku nggak salah?" Kelly diam tak berkutik. "Usia 18 tahun, aku lulus ujian masuk universitas. Tapi, karena nggak punya uang untuk bayar kuliah, aku nggak bisa lanjut. Apa aku nggak salah?" "Buat bertahan hidup, aku ambil tiga pekerjaan sekaligus dalam sehari. Cuma tidur empat jam setiap malam. Aku nggak salah?" Satu per satu pertanyaan pedasnya terlontar, membuat suasana menjadi hening. Binar mata Kelly dipenuhi pilu sebelum membalas, "Ibu tahu hidupmu sulit dan mau menebus kesalahan itu. Tapi, kamu nggak bisa menyalahkan Rissa. Dia nggak menginginkan semua ini. Harapan Ibu, kamu bisa rukun sama Rissa." "Huh! Rukun sama dia? Nggak salahkan dia?" Leira mendengus sambil menggelengkan kepala. "Mana mungkin aku bisa melakukannya?" "Memangnya aku nggak punya emosi dan perasaan?" "Benarkah kalian orang tuaku? Benarkah kalian memang saudara kandungku?" Suaranya terdengar makin meninggi. "Kenapa kalian lebih pilih membantu seseorang yang nggak sedarah ketimbang membantuku?" Anggota keluarga Candrawira sontak terdiam. "Kenapa waktu kami berdua jatuh ke kolam, kalian semua hanya memikirkan keselamatan dia lebih dulu?" Perasaan sekarat sangatlah menyakitkan. Air masuk ke hidung dan mulut, napas terhenti, dan paru-paru terasa begitu sakit. Saat itu, Leira dipenuhi keputusasaan dan penderitaan. "Kalau kalian nggak menyayangiku, kenapa bawa aku kembali?" "Aku lebih memilih nggak punya orang tua dan saudara. Aku juga nggak mau … aku juga nggak mau tahu kalau orang tua dan saudara kandungku nggak menyayangiku sama sekali." Usai menjelaskan semuanya, Leira berlari memasuki vila. Mendorong orang-orang yang menghalanginya, lalu mengunci diri di kamar, mengisolasi dirinya dari dunia luar. "Sistem, apa yang terjadi?" tanya Leira. Suaranya bernada dingin sembari menghapus tangis di sudut matanya. Tak ada lagi ekspresi lesu dan putus asa layaknya di luar tadi. Sistem pun menjawab, "Tuan! Kamu baik-baik saja? Bagaimana perasaanmu?" "Aku baik-baik saja, cepat bilang apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa aku kembali lagi?" Kalimat-kalimat yang baru saja Leira lontarkan adalah beban yang selama ini terpendam di hatinya. Setelah mengungkapkannya, semua kekesalan dan dendam dari kehidupan sebelumnya pun lenyap. Sistem mulai menjelaskan, "Karena kamu nggak mati. Aku cuma memindahkan jiwamu ke dunia lain." Leira segera mengerti apa yang terjadi. Dia memang tidak mati, tetapi jiwanya dipindahkan Sistem ke dunia lain untuk mempelajari teknik-teknik spiritual. Setelah Leira berhasil menguasai teknik-teknik spiritual, dirinya akan dikembalikan ke dunia ini. Di dunia sana, dia telah menghabiskan waktu ratusan tahun. Namun, hanya beberapa menit berlalu di dunia ini.
Previous Chapter
1/100Next Chapter

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.