Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 12

"Pura-pura. Terus saja berpura-pura!" Thalia langsung mencibirnya. Menurutnya, Arman pura-pura tenang hanya untuk menjaga harga dirinya yang menyedihkan itu. "Kamu sakit ya?" Arman mengerutkan kening. Akhirnya, dia juga menjadi tidak sabar dengan sikap narsis Thalia. "Siapa yang kamu bilang sakit?" Thalia begitu marah hingga wajahnya merah padam. Dia berteriak kepada Arman, "Kamu bilang, kamu tinggal di vila nomor satu. Kamu pasti kenal Hadi, 'kan? Apa kamu tahu kalau tiga hari lagi dia akan datang ke Kota Setala?" "Hadi akan datang ke Kota Setala?" Arman agak mengerutkan kening. "Bagaimana kamu bisa nggak tahu?" Thalia mencibir. "Dia memang nggak bilang padaku." "Tentu saja, karena dia memang sama sekali nggak mengenalmu!" Thalia berkata demikian. Membongkar kebohongan Arman membuatnya merasa lega. "Aku bisa memberitahumu satu hal lagi. Dalam tiga hari, Hadi akan mengadakan pesta besar untuk seseorang yang misterius di kapal pesiar Verena. Pernikahanku dan Tuan Muda Chris juga akan dilangsungkan di sana!" "Verena?" Arman mengerjap-ngerjapkan matanya. Muncul kenangan di dalam hatinya. "Kamu juga nggak tahu?" Thalia mengangkat sudut bibirnya dengan sinis. "Kuberitahu kamu ya. Verena adalah kapal pesiar mewah nomor satu di dunia saat ini! Hadi adalah pemilik kapal itu." "Saat pernikahanku dan Chris nanti, Hadi juga akan memberikan ucapan selamat kepada kami secara langsung!" "Dulu waktu kita menikah, kamu memilih hotel murahan. Kalau kamu benar-benar mampu tinggal di vila nomor satu dan benar-benar mengenal Hadi, kenapa kamu bisa berakhir seperti ini?" "Lihat dirimu, lihat Tuan Muda Chris. Apa lagi yang bisa kamu lakukan selain omong kosong?” "Itu karena sebelumnya kamu bilang kalau kamu ingin hidup tenang dan damai, makanya aku jadi begini." Arman berkata dengan tenang sambil menatap Thalia. "Cukup, Arman!" Thalia menghentikan Arman. Ekspresi merendahkan di wajahnya makin terlihat jelas. "Betapa nggak tahu malunya kamu, sampai-sampai kamu bisa membicarakan tentang ketidakmampuanmu dengan begitu santainya seperti itu!" "Thalia, nggak perlu marah pada orang seperti ini. Biarkan dia hidup dalam mimpinya sendiri. Bukankah sebelumnya dia juga mengatakan kalau Grup Yaksa adalah miliknya, tapi nggak bisa memberikan dua miliar kepadamu?" Chris berkata dengan sinis. Kemudian, dia menatap Arman. "Oh ya nak, aku sungguh-sungguh memberitahumu di sini kalau Thalia sekarang adalah istriku. Tolong jangan ganggu dia lagi di masa mendatang." "Jangan khawatir. Aku nggak tertarik padanya." Arman berkata tanpa ragu-ragu. Setelah mengetahui wajah asli Thalia dan mengetahui jika Thalia bukan pemilik jepit rambut itu, Arman sudah tidak punya perasaan apa pun terhadapnya. Chris mengerutkan kening. Orang ini, kenapa bisa begitu pandai berpura-pura? Thalia tampak kesal. Dia menunjuk Arman dan menghardiknya, "Arman, kenapa dulu aku nggak pernah sadar kalau kamu begitu pandai berpura-pura! Kamu bilang kamu nggak tertarik padaku. Lalu, kenapa kamu berkali-kali datang menggangguku? Sekarang, kenapa kamu berdiri di depan pintu Vila Widuri untuk mengadangku?" "Sudah kubilang, aku tinggal di sini." Arman masih terlihat acuh tak acuh. "Kenapa