Bab 2
Farhan sangat cekatan. Pukul 3 sore, Mazaya menerima surat nikah miliknya.
Mazaya mengamati surat nikah itu. Foto bersama mereka diambil secara mendadak dan asal-asalan.
Sebenarnya, Mazaya tidak asing dengan Jimmy. Jimmy sering memberikan sumbangan pada Universitas Alkana. Jimmy baru saja menyumbangkan 700 miliar bulan lalu dan sebagian dana itu dialokasikan pada fakultas mereka. Mazaya mengajukan permintaan dana baru-baru ini dan rektor mereka hendak mengalokasi sumbangan itu.
Jimmy juga mensponsori beberapa penghargaan besar. Misalnya, pada awal bulan, tim yang dipimpin oleh Mazaya memenangkan juara pertama Penghargaan Cita Jingga. Jimmy-lah yang menyerahkan penghargaan tersebut. Pada saat itu, Jimmy berkata, "Profesor Mazaya, selamat sudah memenangkan juara pertama lagi."
Jimmy juga telah menyerahkan beberapa penghargaan sebelumnya pada Mazaya, baik di dalam maupun luar negeri. Dapat dikatakan bahwa mereka tidak asing dengan satu sama lain, tetapi juga tidak akrab.
Tepat saat itu, ponsel Mazaya bergetar. Mazaya mengambil ponselnya. Ada pesan teks dari perbankan.
Wah!
Ada pemasukan uang sebesar dua miliar.
Dari Jimmy Wongso.
Apakah kesadaran dan kemampuan eksekusi seorang bos begitu tinggi?
Jimmy langsung mentransfer biaya hidup begitu sudah membuat surat nikah?
Mazaya ragu sejenak apakah perlu mengirim pesan pada Jimmy. Barulah Mazaya sadar bahwa dia tidak mempunyai kontak WhatsApp Jimmy.
Jangankan WhatsApp, Mazaya juga tidak mengetahui nomor telepon Jimmy.
Baiklah, pernikahan ini sepertinya agak terburu-buru.
Mazaya membuka aplikasi WhatsApp. Ada pesan dari nenek Jimmy, Sarah Yuniar.
Sarah: [Mazaya, bagaimana? Jimmy sudah setuju untuk buat surat nikah hari ini. Kalian sudah membuatnya sekarang?]
Setelah dipikir-pikir, Mazaya langsung menelepon Nenek Sarah.
Sarah segera menjawab panggilan telepon.
"Bagaimana, Mazaya?"
"Nenek, kami sudah buat surat nikah."
"Bagus sekali! Nggak sia-sia Nenek kurus 2,5 kg dalam setengah bulan!"
Sarah telah mengerahkan usaha yang sangat besar untuk mempertemukan Mazaya dengan Jimmy hingga pada akhirnya Jimmy tidak punya pilihan selain berkompromi.
Meskipun Jimmy enggan, Sarah percaya Jimmy akan jatuh cinta pada pesona Mazaya cepat atau lambat.
Sarah telah mengamati Mazaya berkali-kali. Mazaya jauh lebih baik daripada wanita-wanita di luar sana. Keluarga Wongso membutuhkan gadis seperti itu untuk menjadi nyonya patriark keluarga mereka di masa depan.
"Aku akhirnya bisa memuaskan mendiang suamiku. Keluarga Wongso telah bergerak di industri bisnis selama beberapa generasi. Suamiku selalu menginginkan cucu menantu yang berpendidikan. Aku pun memenuhi keinginannya ...."
Mazaya tidak bisa berkata-kata.
Berpendidikan?
Jika tidak salah ingat, Jimmy juga berintelektual tinggi dan merupakan lulusan terbaik dari Universitas Alkana. Seperti dirinya, Jimmy juga telah menyelesaikan pendidikan sarjana, magister, dan doktoral secara berkelanjutan ....
"Apa Jimmy ada bilang kapan kamu bisa pindah ke rumahnya?"
"Jimmy memberiku kunci Pusat Catimas. Aku akan pindah ke sana dalam dua hari lagi ...."
"Pusat Catimas? Itu ... baiklah .... Mazaya, tenang saja. Nenek nggak akan membiarkan siapa pun merundungmu setelah kamu menjadi bagian dari Keluarga Wongso. Nenek percaya kamu dan Jimmy akan langgeng sampai tua."
Suara Sarah penuh dengan kegirangan.
"Terima kasih, Nenek."
Tidak peduli bagaimana masa depannya dengan Jimmy, Mazaya sangat berterima kasih pada nenek yang penyayang itu.
