Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 13

Melihat Zarren tidak bergerak dan tidak punya niat membayar, ekspresi wajah sang peramal menjadi suram. "Meskipun kita ditakdirkan bertemu, alam menekankan hukum sebab akibat. Sembarangan mengungkap rahasia surga nggak baik untuk keseimbangan lima unsur. Jadi, kamu perlu memberikan sesuatu dari luar dirimu sebagai imbalan." Zarren tetap pura-pura tidak mengerti. "Maksudnya bagaimana?" Peramal itu terdiam beberapa saat. 'Orang ini benar-benar bodoh atau hanya pura-pura, sih!' kesal sang peramal dalam hati. 'Mungkin ini kali pertamanya bertemu peramal. Jadi, dia belum paham aturannya,' lanjutnya dalam hati. Peramal itu menggertakkan giginya sebelum berkata, "Kamu harus bayar untuk menghindari bencana." "Berapa yang harus kubayar?" Peramal itu mengamati pakaian orang di depannya lewat kacamata hitam kecilnya, tampak bermerek dari atas sampai bawah. Melihat penampilannya yang santai dan acuh tak acuh, bisa dipastikan sosoknya adalah orang kaya. "Satu miliar rupiah." Zarren mendengarkannya penuh semangat. Dia tak bisa menahan tawanya lagi ketika mendengar nominal satu miliar rupiah. Hari ini, Zarren ingin menunjukkan kepada Leira cara menghadapi penipu seperti ini. Dia menendang sekali ke arah meja di depan peramal itu. "Satu miliar rupiah! Penipu zaman sekarang sudah seberani ini, ya? Kamu percaya nggak kalau aku bisa panggil polisi dan menangkapmu?" Peramal itu terdiam sejenak. Dia pun mengernyit seraya menjelaskan, "Tuan Muda, aku punya niat baik membantumu menghilangkan bencana. Bukannya terima kasih, kamu malah membalas kebaikanku pakai kebencian. Kamu nggak takut membuatku marah?" Dia kembali menghitung dengan jarinya. "Tanggal lahirmu ada di tanganku." "Kamu lahir tanggal 18 September tahun 1987 sekitar pukul tiga sampai lima pagi. Kamu punya elemen air dan logam yang kuat. Sayangnya, kamu kekurangan api dan tanah. Itulah elemen yang kamu perlukan." "Ucapanku benar, 'kan?" Peramal itu menatap Zarren penuh keyakinan. Zarren sama sekali tidak mengetahui garis lahirnya. Jadi, dia pergi menemui Leira. Melihat perubahan ekspresi Leira, Zarren menjadi sangat panik. 'Mungkinkah ucapan peramal itu sungguhan?' Peramal itu tersenyum sinis, lalu bicara, "Aku sudah baik hati membantumu, tapi kamu malah mengancamku. Bukankah kamu pikir nggak masuk akal? Kalau begitu, jangan salahkan aku kalau berniat menghukummu karena angkuh." Sambil berujar, dia mengambil kuas di atas meja, mencelupkannya ke tinta merah, dan menuliskan nama Zarren di kertas kuning. Saat peramal itu baru mulai menulis, tiba-tiba terselip suara jernih ke telinganya. Suara itu cukup lirih, tetapi terdengar menusuk hingga tangannya gemetar. Tinta merah pun menetes begitu saja di kertas kuning. "Kamu lahir tanggal 23 September 1999, dengan elemen air. Kamu ditendang dari jabatanmu, bahkan pernah masuk penjara karena ulahmu." "Saat kecil, keluargamu kaya. Begitu remaja, warisan keluargamu mulai habis dan membuat kepribadianmu berubah drastis. Kedua orang tuamu meninggal saat kamu masih muda. Saat dewasa, kamu bercerai dengan pasanganmu." "Kalau terus semaunya begini, putrimu akan dilanda musibah." Tubuh sang peramal yang tengah menggenggam pena serasa membeku, masih menatap tak percaya ke arah Leira. Hal-hal lainnya bisa diselidiki. Namun, satu-satunya fakta seorang putri yang dia miliki benar-benar tidak diketahui satu orang pun. Saat dia ditahan, istrinya mengajukan perceraian. Setelah bebas, sang istri sudah menikah lagi. Awalnya, dia berniat balas dendam kepada keluarga istrinya. Akan tetapi, ketika melihat seorang putri yang agak mirip dengannya, sang peramal diam-diam mengambil sehelai rambutnya untuk diuji. Karena itu, dia tahu bahwa gadis itu adalah putrinya. Hal ini tidak mungkin diketahui orang lain. Dia tertegun sesaat, lalu tiba-tiba berlutut di depan Leira. "Master, selamatkan aku," pinta sang peramal dengan lirih. Leira tertegun sejenak. "Kamu terlahir dalam kesepian dan ditakdirkan tanpa hubungan keluarga. Kalau nggak berbuat baik dan mengumpulkan kebajikan, kamu bisa terbaring sakit, kesepian, dan nggak punya penolong saat usiamu sudah masuk masa tua." Air mata peramal itu mengalir deras, tampak makin terisak. "Aku nggak paham. Aku nggak melakukan kesalahan, kenapa hidupku menderita sampai begini?" Leira hanya menjawab, "Apa yang terjadi di kehidupanmu saat ini adalah akibat dari masa lalu. Kamu nggak bisa dibilang bersih dari kesalahan." "Kamu nggak punya keahlian dan suka menghabiskan uang untuk hal-hal yang sembarangan. Warisan keluarga makin menipis, tapi kamu nggak pernah usaha untuk maju." "Kamu punya istri yang baik, tapi masih nggak betah di rumah. Itu yang menyulut pertengkaran dalam rumah tanggamu." "Sering melakukan penipuan dan berujung masuk penjara." "Semua ini adalah akibat dari ulahmu sendiri."

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.