kamu nggak mati saja!" Sikap acuh tak acuh ini membuat amarah Thalia langsung meledak. Orang ini, benar-benar pandai bersandiwara. “Sudahlah, Thalia. Jangan lagi berurusan dengan orang seperti itu. Dia sudah cukup berusaha untuk bersandiwara. Jadi, kita ikuti saja permainannya." Chris menatap Arman dengan sikap arogan dan merendahkannya di depan matanya. Biasanya, orang semacam ini, tidak layak mendapat perhatian dari Chris. "Oke, Tuan Muda Chris. Aku akan mendengarkanmu." Thalia langsung mematuhi kata-kata Chris. Chris tersenyum puas. Seolah-olah dia memberi tahu Arman apa artinya menjadi seorang pria. Arman tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Dibandingkan dengan semua itu, Arman lebih peduli apakah mie sapi rebus di tangannya sudah hampir gosong atau tidak. "Ayo kita pulang, Thalia." Chris membuka mulutnya. Dia merasa sudah menunjukkan kekuasaannya di depan Arman. "Oke, sayang." Thalia memeluk Chris dengan mesra. Keduanya kembali ke dalam mobil. Mobil Rolls-Royce itu perlahan memasuki kawasan Vila Widuri. Seketika itu juga, Arman merasa telinganya menjadi jernih. Dia pun bersiap-siap untuk kembali ke vila. Kriiing. Pada saat ini, ponsel di sakunya tiba-tiba berdering. Arman mengeluarkan ponselnya dan melihatnya. Ternyata telepon dari Hadi. Arman menjawab teleponnya. Tiba-tiba, terdengar suara yang penuh hormat dari ujung telepon. "Pak Arman, apa Pak Arman sudah tinggal di vila sekarang?" "Hmm." Arman mengangguk dan berkata, "Hadi, kudengar kamu akan datang ke Kota Setala. Apa kamu berencana mengadakan pesta besar untukku di kapal pesiar Verena?" "Pak Arman sudah tahu semuanya?" Hadi terkejut. "Hmm." "Pak Arman, aku hanya ingin memberikan kejutan untuk Pak Arman. Itu sebabnya, aku nggak memberi tahu Pak Arman sebelumnya ... " Hadi benar-benar ketakutan. "Oke. Aku nggak bermaksud menyalahkanmu. Aku hanya ingin memastikannya saja." Arman berkata sambil tersenyum. Fyuh. Hadi merasa lega dalam hati dan buru-buru bertanya, "Bagaimana dengan pesta besarnya, Pak?" “Nggak perlu pesta besar. Kalau waktunya tiba nanti, aku cuma mau mampir dan melihat-lihat kapal pesiarnya.” Arman berkata. Kebetulan sekali. Sudah lima tahun Arman tidak naik kapal pesiar Verena. "Baik, Pak." Hadi menerima perintah dan melanjutkan, "Ada satu hal lagi, Pak ... " "Katakan." "Begini Pak. Tiga hari lagi, Chris dan Thalia akan melangsungkan pernikahan Verena. Apa Pak Arman ingin agar aku memberikan sedikit pelajaran kepada mereka nanti?" "Nggak perlu." Arman berkata. Kedua orang ini sama sekali tidak layak menyia-nyiakan waktunya. "Baik, Pak! Hanya itu saja yang ingin kukatakan, Pak. Aku nggak akan mengganggu istirahat Pak Arman. Aku akan menunggu Pak Arman tiga hari lagi di kapal pesiar." "Hmm. Oke." Arman menutup telepon dan berjalan menuju Vila Widuri. Kembali ke vila. Arman baru saja selesai menyantap semangkuk mie sapi rebus miliknya. Ting. Muncul pesan WhatsApp pada ponselnya yang diletakkannya di atas meja. Arman membuka WhatsApp-nya. Ternyata pesan untuk menambahkan teman. Dia adalah pengguna WhatsApp dengan nama "Sofia Wiratama". Digabungkan dengan avatar WhatsApp-nya. Arman pun menyunggingkan senyuman di wajahnya.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.