Bab 122
Apakah dia takut pada Vincent?
“Sepertinya, Kakak juga nggak ingin membiarkan seorang idiot untuk mengambil alih perusahaan,” ujar Yahya sambil tertawa.
Aku mengernyitkan dahi dan berbisik di telinga Jordan, “Kakek, apa Kakek mau semua jerih payah Kakek selama ini direbut sama orang yang rakus itu?”
Tatapan Jordan pun membeku. Dia akhirnya mengangguk dengan perlahan ke arah Fendi.
Ini adalah persetujuannya.
Dia setuju untuk membiarkan Vincent masuk ke perusahaan.
Yahya memandang Vincent dengan marah, lalu mendengus, "Aku mau tahu berapa lama seorang idiot bisa bertahan di perusahaan."
“Jadi, Pak Jordan lebih memilih untuk menyerahkan perusahaan kepada seorang idiot daripada membagikan sedikit hartanya kepada kita?” Di luar pintu, para kerabat dari keluarga cabang masih berharap untuk mendapatkan warisan.
Aku melirik Vincent dan memberinya isyarat untuk tetap tenang sambil berkata, “Aku akan membantumu.”
Vincent tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya menggenggam tanganku agar aku tetap ber

Locked chapters
Download the Webfic App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link