Bab 234
Sepertinya, dia tidak terlalu peduli dengan Sanny, melainkan lebih memperhatikan cucu kandungnya, Merry.
"Nenek, dia nggak akan datang," jawabku, langsung mematahkan harapannya.
Nenek menghela napas panjang dengan kecewa. "Lupakan saja."
Arya melihat jam tangannya, lalu berkata, "Nenek, aku kembali ke kamar dulu. Kalau ada apa-apa, hubungi aku saja."
Nenek tersenyum sembari mengangguk. "Baiklah. Sanny sangat beruntung bisa bertemu denganmu."
Davin tetap berdiri di sampingku. Biasanya, dia pandai mencari perhatian. Akan tetapi, dia tidak berkata apa pun kali ini dan terlihat acuh tak acuh.
Firasatku mengatakan, dia tidak menyukai Nenek Sanny ini.
"Sanny, orang tuamu keterlaluan sekali. Gimana bisa mereka memaksamu menikah dengan keluarga Isman? Berapa banyak uang mahar yang mereka beri? Nenek yang membesarkanmu selama ini. Uang itu nggak boleh diberikan pada orang tuamu sepenuhnya. Sebagian harus diberikan pada Nenek, mengerti?" Nenek berkata dengan nada ramah, seolah-olah sangat peduli
Locked chapters
Download the Webfic App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link