Bab 162
Dia tersipu dan menatap pria itu dengan tatapan marah.
Beni melirik ke arah dadanya, jakunnya bergerak dan dia berkata, "Dia salah lihat, aku kan nggak benar-benar menekan."
"Kamu masih berani bilang? Apa Ibu sudah baikan?"
"Biasa saja." Beni mengerutkan keningnya.
Nadira melihat sosok ceria ibu mertuanya pergi. Waktu Bi Delia berkata begitu, sebenarnya dia ingin bertanya, "L, apa penyakit amnesia Ibu sangat parah?"
"Hmm, cedera otaknya sangat parah. Dia amnesia dan sekarang dia baik-baik saja. Aku menemaninya dan nggak khawatir."
Beni enggan untuk berbicara lebih banyak.
Nadira merasa kasihan dan penasaran. Dia pun berkata, "Bagaimana bisa Ibu mengalami cedera otak?"
"Terjadi emosi yang sangat besar." Dia terhenti tiba-tiba, alisnya berkerut, seolah menahan sesuatu. Tatapannya makin dalam dan tak terduga, menyimpan emosi yang menakutkan.
Nadira langsung tidak berani bertanya lagi karena merasa telah menusuk hatinya.
Ibu mertua pasti telah mengalami banyak penderitaan, sehingga memilih
Locked chapters
Download the Webfic App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link