Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 17

Setelah itu, Yunara baru tahu Kakek Jordan berasal dari keluarga Henderson yang menentang hubungan Yoel dan Sandra, bahkan mengancam akan bunuh diri. Jadi, Yoel terpaksa mengakhiri hubungannya dengan Sandra. Yoel datang ke pantai saat dia menderita penyakit jantung dan merasa hidupnya tidak berharga setelah putus dengan Sandra. Jantungnya tidak sehat dan wanita yang dicintai diusir kakeknya, hilang sudah harapan dan tujuan hidupnya. Hanya kesuraman yang tersisa. Tepat pada saat itu, dia melihat Yunara sedang melompat ke laut. Saat melihat siluet tubuh ramping yang mirip Sandra melompat ke laut, pria itu seolah-olah melihat Sandra, dan tanpa pikir panjang turut melompat ke laut. Sejak hari itu, Yoel menganggap Yunara sebagai pengganti Sandra. Nama "Sandra" seperti mantra yang mengikatnya. Dalam mimpinya, Sandra tidak melepaskan. Sandra tersenyum manis padanya. "Yunara, seumur hidup, kamu hanya akan berperan sebagai penggantiku, selamanya begitu!" Yunara merasakan sakit yang menusuk di dada. Dia bangun sambil berteriak dan tubuhnya basah kuyup oleh keringat dingin. Dia menyalakan lampu meja di samping tempat tidurnya, tak ada orang di sekitarnya. Tangannya meraih selimut, terasa sangat dingin. 'Yoel pasti menghabiskan malam ini bersama Sandra. Dia tak akan pulang, 'kan?' Setiap manusia pasti punya perasaan. Semenjak Yoel Henderson membawa dirinya dan Samudra masuk keluarga Henderson, dia berperan sebagai Nyonya Henderson hingga saat ini. Kembalinya Sandra memberi Yunara tamparan keras. Dia memandangi hujan malam gelap di luar jendela. Akhirnya, dia sadar siapa identitasnya. Dia bukan Nyonya Henderson, hanya Cinderella yang mengenakan sepatu kaca. Lewat tengah malam, Cinderella harus bangun dari mimpinya. Dia harus belajar melepaskan Yoel meski dia mencintai pria itu. Akan tetapi ... Tetap saja, Yunara tidak bisa menerima hal ini. Dia belum sempat mengungkapkan perasaannya pada Yoel. Rasa sakit yang merobek hatinya ini menyadarkannya, mengambil ponsel untuk menelepon Yoel. Panggilan itu terputus setelah berdering dua kali. Selanjutnya, sebuah pesan singkat tampil di layar ponsel Yunara, "Manusia berharga adalah manusia yang sadar diri.". Yoel tidak pernah mengiriminya pesan. Inilah pertama kalinya Yoel mengiriminya pesan, yang dikirim pun hanya satu kalimat begitu. Apakah pria itu mengisyaratkan bahwa Yunara seharusnya tidak mengganggu kesenangannya dan harus melepas posisi sebagai Nyonya Henderson dengan sukarela? Yunara memegang ponselnya dan menatap pesan singkat itu tiga menit lamanya. Setelah itu, dia membuat keputusan, mempersatukan Yoel dengan cinta pertamanya. Angin bertiup kencang dan turun hujan deras. Yoel mengemudikan mobilnya untuk mengantar Sandra kembali ke tempat tinggalnya. Di tengah guyuran hujan, pria itu membuka payung dan melepas mantelnya untuk melindungi Sandra. Kemudian, dia mengantar wanita cantik dan menawan itu ke depan pintu rumahnya. Pundak pria itu basah kuyup, tetapi Sandra tidak kena setetes pun air hujan. Dia sangat khawatir melihat setengah tubuh pria itu basah kuyup, lalu berkata, "Yoel, bajumu basah kuyup. Cepat masuk, jangan sampai kena flu." Yoel tidak menolak. Dia menutup payung hitam di tangannya dan memberikannya ke seorang pembantu. Kemudian, dia mengikuti Sandra masuk ruangan. Pembantunya sangat senang melihat Sandra kembali dan terus bicara, "Nona Sandra sudah pulang! Bagus sekali!" "Tempat ini telah kosong bertahun-tahun, tetapi masih dirawat terus. Saya pikir Tuan Yoel akan pecat saya. Ternyata, Tuan tidak memecat saya, bahkan membiarkan saya tinggal di sini. Tuan bilang ingin mempertahankan tempat ini apa adanya, menunggu Nona Sandra kembali." "Selama lebih dari lima tahun belakangan ini, hidup Tuan Yoel sangat sulit. Jangan marah padanya. Dia tidak punya pilihan." "Kalau bukan karena wanita dari keluarga Sabian itu bertindak berlebihan, Tuan Yoel juga tidak