"Karena kalian sudah menikah, Nenek nggak akan ganggu kalian. Nikmatilah momen berdua kalian dan lahirkan cicitku secepatnya. Nenek sudah pesan tiket pesawat ke Negara Tanzania. Nenek harus mengejar penerbangan. Sudah dulu ...."
Sarah memohon jodoh pernikahan untuk cucunya dan Tuhan menganugerahkan cucu menantu yang begitu baik padanya. Sekarang, Sarah terburu-buru ingin pergi menunjukkan rasa syukurnya.
Mazaya tidak bisa berkata-kata.
Nenek Sarah masih saja blak-blakan. Sangat sulit dibayangkan bahwa Nenek Sarah dulunya adalah seorang pengusaha sukses.
...
Mazaya baru saja kembali ke Universitas Alkana belum lama ini. Pekerjaan sehari-harinya sangat sibuk, terutama jika menyangkut eksperimen besar. Sudah biasa baginya untuk tinggal di kantor atau laboratorium selama beberapa hari berturut-turut.
Dua hari berlalu dalam sekejap. Mazaya tampaknya lupa dia sudah menikah. Sampai pada hari Minggu sore, Mazaya ditelepon oleh sahabatnya, Revinka Alaba.
"Halo? Astaga! Kamu akhirnya jawab telepon! Kalau nggak, aku mungkin akan melaporkan kehilanganmu kepada polisi!"
"Ada apa?"
Mazaya melepas jas putihnya dan kembali ke kantor dengan membawa data.
Revinka mengembuskan napas. "Jangan bilang kamu lupa hari apa hari ini."
Ketika Mazaya ingin mengakhiri panggilan telepon, Revinka berbicara lagi.
"Eh, jangan tutup! Kamu lupa ada reuni? Kapan kamu ke sana? Apa perlu aku kirim mobil untuk menjemputmu?"
Hari ini adalah hari ulang tahun Steven Christian yang ke-60, kepala sekolah SMP mereka. Steven merupakan seorang guru piano terkenal di dunia yang sangat dihormati dan sangat dicintai oleh murid-muridnya.
Barulah Mazaya ingat tentang itu.
"Nggak perlu, aku naik taksi."
"Oke, ingat untuk berpakaian dengan cantik. Semua orang berdandan dan sudah nggak sabar ingin memberitahukan prestasi mereka selama bertahun-tahun ini pada Pak Steven. Kamu baru pulang dari luar negeri, nggak boleh diam-diam saja. Terutama ...."
Revinka ragu sejenak, tetapi pada akhirnya meneruskan, "Dengar-dengar, Erwin dan Sherly juga kembali ke Kota Zenida. Mereka mungkin juga akan hadir. Acara ini adalah ...."
"Aku tahu."
Mazaya menyeletuk dengan tenang dan langsung mengakhiri panggilan telepon.
Setiap reuni itu hanya bertujuan untuk membandingkan satu sama lain, tidak ada faedahnya. Mazaya jarang menghadiri acara reuni, tetapi kali ini Pak Steven sudah meneleponnya berkali-kali. Mazaya menghormatinya sehingga memutuskan untuk hadir.
Acara perayaan ulang tahun Steven berlokasi di Hotel Dingano, salah satu hotel eksklusif termewah di Kota Zenida.
Mazaya langsung berangkat setelah sesi pengajarannya berakhir sehingga tidak sempat berganti pakaian. Setelan jas kasual yang dikenakan oleh Mazaya tidak terlalu formal, tetapi cukup sopan. Riasan wajah yang tipis tidak dapat menutupi kecantikan Mazaya.
Aula perjamuan sangat ramai sehingga tidak ada yang memperhatikan Mazaya. Mazaya mencari tempat untuk beristirahat dan menunggu sang tokoh utama muncul.
Saat Mazaya sampai di dekat balkon, ada suara di sana.
Beberapa gadis yang berpakaian cantik berkeliling di sekitar seorang gadis. Mereka sedang mencemooh seseorang.
Gadis di tengah-tengah mereka memakai gaun mewah berwarna sampanye. Gadis itu adalah supermodel yang terkenal baru-baru ini dan kemudian beralih menjadi aktris, Sherly Madius. Beberapa film pendek yang diperankan olehnya sangat populer.
Ada banyak nona dari keluarga elite di sekitar Sherly. Selain menjadi supermodel, Sherly merupakan nona asli Keluarga Madius yang ditemukan kembali baru-baru ini dan sangat disayangi oleh seluruh keluarganya.
"Apa-apaan Mazaya itu? Mazaya telah menempati posisi Sherly selama bertahun-tahun karena kekeliruan waktu itu."
"Benar! Mazaya telah mendapatkan kehidupan makmur secara gratis selama bertahun-tahun. Tanpa Keluarga Madius, dia bukan apa-apa!"