Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 6

"Arya ... Shani tidak ingin kamu menikahiku," kata Yuna sambil menangis. "Jangan pedulikan dia, kita harus bertunangan, saat itu dia pasti akan kembali dengan sendirinya." Arya mengira aku sengaja menggunakan trik ini untuk merusak pesta pertunangannya dengan Yuna. Dia mengumumkannya ke publik dan tidak sabar mengumumkan pesta pertunangannya di seluruh dunia. Dia mengira aku tidak akan mengganggunya lagi saat aku tidak bisa mengubah apa pun. Namun, dia tidak tahu aku sudah lama mengikhlaskannya. Kalau aku masih hidup, mungkin aku sudah naik pesawat dan meninggalkan Kota Hairo ini. "Arya ... kenapa Shani tidak menyukaiku? Sebelumnya dia hampir membunuhku karena mendorongku dari tangga. Sekarang dia ingin merusak upacara pertunangan kita dengan cara ini. Kalau Bibi tahu, dia pasti tidak akan setuju," kata Yuna sambil menangis. Raut wajah Arya makin masam. "Selain menggunakan trik untuk menipu ibuku, apa lagi yang bisa dia lakukan?" Aku tertawa sinis, bahkan sudah malas menjelaskan. Lagi pula, dia tidak bisa mendengar apa yang kukatakan. Saat aku masih hidup saja dia tidak mau mendengarkanku, apalagi sekarang aku sudah mati. ... Arya dan Yuna masuk ke kamar tidur, sementara aku duduk di sofa dengan menyedihkan. Tawa yang sesekali terdengar dari dalam kamar itu seperti pisau tajam yang menusuk jiwaku. Saat melihat perutku, aku bisa merasakan getaran jiwaku. Anak yang belum sempat terbentuk itu ... ikut mati bersamaku. Jika Arya tahu aku sudah mati dan mengandung anaknya, mungkin dia juga akan tertawa dalam mimpinya. Akhirnya, ada orang yang menyelesaikan masalah tersembunyinya selama ini. "Kring!" Jam tiga dini hari, ponsel Arya berdering. "Halo?" Arya sedikit tidak sabar. "Tuan Arya, kami menemukan mayat wanita tanpa kepala di Lembah Barito. Gelang di pergelangan tangannya adalah milik adikmu, Shani. Datanglah untuk memastikan mayatnya." Arya tiba-tiba duduk dan napasnya terengah-engah. Suara petir menyambar dan guntur yang bergemuruh di luar jendela itu seketika membuat Arya sakit kepala. "Shani?" Saat petir menyambar, Arya seperti melihat sesosok bayangan di ruang tamu. Bayangan itu sangat mirip dengan Shani. Aku melihat Arya dengan heran, dia bisa melihatku? Namun, Arya langsung mengumpat, lalu mengambil jaketnya dan bersiap untuk pergi. Di tempat tidur, Yuna juga bangun, lalu berjalan keluar tanpa alas kaki. "Shani ... Shani, jangan salahkan aku. Salahkan saja Arya yang terlalu baik. Wanita mana yang tidak menginginkannya? Aku juga tidak menyangka kamu sebodoh itu, malah memercayai kata-kataku. Ha ... kamu memang pantas mati!" Aku bergegas menghampirinya seperti orang gila, lalu mencekik lehernya dan berteriak, "Kamu yang mencelakaiku, kamu! Aku akan membunuhmu, aku akan membunuhmu!" Aku berusaha sekuat tenaga untuk membunuh wanita yang sudah mencelakaiku dengan sangat tragis. Namun, aku tidak dapat melakukan apa pun, aku sama sekali tidak dapat menyentuhnya. Aku tidak bisa membalas dendam, aku tidak bisa berbuat apa-apa. ... Di gedung Bareskrim Polri. "Korban mengalami pelecehan seksual sebelum meninggal. Pakaian yang dikenakannya juga bukan miliknya." Arya berdiri di samping meja otopsi, seluruh tubuhnya kaku. "Shani memang kehilangan gelang ini dua bulan yang lalu." "Kamu yakin yang ini?" tanya polisi itu. "Iya, gelang ini adalah peninggalan nenekku ... " Gelang ini diberikan untuk calon menantu perempuan Keluarga Japardi. Arya yang memberikan gelang itu kepada Shani ketika dia berusia 18 tahun. "Ada tahi lalat .... di dada kanan Shani." Arya terdiam sangat lama sebelum mengatakan tanda-tanda fisikku. "Di sisi kiri tulang kemaluan ... ada tanda lahir berwarna merah." Dia memberi tahu polisi bahwa aku adalah adiknya? Namun, bagaimana mungkin seorang kakak bisa mengetahui tanda lahir di bagian pribadi adiknya? Polisi itu tertegun sejenak dan saling bertatapan. Kemudian, polisi meminta dokter forensik untuk memeriksa mayat itu. "Kalau di tubuhnya tidak ada yang seperti kamu katakan, berarti mayat ini bukan mayat Shani." Arya perlahan menutup matanya dan menghela napas lega. "Tuan Arya, sepertinya Tuan menyembunyikan banyak hal dari kami." Polisi kriminal yang bertanggung jawab atas kasus tersebut mengerutkan kening dan membawa Arya keluar. "Sebenarnya apa hubunganmu dengan Shani?"

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.