mungkin menikahinya!" Yoel berdiri di belakang Sandra sambil tersenyum melihat hiasan-hiasan di rumahnya. Tata letak di rumah ini tidak mengalami perubahan sedikit pun. Masih sama dengan situasi Sandra yang belum pergi lima tahun lalu. Sandra mengamati ruangan yang sangat dia kenal, matanya merah seketika. "Yoel, maafkan aku. Dulu, harusnya aku menyerah dari ancaman Kakek. Aku seharusnya selalu bersamamu. Aku sangat menyesal." Dia berjinjit agar lebih tinggi, lalu memeluk leher pria itu. Tingginya setara bahu pria itu. Tiba-tiba, Sandra mencium bibir tipis Yoel. Bibir wanita itu lembut. Samar-samar tercium harum mawar di bibir itu. Hati Yoel terpikat. Matanya yang polos bagai seorang peri itu berkedip-kedip. Hati pria itu terpikat setiap kali melihat matanya berkedip. Peri lembut dan harum di bawah cahaya bulan itu tiba-tiba memberikan ciuman Ciuman seperti ini mestinya menjadi hal yang terindah bagi Yoel. Dia sering berfantasi ciuman begini ketika dia jatuh cinta dengan Sandra. Namun, ... Ketika bibir Sandra sungguh-sungguh menciumnya, dia baru sadar bahwa ternyata perasaannya tidak semenggebu-gebu seperti yang dia bayangkan. Bahkan, jantungnya tidak berdebar-debar. Ciuman itu sekadar bibir yang bersentuhan tanpa mendatangkan rasa berdebar-debar. Saat Yoel bersiap untuk mendorong Sandra, wanita itu sudah lebih dulu mundur dan menutupi wajahnya dengan malu. Kemudian, dia berlari ke lantai dua. Ketika tiba di sudut di lantai dua, dia bicara sambil memunggungi pembantunya, "Kak Cika, siapkan air mandi untuk Yoel dan ambilkan satu set pakaian bersih. Bajunya basah." Setelah mengucapkan kalimat itu, dia masuk ke kamarnya dengan malu-malu. Yoel berdiri di lantai pertama. Mata jernih dan tenang miliknya mengamati sosok wanita yang memesona dan tengah berlari menjauh itu. Ternyata, wajah yang hadir di benaknya justru wajah cantik dan putih Yunara. Cika datang dan dengan hormat mempersilakan Yoel ke lantai dua. "Tuan Yoel, silakan ikuti saya. Air mandi sudah disiapkan. Nanti, berikan saja pakaian kotor Tuan pada saya." Pria itu membuka kancing kemejanya, mendorong pintu kamar mandi, melepas sekaligus menyerahkan pakaian kotor itu pada Sandra. Tak lama kemudian, Sandra datang ke depan Cika membawakan pakaian kotor Yoel. Ponsel Yoel berdering, dia mengambil ponsel itu dan melihatnya. Melihat nomor Yunara tertera di situ, dia tidak mengangkat ponsel itu Namun, dia mengirimkan pesan teks. Kemudian, menghapus pesan terkirim. Setelah selesai melakukan semua itu, dia melirik Cika dan kembali ke kamarnya. Yoel pun keluar, sementara Cika masih berdiri di luar pintu kamar mandi sambil mendekap pakaian kotor Yoel. Pria itu mengambil ponselnya, mengeringkan rambutnya, dan berjalan ke lantai satu. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Hari berikutnya, hujan reda dan angin kencang berhenti bertiup. Suhu turun drastis. Setelah meninggalkan vila keluarga Henderson, Yunara mengantar Samudra ke taman kanak-kanak. Yunara tidak tahu harus pergi ke mana. Jadi, dia meminta bantuan sahabatnya, Clara. Mendengar kabar Yunara bercerai dengan Yoel, Clara berteriak, "Sayang, apakah kamu benar-benar cerai dengan Yoel? Bolehkah aku mengunggah kabar ini di internet? Pasti akan menjadi topik utama!" Yunara tersenyum kecut. "Baru aku saja yang menandatangani surat cerai, dia belum." Dia menjalani kehidupan sebagai ibu rumah tangga dan tidak pergi ke luar rumah sejak menikah dengan Yoel. Orang-orang hanya tahu Sandra-lah cinta sejati Yoel, tetapi mereka tidak tahu bahwa Yunara adalah istri sah Yoel. Pernikahan yang tidak disukai banyak orang ini ternyata bertahan selama lima tahun. Hal ini juga tidak bisa Yunara pahami. 'Kenapa dua orang nggak saling cinta bisa hidup bersama begitu lama?' Clara membelalakkan matanya. "Sayang, apa katamu barusan? Ini nggak mungkin, 'kan? Ini kesempatan tepat, kenapa Yoel nggak kasih tanda tangan?"

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.